Oleh: EL Fitrianty, penulis buku anak islami
“Semangat Pagi Dunia!”
Cuma kalimat singkat itu yang menghiasi wall facebook suami saya kala itu, sesaat setelah saya tunjukkan hasil testpack kepadanya dengan dua garis yang jelas. Meskipun tidak sesuai ekspektasi saya bagaimana ekspresi yang diungkapkan suami di hadapan istri atas kehamilan perdana itu, saya tahu suami saya sangat bahagia. Ya, luapan bahagianya ditumpahkannya di akun sosmednya. Matanya menyiratkan kebahagiaan yang membuncah. Alhamdulillah.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa taala, beberapa minggu setelah saya menyusul ke Jepang, tanda cinta itu datang. Setelah sebelumnya, masa-masa yang cukup berat untuk kami lalui, proses khitbah dan pernikahan yang super singkat. Suami datang dari Jepang, langsung meminta kepada (alm) Bapak untuk meminang saya. Proses pernikahan yang cuma dua puluh hari, mulai dari lamaran hingga akad nikah. Masya Allah dan seminggu setelah menikah, suami saya harus kembali ke Jepang untuk melanjutkan studi doktoralnya. Makanya, kesempatan untuk mengunjungi Jepang setelah long distance selama enam bulan tidak saya sia-siakan.
Alhamdulillah tak lama menunggu, amanah baru itu pun datang. Semangat Pagi Dunia!
Ya Allah, ini adalah anugerah-Mu. Alhamdulillah atas kebahagiaan ini. Sebuah amanah besar, titipan calon jabang bayi. Bertambah nikmat tanggung jawab kami. Bertambah kewajiban kami untuk belajar dan menempa diri menyambut kedatangan sang buah hati. Juga menyiapkan diri menjadi orangtua yang baik dan saleh.
Nikmat Allah ini sungguh luar biasa. Kita tak akan mampu menghitung berapa banyak nikmat yang sudah diberikan Allah kepada kita semua.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
(53)
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)…” (QS. An-Nahl: 53)
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا (18)
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl: 18).
Berkat rasa cinta yang Allah titipkan kedalam relung hati kami, alhamdulillah rasa cemas yang sempat hinggap, berubah menjadi kepasrahan. Tawakal atas bagaimana kelahiran si kecil nanti. Menyiapkan yang terbaik, apapun hasilnya. Dan alhamdulillah setelah sekitar sembilan bulan di dalam perut, gelombang cinta itu datang dan si kecil lahir secara normal, tak kurang suatu apa.
Ini adalah nikmat dalam rumah tangga kami dan sudah sepatutnya kami bersyukur. Kami sadar, ada banyak kawan yang telah lama menunggu saat-saat istimewa seperti yang kami rasakan. Kesabaran mereka begitu luar biasa. Kami yakin, ikhtiyar mereka tidak ada yang sia-sia. Allah pasti membalasnya dengan pahala yang berlipat-lipat. Bukankah Allah Maha Teliti hisab-Nya?
Ada cerita kawan yang menunggu sepuluh tahun pernikahannya, hingga akhirnya diberi momongan dalam masa penantiannya itu. Dalam waktu tiga tahun berjalan setelah mendapat momongan yang pertama, ditambah lagi oleh Allah amanah anak secara beruntun hingga anaknya berjumlah tiga. Masya Allahu kaana. Allah Maha Kuasa atasnya. Ada juga cerita kawan yang lain, mereka menanti cukup lama datangnya jabang bayi dalam kehidupan rumahtangganya, dan Allah kemudian memberinya momongan bayi kembar. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan? Betapa Mahabesar Allah atas semua ini.
Allah tahu yang terbaik. Tak ada yang terlambat. Tak ada yang terlalu cepat.
Saat amanah anak itu datang, maka itulah saat yang terbaik menurut Allah Subhanahu wa taala. Allah memang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita, di saat yang tepat. Semua telah ditetapkan-Nya di dalam Lauhul Mahfuz segala sesuatunya. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang saleh. Yang tidak pernah berburuk sangka atas qada-Nya dan selalu tawakal kepada-Nya. Karena sungguh indah kehidupan seorang muslim itu, saat mendapat nikmat maka ia bersyukur, jika mendapat kesusahan maka ia bersabar dan jika berbuat dosa maka ia beristigfar.
Sungguh menakjubkan bukan? Bagaimanapun keadaan seorang mukmin, ia tetap masih bisa meraih pahala yang banyak.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu anhu).
Semoga kita tak lupa untuk senantiasa bersyukur dan bersabar, berlomba menjadi hamba terbaik di hadapan-Nya. Wallahu alam bishshawwab.
[Mnh]