Oleh Ari Sofiyanti
(Alumni Biologi, Universitas Airlangga)
Muslimahtimes.com–Sereal, ditambah roti oles selai dipanggang dengan margarin dan segelas susu hasil belanja dari supermarket yang terhidang di meja makan dianggap sarapan sehat ala orang kaya. Setidaknya begitulah pemikiran anak-anak dulu. Sementara mereka membandingkan menu sarapan mereka yang “cuma” singkong rebus, jagung rebus, nasi sayur kangkung dengan segelas air kendi. Seolah-olah makanan mereka menyedihkan, kuno atau ketinggalan zaman.
Kemudian ada yang membandingkan jajanan teman-temannya. Ketika sebagian bisa membeli snack kemasan yang “mahal” kita minder dengan snack jadul kacang rebus ala orang-orang zaman dulu.
Mindset ini harus segera distop dari masyarakat. Termasuk anak-anak. Maraknya berita anak-anak yang cuci darah baru-baru ini tentu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Cuci darah atau hemodialisis adalah treatment yang dilakukan untuk penderita gagal ginjal. Fenomena anak-anak penderita gagal ginjal hari ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya yang harus diperhatikan adalah gaya hidup dan pola makan. Seringkali anak-anak makan makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula. Snack yang mereka beli ketika sekolah atau sepulang sekolah juga snack kemasan dengan komposisi bahan tinggi garam atau MSG, gula dan bahan-bahan aditif lainnya. Tak jarang pula bahan-bahan komposisinya bukanlah bahan makanan yang sesungguhnya, tetapi bahan-bahan yang dimiripkan makanan hasil proses laboratorium. Inilah makanan-makanan ultra process atau fake food yang masuk dalam tubuh anak-anak setiap hari bagaikan toksin yang sedikit demi sedikit menumpuk dan membahayakan kesehatan.
Bahan aditif seperti pemanis buatan, pewarna buatan, perisa dan pengawet turut berkolaborasi dengan gula dan garam dalam jumlah besar sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diabetes juga salah satu penyakit yang berpengaruh pada kegagalan ginjal. Tidak hanya itu, penyakit hipertensi, autoimun, kanker hingga mental illness dapat terjadi karena kesalahan pola makan ini.
Masalahnya ketika anak-anak melihat rak-rak supermarket penuh jajan kemasan warna-warni yang menarik, jiwa penasaran mereka muncul. Lalu tertarik untuk mencobanya. Makanan dan minuman kemasan dengan bahan aditif tidak sehat ini faktanya menjamur di setiap toko, minimarket, supermarket, kedai hingga warung. Hal ini tentu sulit dihindari oleh anak-anak karena mudahnya akses kepada makanan tersebut. Ditambah lagi iklan dan promosi di TV atau sosial media. Setiap membuka sosmed ada saja influencer yang mereview jajanan tinggi gula, tinggi garam hingga jajanan pedas. Tak heran jika kita pun ikut tergiur hanya dengan melihat tampilan dan review enaknya.
Banjirnya toko-toko dengan UPF (ultra process food) dan fake food ini tidak serta merta bisa dihentikan.
Pertanyaannya, mengapa tidak bisa dihentikan? Bukankah mudah bagi pemerintah mengeluarkan keputusan lalu memerintahkan BPOM untuk mencabut izin UPF agar tidak beredar? Kenyataannya tidak sesederhana itu. Indonesia bukanlah negara adidaya, mandiri dan kuat sehingga tidak memiliki kekuatan politik di mata internasional. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar multinasional yang punya uang dan kuasa telah melakukan lobby supaya standar aman produk mereka di approve oleh US. Setelah ditetapkan lolos dan memenuhi syarat ala industri ‘kapitalis’, BPOM Indonesia mau tidak mau juga meloloskan karena dianggap telah jelas sertifikasinya.
Inilah kenyataan rumit dan pahit bagi masyarakat. Sistem kapitalisme telah menciptakan produk perusak kesehatan bernama industri makanan yang berasaskan keuntungan semata alias kapitalisme. Mereka mencari uang dari masyarakat dengan fake food, makanan bukan makanan yang menipu lidah kita dan memengaruhi tubuh kita agar semakin kecanduan. Sulit menghindari produk-produk fake food jika itu ada di depan mata kita. Usaha kita dalam lingkup individu, menahan nafsu.
Kompleksnya masalah industri makanan menyadarkan kita terhadap kebutuhan negara yang mandiri, kuat, adidaya dan tidak didikte yang lain. Kita juga butuh sistem yang benar dan kuat untuk menjalankan negara. Negara itu bernama Khilafah dan sistemnya bernama Islam. Allah memberikan aturan agar kita makan makanan halalan thoyyiban.
وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَـٰلاً۬ طَيِّبً۬اۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤۡمِنُونَ
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS Al-Maidah [5]: 88).
Selain itu, Allah juga melarang manusia menzolimi diri sendiri. Maka, memasukkan makanan yang tidak halalan thoyyiban juga termasuk merusak diri.
Sesungguhnya Allah telah menyediakan seluruh makanan dan minuman di bumi ini untuk memenuhi kebutuhan manusia. Apa yang keluar dari langit, yang tumbuh dari bumi, hewan-hewan semuanya adalah rizki dari Allah untuk manusia. Sehingga, makan dari tumbuhan berupa nasi, sayur dan buah dalam porsi tepat tanpa tambahan kimia sudah mencukupi nutrisi kita. Daging-daging hewan yang halal sudah cukup menjadi lauk yang menyehatkan. Tubuh kita sejatinya tidak memerlukan UPF. Jadi makan singkong rebus, jagung rebus, kacang rebus, lalu nasi dan sayur asem ala rumah tidaklah ketinggalan zaman, tapi itulah real food atau makanan yang sesungguhnya.
Perintah Allah untuk menjaga pola makan halalan thoyyiban ini harus dijalankan seluruh masyarakat. Sehingga negara berperan penting sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi rakyatnya. Negara Khilafah menetapkan dan mengatur seluruh makanan yang beredar dalam rakyat agar memenuhi standar syariat dan melindungi rakyat dari serangan industri makanan kapitalis yang tidak halal maupun tidak thoyyib. Khilafah juga mengatur mekanisme kesejahteraan rakyatnya agar tetap bisa mencukupi kebutuhan nutrisi yang seimbang. Di samping itu melakukan mekanisme edukasi dan pendidikan mengenai makanan halalan thoyyiban dan porsi nutrisi agar tertanam mindset sehat sesuai perintah As Syari’.
Begitulah kasih sayang Allah kepada kita dengan mekanisme aturan yang holistik. Hanya dengan Islam sajalah rakyat dimanusiakan sebagai manusia. Semua syariat Islam inilah yang akan menjaga fisik dan jiwa kita menjadi manusia yang sehat agar senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada Allah.
Wallahu a’lam.