Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2025
  • May
  • 23
  • Pendidikan Perempuan Masih Jauh dari Harapan

Pendidikan Perempuan Masih Jauh dari Harapan

Editor Muslimah Times 23/05/2025
IMG_20250523_174435
Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah

Muslimahtimes.com–Sudah menjadi pemandangan umum, jogat-joget para pendidik dan muridnya di lembaga pendidikan. Beberapa waktu lalu sempat viral guru perempuan yang berjoget tidak senonoh. Kejadiannya di Jember, Jawa Timur. Namun, tidak hanya di sana, aksi tidak mendidik seperti itu sudah merambah di mana-mana.

Belum lama ini, giliran tiga guru laki-laki yang dikecam netizen karena berjogat-joget gemulai layaknya wanita. Na’udzubillah. Guru yang tidak pantas digugu dan ditiru. Khusus di Jawa Barat, Gubernur Dedi Mulyadi pun sampai mengeluarkan ultimatum agar para pendidik tidak jogat-joget di aplikasi. Apalagi guru wanita yang menampilkan kecantikannya.

Apa jadinya jika para pendidik saja tidak bisa menahan diri untuk menjaga marwahnya. Pantas saja, negeri ini sangat jauh tertinggal dalam segala bidang, terutama pendidikan. Data dari Jurnal Pendidikan tahun 2024 memotret realitas ini, yaitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia.

Mayoritas warga hanya mengantongi ijazah SD, yaitu sebanyak 63,3 juta atau 22,27%. Proporsi kedua lulusan SMA sebanyak 61,2 juta atau 21,51% dan lulusan SMP sebanyak 41,1 juta atau 14.45%. Hanya 13,6 juta atau 4,78% yang lulus Sarjana dan 965 ribu yang lulus S2.

Lantas bagaimana dengan profil pendidikan perempuan? Tentu saja, jumlah perempuan terdidik sangat minim. Meski akses ke pendidikan terbuka, nyatanya masih banyak perempuan yang tidak mengutamakan pendidikan. Data BPS tahun 2024 menyebutkan bahwa perempuan di perkotaan pun, yang lulus sarjana hanya 14,08 persen. Sedangkan di pedesaan hanya 6,30 persen.

Bisa dibayangkan, bagaimana kualitas para perempuan dan anak-anak yang dilahirkannya. Juga, bagaimana kualitas dia dalam mengatur rumah tangga, mengurus anak dan menghasilkan generasi penerus bangsa. Padahal, semua sepakat bahwa penidikan sangat penting untuk mewujudkan manusia yang berkualitas.

Cahaya Peubah

Populasi perempuan yang banyak, menjadi potensi sumber daya manusia yang sangat berharga. Namun, hal itu harus ditunjang dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Di sinilah pendidikan memegang peranan sangat strategis. Ilmu adalah cahaya yang mampu mengubah pola pikir dan tindakan ke arah lebih baik.

Kemampuan memecahkan masalah kehidupan, sangat tergantung pada cara berpikir seseorang. Cara berpikir ini sangat tergantung pada berapa banyak input pengetahuan yang ia miliki. Semakin banyak ilmu, semakin kreatif dalam memecahkan masalah. Itulah kunci untuk mengentaskan nasib dan memberdayakan diri, menuju kehidupan yang lebih mandiri, bermakna, dan berkontribusi positif bagi bangsa.

Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah fondasi pembangunan karakter, menumbuhkan sikap kritis, dan pembekalan keterampilan yang fundamental bagi setiap individu. Dengan pendidikan yang berkualitas, seorang perempuan akan mampu menjalankan amanah dan mengambil peran lebih luas di masyarakat. Value dirinya akan meningkat hingga memiliki daya tawar yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan.

Pendidikan memiliki dimensi yang lebih dalam. Ajaran Islam sendiri sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Bahkan, Islam tidak mengenal batas usia maupun jenis kelamin. Juga, tidak ada batasan ilmu formal maupun nonformal.

Pendidikan bukan hanya tentang meningkatkan kualitas pribadi, mempermudah hidup dan meraih kesuksesan duniawi. Tetapi juga sebagai bekal untuk memahami ajaran agama secara komprehensif dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, di sistem hidup sekuler kapitalis saat ini, khususnya di Indonesia, pendidikan masih dipandang sebelah mata. Anggaran pendidikan minim, kurikulum bongkar pasang dan landasan membangun politik pendidikan tidak terarah. Akibatnya, masyarakat tidak terdidik dan jauh dari kualitas hidup yang baik.

