Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik
muslimahtimes.com – Aksi Syi’ah Houthi Yaman menembaki kapal-kapal dagang dan angkut milik Eropa terutama Amerika dan Inggris di Laut Merah, berbalas gempuran AS dan Inggris ke kota-kota di Yaman, menimbulkan spekulasi bahwa aksi tersebut bisa memantik timbulnya Perang Dunia III.
Spekulasi tersebut bisa benar, namun juga bisa jadi kurang tepat. Sebab gelaran Perang Dunia ketiga hanya akan terjadi jika ada dua kekuatan besar yang saling bersaing dan berhadapan. Dan kekuatan tersebut haruslah setara dengan kekuatan yang dimiliki oleh Amerika dan sekutunya sebagai pihak yang sedang berkonfrontasi dengan Houthi Yaman.
Namun, kekuatan setara Amerika tampaknya belum dimiliki oleh Houthi Yaman, akan tetapi baru dimiliki oleh Rusia, Cina dan India. Adapun Iran sebagai sekutu Houthi Yaman kemampuannya masih di bawah tiga negara besar tersebut, walaupun memiliki nuklir dan diduga menjadi pemasok senjata nuklir ke Rusia sebagai sekutunya saat perang melawan Ukraina.
Adapun Rusia, saat ini sedang sibuk menghadapi Ukraina, dalam memperebutkan semenanjung krimea, dan Rusia tidak akan mengambil resiko besar melakukan perang melawan Amerika dan sekutunya, sebab kondisi keamanan negaranya yang belum stabil.
Pun dengan Cina yang saat ini sedang disibukan dengan proyek OBOR (One Belt One Road), yang harus mengamankan jalur lalu lintas perdagangannya, maka Cina pun tidak akan mengambil resiko perang berhadapan dengan Amerika dan sekutunya untuk saat ini.
Adapun India, juga sama, tidak akan mengambil langkah berisiko menghadapi Amerika dan sekutunya, sebab Amerika memiliki kartu truf untuk memecah konsentrasi India hingga hilang fokusnya dengan membuat gejolak dan huru hara baru di wilayah Pakistan dan Afganistan. Dan India pasti akan disibukan untuk meredam konflik internal negeri-negeri yang berbatasan dengan wilayah kekuasaannya.
Maka aksi Houthi menembaki kapal dagang Amerika dan sekutunya, disinyalir hanyalah dalam rangka menggertak Amerika saja, sekaligus menunjukan bahwa Syiah Houthi di Yaman adalah juga oposisi Amerika sama dengan Iran yang sedang tidak baik-baik saja hubungannya dengan Amerika akibat perang Iran-Irak yang memperebutkan wilayah teluk kuwait yang telah lalu, dan berlanjut dengan aksi pembunuhan terhadap komandan pasukan elite Quds di Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani, yang memantik kemarahan Iran.
Dan aksi yang dilakukan oleh Houthi dijadikan sebagai momen untuk memecah konsentrasi Amerika yang berusaha untuk terus menguasai wilayah timur tengah agar tetap ada dalam genggamannya. Terutama wilayah di Laut Merah yang bersinggungan langsung dengan selat Bab el-Mandeb, yaitu selat penghubung Laut Merah dan Teluk Aden. Yang hari ini ada dalam kekuasaan Syi’ah Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran. Selat tersebut menjadi salah satu jalur strategis bagi kapal-kapal pengirim minyak bumi dari Arab Saudi dan negara timur tengah lainnya menuju Israel dan negara Barat lainnya.
Karenanya serangan Houthi Yaman ke kapal dagang Amerika dan sekutunya juga disinyalir dalam rangka mengamankan wilayah kekuasaannya di selat Bab el-Mandeb yang dimasuki Amerika dan sekutunya yang membawa bantuan untuk Israel dalam menghadapi perlawanan rakyat Gaza Palestina.
Adapun Afrika Selatan yang melakukan gugatan terhadap Mahkamah Internasional terkait dengan tuduhan terhadap Israel yang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza, diprediksikan akan kalah, sebab deskripsi kontra faktual yang disampaikan dianggap terdistorsi secara luar biasa oleh pihak Israel. Dan apapun anggapan Israel akan selalu mendapatkan dukungan dari negara Amerika dan sekutunya, maklumlah karena Israel adalah negara boneka buatan mereka. Kekalahan gugatan ini justru akan semakin menguatkan posisi Israel yaitu akan membentuk opini publik bahwa Israel tidak melakukan genosida terhadap warga sipil Gaza Palestina. Padahal Israel pada faktanya adalah penjajah tanah Palestina. Israel datang ke Palestina kemudian melakukan pendudukan dan pengusiran warga Palestina dan menguasai tanah Palestina.
