
Oleh. Ranita
Muslimahtimes.com–“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (QS. Al Anfal: 60). Ayat ini dimaknai oleh para mufassir sebagai perintah Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW. untuk mempersiapkan segala kekuatan militer untuk menggetarkan musuh maupun bersiap menghadapi mereka. Dari sinilah kita tahu bahwa kekuatan militer adalah perkara yang sangat penting untuk menjaga keamanan negara.
Sayangnya, tentara kaum muslimin saat ini tidak mampu merealisasikan perintah Allah tersebut. Selain teknologi perang yang kurang mutakhir, tentara kaum muslimin tersekat dengan batas-batas imajiner negara bangsa. Sekat inilah yang mendorong kelemahan kekuatan pertahanan kaum muslimin. Dengan sekat negara bangsa, tentara muslim di salah satu wilayah, tidak diizinkan untuk membantu kaum muslim di wilayah bangsa yang lainnya.
Selama lebih dari 77 tahun, warga Palestina telah menjadi contoh nyatanya. Tentara kaum muslimin berlimpah, tapi tak satu pun mampu berangkat membebaskan Palestina. Bukannya menggetarkan musuh, tentara kaum muslimin justru tertahan di barak-barak militer mereka karena tidak ada satu komando dari pemimpin kaum muslimin.
Tertahannya penguasa kaum muslimin untuk mengirim bantuan militer jelas bukan semata karena ketidakmampuan. Tapi juga karena tunduknya mereka pada kekuatan politik induk semang Israel: Amerika Serikat. Palestina dibiarkan tak berdaya. Menunggu satu demi satu nyawa terlepas dari tubuh pemiliknya.
Global Sumud Flotilla: Semangat Pembebasan
Di antara diamnya penguasa dan militer kaum muslimin, sejumlah aktivis global bergerak dengan misi kemanusiaan untuk menghentikan penderitaan di Gaza. Melalui misi Global Sumud Flotilla, para aktivis dari beberapa negara ini membawa sejumlah keperluan dasar yang dibutuhkan warga Gaza.
Misi-misi semacam ini jelas harus diapresiasi. Namun, sebagaimana yang bisa kita kira, misi ini belum membuahkan hasil. Kapal-kapal Sumud Flotilla dirompak militer Israel di perairan internasional. Para aktivisnya ditangkap, dilecehkan, kemudian dideportasi ke negaranya masing-masing.
Meski gagal dalam misi utama, namun semangat perlawanan untuk membebaskan Gaza harus tetap dipelihara. Apalagi jika para aktivis itu adalah seorang muslim. Upaya sekecil apapun untuk menolong Palestina adalah tabungan amal sholih bagi pelakunya. Hanya saja, upaya kemanusiaan ini harus dievalusi dengan seksama. Karena jelas, penjajahan militer tidak akan hilang hanya dengan aksi kemanusiaan ativis yang tak bersenjata.
Perjuangan untuk Gaza: Butuh Kesadaran Politik
Apa yang terjadi di Gaza bukanlah genosida biasa. Genosida ini adalah bagian dari politik Amerika untuk mengamankan kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah dengan meletakkan Israel Raya di dalamnya. Karenanya, menghentikan genosida harus memiliki dua aksi utama: (1) Membangun kesadaran politik umat dan (2) Mengusir penjajah dengan kekuatan militer yang setimbang.
Kesadaran politik umat akan bisa diraih melalui edukasi terus-menerus tentang akar masalah Palestina. Edukasi politik semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memperjuangkan ideologi Islam dengan ikhlas. Umat harus tahu bahwa upaya penjarahan wilayah Palestina telah dimulai sejak Herzl melobi Sultan Hamid II untuk memberikan wilayah Palestina kepada mereka. Melalui lobi kepada Inggris, zionis berhasil melakukan migrasi pertama setelah Khilafah runtuh dan wilayah kekuasaannya dikerat-kerat menjadi lebih dari 50 negara bangsa (nation state).
Semangat nasionalisme ini dijaga melalui kurikulum pendidikan, propaganda media, dan berbagai event lintas negara. Karena semangat nasionalisme ini pulalah ikatan kesatuan kaum muslimin lumpuh. Militer kaum muslimin tak berdaya menghalau penjajah.
Karena itulah, selama nasionalisme masih menjadi ikatan bagi kaum muslimin, penjajahan dan genosida mustahil hilang. Ikatan kaum muslimin harus diganti dengan ikatan ideologi Islam yang sahih. Penggantian ini hanya akan dapat terwujud jika kesadaran politik umat telah kembali. Allahu a’lam bishowwab.