Kebiasaan jogat-joget, mengakses hiburan dan atau menikmati konten-konten nirfaedah adalah cermin lemahnya taraf berpikir umat. Keberadan pemimpin yang tidak kredibel, yang dipilih oleh rakyat hanya karena menerima bansos, menunjukkan pragmatisme masyarakat yang tidak terdidik. Sementara negara lain begitu maju dengan karya dan teknologi, masyarakat di negeri ini terbuai dengan hiburan dan janji-janji. Ini harus disudahi.

Perempuan Dinomorduakan

Di sistem sekuler yang serba kapitalis saat ini, pendidikan relatif mahal. Akibatnya, masih terjadi kesenjangan antara pendidikan untuk anak laki-laki dan perempuan,. Terutama di kalangan masyarakat dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu dan di wilayah-wilayah terpencil. Anak perempuan akhirnya dinomor-duakan dalam pendidikan. Misalnya, dinikahkan di usia dini untuk mengurangi beban ekonomi keluarga. Atau, dikirim menjadi TKW agar bisa membantu perekonomian keluarga. Anak-anak ini adalah korban dari ayah dan ibunya yang notabene juga kurang secara pendidikan. Orang tua yang tidak memiliki jalan pikiran maju untuk mengubah nasib dari jalur pendidikan.

Tak hanya itu, faktor budaya juga membatasi peran perempuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya anggapan bahwa perempuan toh hanya akan menjadi ibu rumah tangga, untuk apa sekolah tinggi yang memakan biaya. Padahal, ibu rumah tangga membutuhkan tingkat kecerdasan, karena dialah yang menjadi guru pertama dan utama seorang anak manusia.

Ditambah lagi sistem politik pendidikan yang hanya mementingkan kebutuhan pasar, menyebabkan anak laki-laki yang diprioritaskan. Sekolah atau kuliah hanya demi ijazah, bukan untuk melahirkan manusia bertakwa dan beradab mulia, serta berkarakter kreatif dan inovatif. Dalam situasi lemahnya sektor pendidikan saat ini dari berbagai sisi, semakin besar tantangan perempuan untuk mampu belajar mandiri dan sungguh-sungguh untuk mengubah peradaban.
Tentu saja, mengatasi tantangan ini memerlukan upaya kolektif dari berbagai pihak. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan pemerataan akses pendidikan yang berkualitas. Tak terkecuali bagi perempuan. Anggaran pendidikan harusnya ditingkatkan, bukan malah dikurangi. Pemerataan kualitas dan infratruktur harus menjadi prioritas.

Selain itu, peran serta aktif dari organisasi masyarakat sipil, tokoh agama, dan keluarga juga sangat dibutuhkan. Kampanye-kampanye penyadaran tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan perlu terus digalakkan.

Islam Mendidik Perempuan

Islam datang untuk membuat perempuan mulia dan berdaya. Ditugaskannya rahim perempuan untuk melahirkan calon generasi penerus. Dijadikannya tangan lembut dan mulut manisnya untuk mendidik, menyayangi dan menjadi teladan anak-anak dalam proses awal pertumbuhannya.

Perempuan mendapatkan hak dan posisi yang setara dengan laki-laki dalam amal saleh. Kedudukannya tidak dibedakan, dan tidak rendahkan. Perempuan harus diperlakukan secara adil, termasuk dalam mengakses pendidikan. Sementara laki-laki, mendukung dan memfasilitasinya.

Perempuan itu sendiri, harus memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, agar dapat mengemban tugasnya dengan kualitas tinggi. Tak hanya mampu menjalankan tugasnya di ranah domestik, juga dapat bermanfaat di ranah publik. Perempuan terdidik mulai dari buaian oleh ibu dan ayahnya, lalu saat kanak-kanak hingga dewasa oleh para gurunya, dan saat menikah oleh suami atau para mentor kehidupannya.

Sedetik pun perempuan tidak boleh melepaskan diri dari proses belajar dan mengajar. Tugas seorang muslimah, istri dan ibu, butuh ilmu dan pengetahuan. Tugas sebagai anggota masyarakat pun menanti untuk berkiprah sesuai kecakapannya. Mengajar, mengedukasi, melakukan pekerjaan sosial dan berdakwah misalnya.