Karenanya, prediksi jika aksi Houthi Yaman menyerang kapal dagang dan kapal angkut Amerika dan sekutunya di Laut Merah yang kemudian dibalas oleh Amerika dengan membombandir kota-kota di Yaman hingga luluh lantak akan memantik timbulnya perang dunia ketiga dalam waktu dekat adalah jauh panggang dari api. Sebab unsur-unsur pemantik timbulnya perang dunia ketiga belum nampak kepermukaan, antara lain bekingan negara-negara besar kepada pihak Houthi Yaman secara terbuka. Yang terjadi adalah justru negeri-negeri kaum muslimin luluh lantak hancur akibat sekat nasionalisme dan perbedaan kepentingan nasional masing-masing negara yang lebih fokus pada perdagangan dan ekonomi semata.
Karenanya, lagi-lagi, kaum muslimin, tidak bisa berharap pada negara dan pemimpin negara nasionalis sekuler, yang tampak di permukaan mereka seolah membela perjuangan rakyat Gaza Palestina, padahal ternyata hanyalah memperjuangkan wilayah teritorialnya saja agar tidak dihancurkan oleh Amerika dan sekutunya, yang disekat oleh racun nasionalisme, yang pada faktanya akhirnya semuanya mengalami kehancuran akibat tidak adanya persatuan diantara kaum muslimin dan patuhnya mereka pada hukum yang dibuat oleh kafir barat. Seiring dengan terus dikeruknya sumber daya alam yang dimiliki, dan dikuasainya tanah air mereka oleh Amerika dan sekutunya melalui para agen yang diangkat oleh Amerika dan sekutunya.
Dan justru ketiadaan satu kepemimpinan umat menyebabkan kaum muslimin terpecah, hancur dan terhinakan hingga mengalami genosida di tanah airnya sendiri, seperti rakyat Gaza Palestina oleh penjajah Israel sebagai alat penjajahan Amerika dan sekutunya di Timur Tengah.
Maka, aksi Houthi Yaman tampaknya tidak akan memantik terjadinya perang dunia ketiga, kecuali ia ditunggangi oleh kekuatan besar yang bisa menandingi kekuatan Amerika dan sekutunya. Dan kekuatan tandingan tersebut tidaklah bisa diperoleh dari kekuatan negeri-negeri muslim yang terpisah oleh sekat nasionalisme dan memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing yang ada di bawah kendali Amerika dan sekutunya. Juga tidak bisa diperoleh dari negara-negara sosialis semacam Rusia, Cina atau India yang juga sibuk dengan agenda nasionalnya masing-masing.
Maka, selama belum ada kekuatan baru yang bisa menandingi dan menghadapi kekuatan Amerika dan sekutunya, maka perang dunia ketiga tidak akan terjadi, dan yang terjadi hanyalah penjajahan di dunia akan terus berlanjut yang digawangi oleh Amerika dan sekutunya yang merupakan kekuatan imperialis yang terus akan memerangi kaum muslimin dan mengusirnya dari tanah kelahirannya untuk diambil dan dikeruk kekayaannya.
Dan aksi syiah Houthi di Yaman selanjutnya akan dijadikan alasan Amerika dan sekutunya untuk mengintervensi seluruh wilayah timur tengah atas nama memberantas aksi terorisme dan akan dijadikan sebagai alasan legal untuk melancarkan serangan militer ke negeri-negeri kaum muslimin di wilayah Timur Tengah yang memang sulit ditaklukan melalui jalan diplomasi.
Jadilah Amerika dan sekutunya menguasai keseluruhan tanah Timur Tengah dengan memanfaatkan isu perang melawan terorisme Hamas di Palestina, Houthi di Yaman dan Hizbullah di Libanon. Untuk kemudian membombandir seluruh negeri kaum muslimin lainnya yang diduga menjadi sarang terorisme dengan label dan nama baru yang berseberangan dengan kepentingan Amerika dan sekutunya.
Maka, selama kaum muslimin tersekat batas nasionalisme dan menyerahkan keamanannya kepada kafir Barat dan terus melakukan hubungan dengan kafir Barat dengan hubungan yang mengkhianati kemuliaan Islam dan kaum muslimin, maka selama itu pula penjajahan kafir barat dan perlakuan menghinakan kafir Barat atas kaum muslimin akan terus terjadi, terlepas dari terjadi atau tidaknya Perang Dunia Ketiga.
Wallahualam.