
Oleh. Azrina Fauziah, S.Pt
Muslimahtimes.com–Pada hari Jum’at, 5 September 2025, warga Kampung Cae Desa Kiangroke Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung digegerkan dengan penemuan tiga jenazah. Jenazah tersebut merupakan satu keluarga yang terdiri dari sang ibu inisial EN (34), anaknya inisial AA (9) dan AAP (11 bulan). Ketiganya ditemukan tewas setelah sang suami YS pulang kerja dini hari. EN ditemukan dengan kondisi mengenaskan dengan tali yang menjerat leher di pintu kamar sedangkan anak-anaknya ditemukan terbujur kaku di kamar dan ruang tamu.
Di lokasi tersebut juga ditemukan secarik kertas wasiat yang berisikan jeritan pilu sang ibu yang telah lelah lahir batin dengan lilitan hutang yang tiada habisnya, kekecewaan dan pengkhianatan yang membuncak terhadap suami dan pengucilan warga terhadap keluarganya. Diduga kuat masalah rumah tangga dan impitan ekonomi yang memicu ibu muda ini untuk kemudian mengakhiri hidupnya beserta kedua anaknya. Sebelum terjadi tragedi memilukan tersebut, warga setempat mengungkapkan bahwa terdapat beberapa orang tidak dikenal (OTK) yang mencari keberadaan suami korban namun warga tidak tahu persis tujuan orang tersebut mencari (detik.com, 6/9/25).
Impitan Ekonomi Penyebab Gangguan Mental
Kasus bunuh diri ibu dan anak bukan hal baru di Indonesia. Sebelumnya terdapat kasus serupa di berbagai wilayah Indonesia. Dilansir dari koran.pikiran-rakyat.com (14/8/25), Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Polisi Republik Indonesia (Pusdiknas Polri) mengungkapkan bahwa pada Januari-Agustus 2024 tercatat 928 kasus bunuh diri di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun motif bunuh diri paling banyak disebabakan faktor ekonomi (31,79%), yang kemudian disusul faktor kesenjangan (30,82%), permasalahan sosial (16,92%), dan lainnya (20,47%).
Kebutuhan sehari-hari makin hari makin melambung. Kebutuhan pokok seperti beras, minyak, lauk-pauk makin hari tidak mudah dijangkau oleh beberapa keluarga kelas menengah. Apalagi pendidikan dan kesehatan, hanya orang-orang yang berduit yang mampu mengaksesnya. Mungkin begitu gambaran yang dirasakan masyarakat kelas menengah kebawah. Rasanya sangat butuh namun tak mampu menjangkau. Dihimpit kebutuhan namun uang tak dimiliki. Alhasil bunuh diri jadi solusi atas keriuhan pikiran.
Disisi lain kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin kentara. Lihat saja reaksi-reaksi para pejabat negara ini yang begitu angkuh dan nirempati ketika merespon reaksi rakyat atas tunjangan DPR beberapa waktu lalu. Tak sampai disitu, menurut Bank Dunia angka kemiskinan di Indonesia pada 2024 telah mencapai 194,4 juta warga dengan standar pengeluaran US$8,40 per hari (bbc.com,18/6/25). Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) juga menyatakan 1% orang kaya di Indonesia menguasai 50% aset nasional (tempo.co, 10/10/19). Dari sini kita bisa melihat betapa sulitnya kehidupan masyarakat kalangan kelas menengah hingga menghilangkan akal waras mereka.
Akibat Sistem Kapitalisme Sekuler
Kehidupan ekonomi yang sulit dan banyaknya bunuh diri merupakan efek nyata penerapan sistem kapitalisme sekuler. Mengapa demikian? Ini karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme meniscayakan kesenjangan, dimana distribusi kekayaan yang tidak merata. Kekayaan hanya berputar di kalangan orang kaya. Sumber daya alam yang semestinya dikelola negara diberikan kepada swasta asing. Lapangan pekerjaan sulit didapat padahal kebutuhan dapur tiap hari harus dipenuhi. Rakyat kecil dipaksa bertahan hidup yang kian hari menghimpit. Inilah yang kemudian melahirkan gangguan mental seperti depresi, putus asa dan akhirnya memutuskan bunuh diri.
Sistem kapitalisme berasaskan sekulerisme yakni memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini menjauhkan keluarga maupun masyarakat dari ketakwaan. Hidup dipandang hanya untuk mengejar materi sementara iman dianggap urusan pribadi. Agama sebatas ritual ibadah semata sehingga masyarakat kehilangan pegangan hakiki dalam menghadapi tekanan hidup.
Negara dalam sistem kapitalisme pun abai. Negara justru menjadi pelayan kepentingan investor. Kebijakan-kebijakan yang lahir bukan untuk kepentingan rakyat melainkan untuk mempermudah kepentingan segelintir orang. Rakyat dipaksa untuk hidup mandiri memenuhi kesejahteraan dan keadilannya sendiri, sesuatu yang semestinya dijamin oleh negara. Hal ini membuktikan bahwa problem bunuh diri bukan masalah individu namun sistemik dan kompleks yang lahir dari penerapan sistem kapitalisme.
Islam Solusi Kesejahteraan
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memberikan jaminan kesejahteraan seperti distribusi kekayaan yang merata. Ini karena Islam merupakan aqidah yang memancarkan peraturan, tidak hanya masalah ritual ibadah saja yang diatur namun juga aturan kehidupan. Penguasa dalam Islam berfungsi sebagai raa’in (pengurus urusan rakyat) yang bertanggung jawab penuh terhadap urusan umat. Rasulullah saw bersabda, “Imam (khalifah/kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas rakyat yang diurusnya.”(HR. al Bukhari).
Hadist ini menggambarkan bahwa negara dalam Islam berfungsi sebagai pengurus umat dan memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat individu per individu. Negara haruslah menciptakan lapangan pekerjaan yang luas sehingga para pencari nafkah mampu menafkahi keluarganya. Negara akan membangun pesat sektor pertanian, peternakan, industri dan jasa karena negara dalam Islam menumbuhkan sektor riil bukan nonriil.
Sumber daya alam juga dikelola oleh negara secara mandiri sesuai dengan syariat. Rasulullah saw bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, air, padang rumput dan api.”(HR. Abu Dawud). Artinya sumber daya alam yang berlimpah harus dikelola negara untuk kepentingan rakyat. Dari hasil sumber daya alam ini, negara mampu menjamin kebutuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan secara gratis tanpa membedakan status kewarganegaraan.
Dalam pendidikan, kurikulum yang diterapkan merupakan kurikulum berbasis akidah Islam. Islam tidak diajarkan sekedar ritual ibadah namun sebagai aqidah rasional serta sistem kehidupan yang sempurna. Pendidikan ini akan melahirkan generasi yang beriman, berilmu serta berkepribadian Islam yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi ujian kehidupan. Mereka justru akan menjadi manusia-manusia yang beramal shalih untuk meraih keberkahan dunia dan akhirat. Pintu utang-piutang ribawi juga akan ditutup sebab kesejahteraan telah dijamin oleh negara. Inilah solusi Islam dalam pencegahan bunuh diri. Waallahu ‘allam