Allah bahkan menjelaskan tentang pentingnya mendudukan perempuan secara adil, yaitu di surah al-Nahl ayat 97: “Barangsiapa, baik laki-laki maupun perempuan, yang berbuat baik dan beriman, maka mereka akan diberikan kehidupan yang baik, serta balasan yang lebih baik lagi di akhirat.”

Demikianlah, Islam memuliakan perempuan dan mendorong mereka untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Keluarga, sebagai unit terkecil masyarakat, memiliki peran fundamental dalam memberikan dukungan moral dan material.

Ketika perempuan memiliki akses dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, dampak positifnya akan terasa di berbagai aspek kehidupan. Pendidikan memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam membangun peradaban mulia.

Perempuan menjadi lebih sadar akan hak-haknya, mampu mengadvokasi diri sendiri dan komunitasnya. Tak hanya itu, ia dapat berkontribusi dalam memecahkan berbagai permasalahan sosial. Termasuk mendorong kesejahteraan diri dan keluarganya.

Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama yang kuat akan melahirkan perempuan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia. Mereka akan menjadi agen perrubahan positif yang mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Menjadi teladan bagi generasi penerus.

Sepanjang sejarah kejayaan Islam, berderet nama perempuan-perempuan hebat dengan kiprahnya. Mulai generasi sahabiyah, hingga para istri khalifah. Mulai ilmuwan, penyair hingga mujahidah. Mereka menjadi inspirasi dan motivasi bagi generasi sesudahnya, hingga saat ini.

Semua itu berkat gemblengan ideologi Islam yang mendidik perempuan menjadi cerdas dan berkepribadian agung. Oleh karena itu, pendidikan adalah investasi jangka panjang yang paling berharga bagi kemajuan bangsa. Terlebih pendidikan untuk perempuan. Jangan sekali-kali diabaikan, karena jika tidak, masyarakat dan bangsa akan berada di ambang kehancuran.(*)

Continue Reading

Previous: Standar Kemiskinan BPS dan Bank Dunia, Kemiskinan Sekadar Angka
Next: Islam Memberi Jaminan Keamanan Aksi Preman yang Meresahkan

Related Stories

Solusi Fundamental atas Fakta Kelaparan Sistemis di Gaza WhatsApp Image 2025-07-30 at 21.26.23

Solusi Fundamental atas Fakta Kelaparan Sistemis di Gaza

30/07/2025
Maraknya Orang Tua Durhaka, Indikasi Sistem Celaka WhatsApp Image 2025-07-30 at 20.45.37

Maraknya Orang Tua Durhaka, Indikasi Sistem Celaka

30/07/2025
Akankah Sekolah Rakyat Menjadi Solusi Pendidikan Bangsa? WhatsApp Image 2025-07-30 at 20.49.39

Akankah Sekolah Rakyat Menjadi Solusi Pendidikan Bangsa?

30/07/2025

Recent Posts

  • Solusi Fundamental atas Fakta Kelaparan Sistemis di Gaza
  • Maraknya Orang Tua Durhaka, Indikasi Sistem Celaka
  • Akankah Sekolah Rakyat Menjadi Solusi Pendidikan Bangsa?
  • Tanah Telantar, Tanah Tak Bercuan: Diambil Negara untuk Kepentingan Siapa?
  • Perundungan Tak Pernah Henti, Solusikah?

Recent Comments

  1. Editor Muslimah Times on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  2. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  3. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  4. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  5. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan

Read This

Solusi Fundamental atas Fakta Kelaparan Sistemis di Gaza WhatsApp Image 2025-07-30 at 21.26.23

Solusi Fundamental atas Fakta Kelaparan Sistemis di Gaza

30/07/2025
Maraknya Orang Tua Durhaka, Indikasi Sistem Celaka WhatsApp Image 2025-07-30 at 20.45.37

Maraknya Orang Tua Durhaka, Indikasi Sistem Celaka

30/07/2025
Akankah Sekolah Rakyat Menjadi Solusi Pendidikan Bangsa? WhatsApp Image 2025-07-30 at 20.49.39

Akankah Sekolah Rakyat Menjadi Solusi Pendidikan Bangsa?

30/07/2025
Tanah Telantar, Tanah Tak Bercuan: Diambil Negara untuk Kepentingan Siapa? WhatsApp Image 2025-07-28 at 21.22.50

Tanah Telantar, Tanah Tak Bercuan: Diambil Negara untuk Kepentingan Siapa?

28/07/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.