Oleh. Septiana Kharisma
Muslimahtimes.com–10 Oktober setiap tahun Dunia memperingati sebagai hari Kesehatan Mental. Dilansir dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2023 tahun ini tema yang diusung adalah Kesehatan Mental adalah Hak Asasi Manusia Universal. Pilihan tema ini diharapkan akan lebih banyak orang lagi yang meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan mendorong tindakan yang melindungi kesehatan mental setiap orang sebagai HAM universal.
Seorang professor Universidade Federal do Rio Grande do Sul Christian Kieling MD PhD menyatakan, memaparkan tingkat depresi yang dialami remaja akan meningkat 10 hingga 20 persen tiap tahunnya. Catatan resmi World Health Organization (WHO) di tahun 2019 lalu sekitar 300 juta orang di dunia mengalami depresi, yang mengejutkan 15,6 juta di antaranya adalah orang Indonesia.
Berikutnya dilansir dari laman kompas.com, Teddy Hidayat, dokter spesialis gangguan kejiwaan mengungkapkan bahwa terdapat 800 ribu orang di dunia yang meninggal dunia setiap tahunnya akibat bunuh diri. Dan 80 hingga 90 persen di antaranya dipicu oleh gangguan mental-emosional, terutama depresi. Selain itu, korban pada umumnya adalah kelompok remaja dengan rentang usia 15 – 29 tahun.
Akar Masalah Kesehatan Mental
Angka tersebut tiap tahun mengalami peningkatan signifikan karena tatanan sosial dan kesehatan yang hari ini berlaku berasal dari ideologi kapitalisme. Jika ditela’ah lebih lanjut akar masalah kesehatan mental ini sangat kompleks dan saling terkait, tidak hanya dipengaruhi faktor internal, melainkan juga eksternal. Faktor internal dan eksternal itu meliputi pola asuh yang toxic, disharmoni keluarga, serta dampak ekonomi kapitalistik, budaya hidup hedonis, dan pengaruh media sosial.
Maka, perlu kita sadari hari ini kita hidup di bawah ideologi sekuler kapitalisme yang berorientasi materi dan menciptakan kesenjangan menganga antara si kaya dan miskin. Hedonisme yang mendewakan kenikmatan jasadiyah ternyata menciptakan kebahagiaan palsu. Kondisi ini memberikan banyak tekanan terhadap mental yang kosong secara spiritual akibat prinsip hidup sekuler yang menjauhkan nilai agama dari kehidupan.
Selain itu, kurikulum pendidikan hari ini berorientasi pada capaian skil siap terjun ke dunia kerja, tetapi mengabaikan pembentukan kepribadian Islam, sehingga tidak dapat memberikan bekal yang cukup bagi pemuda untuk menghadapi berbagai masalah hidup. Ditambah minim nya peran orang tua karena sibuk dalam laju kapitalisasi dunia kerja akhirnya menciptakan anak didik generasi strawberry yang bermental lemah.
Islam Solusi Kesehatan Mental
Rasulullah saw mengingatkan kaum muslim untuk menjaga kesehatan. Dalam kaitannya dengan kesehatan mental yaitu upaya penjagaan kesehatan pikiran dan perasaan yang dapat menyehatkan seluruh tubuh. Sebagaimana sabda Rasulullah saw ; “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR Muttafaq alayhi)
Islam sebagai sebuah agama dan ideologi memberikan pandangan yang benar dalam kehidupan. Pandangan menyeluruh Islam meliputi keimanan terhadap Qadha Qadar, bagaimana seharusnya menyikapi takdir? Islam juga memiliki solusi terhadap masalah kehidupan manusia. Islam juga mengatur terkait pemenuhan kebutuhan jasmani dan Naluri manusia. Aturan Islam mengatur penyaluran naluri dengan tepat. Bahwa rasa sedih, marah, khawatir, adalah hal yang manusiawi. Namun, fokus utama yang harus dikejar manusia adalah tujuan hidup yang hakiki, yaitu kehidupan akhirat. Hakikatnya, dunia ini sesungguhnya adalah tempat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, tidak seperti pandangan kaum sekuler yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir.
Islam mengajarkan bahwa sabar, salat, dan berdoa kepada Allah sebagai salah satu jalan untuk keluar dari masalah. Taqarub (kedekatan) manusia pada Allah akan memberikan rasa tenang di dalam jiwa manusia sehingga dapat mengatasi rasa stres dan depresi dalam hidup. Perlindungan Islam terhadap kesehatan jiwa masyarakat akan menjadi sempurna apabila negara hadir dalam memberikan perlindungan dan jaminan kehidupan yang layak sehingga tidak hanya diserahkan pada lembaga pendidikan atau keluarga saja.
Demikianlah, kaum muslim di Indonesia khususnya, senantiasa akan memiliki kesehatan mental bila taat pada agamanya dan merawat keimanannya. Suatu hal yang amat penting di alam kehidupan sekulerisme yang menawarkan kemewahan materi, tetapi justru menciptakan beragam gangguan kesehatan mental. Kesehatan mental itu dapat terwujud apabila sistem sekuler kapitalisme—yang berjalan saat ini di seluruh dunia—dicabut dari akarnya, lalu menggantinya dengan sistem Islam.
Allahu’alam bi showab