Oleh. Lustiana Wiji N
Muslimahtimes.com–Dalam peringatan Hari Santri 1447 H Prabowo Subianto selaku kepala negara menekankan bahwa Hari Santri merupakan momentum untuk mengenang jasa para ulama dan santri yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan kontribusi santri yang merujuk pada momen resolusi jihad 22 Oktober 1945 yang masih relevan hingga saat ini yaitu menjaga keutuhan bangsa dan keimanan.
Sebagaimana sesuai dengan isi tema hari santri tahun ini “Mengawal Indonesia, Merdeka Menuju Peradaban Dunia”. Presiden menilai santri memiliki peran strategis sebagai penjaga moral dan pelopor kemajuan yang menguasai ilmu agama sekaligus ilmu dunia.
Dalam hal ini presiden juga menyampaikan langkah konkrit pemerintah dengan merestui pembentukan Direktorat Jenderal pesantren di bawah Kementerian Agama untuk memperkuat ekosistem pendidikan keagamaan berbasis pesantren. Untuk itu langkah ini disampaikan sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap peran penting pesantren dalam pendidikan moral, penguatan karakter generasi muda, serta pengembangan ekonomi berbasis umat.
Dalam memperingati hari santri saat ini, justru yang lebih banyak hanya sekedar seremonial tahunan dan tidak menggambarkan bagaimana santri sebagai sosok yang faqih fiddin dan agen perubahan. Para santri dididik dan diarahkan untuk menjadi seorang yang hanya memahami agama untuk diterapkan dalam ranah individu dan bukan lagi untuk diterapkan dalam segala aspek. Sehingga mereka tak lagi fokus terhadap perkara-perkara yang lain yang Justru lebih penting.
Para santri sekarang juga sering disamakan dengan santri zaman dulu, yang mana saat ini mereka harus punya semangat jihad yang kuat di tengah berbagai kebijakan menyangkut santri dan pesantren yang justru tidak sejalan dengan kondisi saat ini. Sehingga santri akhirnya dimanfaatkan untuk dijadikan agen moderasi beragama dan agen pemberdayaan ekonomi belaka.
Jika para santri terdahulu memaknai berjuang dan berjihad adalah karena Allah semata. Berbeda dengan santri masa kini, mereka dipahamkan bahwa berjuang dan berjihad itu cukup dengan menjadi pribadi yang baik dan banyak memberikan manfaat pada negara. Alhasil tanpa mereka sadari itulah memang visi dan misi yang ditanamkan oleh penjajah dengan gaya barunya karena para penjajah bukan menjajah lagi melalui perang fisik melainkan melalui perang pemikiran. Peran santri dan pesantren akhirnya dibajak untuk kepentingan mengokohkan sistem sekuler kapitalis dan bukan untuk menjaga umat dan syariat.
Santri sendiri ialah umat Islam yang mendalami ilmu agama Islam dan tinggal di pesantren di mana mereka menjalani kehidupan sehari-hari dengan sangat terstruktur dan didasarkan pada nilai-nilai Islam sehingga para santri seharusnya dididik agar bukan sekadar memahami agama saja namun juga bisa menerapkan di dalam kehidupan nyata. Karena peran seorang santri sejatinya ialah bisa menjaga umat dan mewujudkan peradaban Islam yang cemerlang dengan cara menjadikan mereka sosok yang faqih fiddin dan menjadi agen perubahan untuk menegakkan syariat Islam. Dalam hal ini peran negara menjadi sangat penting yakni penanggung jawab utama dalam mewujudkan eksistensi pesantren dengan visi mulia yaitu mencetak para santri yang siap untuk memperjuangkan Islam beserta syariatnya.
Wallahualam Bishawab
