Oleh: Ashaima Va*
Masa depan peradaban Islam yang gemilang akan selalu diusung oleh generasi unggulan. Hanya saja, generasi unggulan tak akan lahir dari masyarakat yang tatanan kehidupannya telah dirusak oleh nilai-nilai kebebasan. Generasi unggulan pun tak akan lahir dari keluarga yang rusak. Karena Islam memandang, dari keluargalah penanaman awal nilai-nilai aqidah dan nilai-nilai ketaatan diberikan.
Kewajiban ibu sebagai sekolah pertama atau madrosatul uula bagi anak-anaknya dan bagaimana Al-Qur’an mengisahkan Lukman yang memberi nasihat pada anaknya adalah gambaran yang menjabarkan bagaimana berpengaruhnya keluarga bagi pembentukan kepribadian Islam anak-anak generasi muslim.
Sayangnya upaya pengrusakan keluarga muslim telah dilakukan secara sistematis oleh dunia Barat. Hal utama yang mereka lakukan adalah merusak peran ibu dalam keluarga. Propaganda yang diimpor dari Barat tentang Hurriyatul Mar’ah atau pembebasan perempuan telah membuat para perempuan merasa lebih modern saat menanggalkan identitas kemuslimahan mereka.
Maka muncullah tuntutan untuk perempuan bisa setara dengan laki-laki, termasuk dalam kepemimpinan keluarga. Muncul pula tuntutan untuk perempuan mandiri secara finansial. Maka beramai-ramailah para ibu turut berkarier, sampai akhirnya mengorbankan pengasuhan anak-anak mereka.
Apa yang terjadi di masyarakat dewasa ini sungguh memilukan. Anak-anak lebih sering mengakrabi gadget-nya. Mereka terdidik oleh sosmed, wajar jika selebgram dan idols yang jadi panutan. Ibu yang semestinya ada di rumah absen karena lebih memilih menjadi wanita karir. Budaya hedonisme dan materialistis telah menghantarkan pada pergeseran nilai kebahagiaan. Kebahagiaan kini diartikan sebagai meraih materi sebanyak-banyaknya. Ibu digiring pada pilihan meraup pundi-pundi rupiah meskipun harus menyerahkan pengasuhan anaknya pada pihak lain dan meskipun sang ayah sudah memenuhi nafkah keluarga.
Padahal ibu memiliki peranan penting dalam menumbuhkan karakter anak yang mulia. Dekapan dan kehadiran seorang ibu akan membentuk ikatan psikis, kedekatan lahir batin, dan rasa aman yang tak tergantikan bahkan oleh fasilitas mahal sekalipun.
Allah swt menciptakan perempuan dengan fitrahnya sebagai ibu generasi. Di pundaknya tersemat tanggung jawab pengasuhan dan pengokohan karakter anak. Islam menjamin peran ibu melalui serangkaian aturan syari’ah Islam. Diantaranya kewajiban hadlonah hingga anak tamyiz, hukum mengenai penyusuan sampai dua tahun, dan larangan bepergian jauh tanpa membawa anak yang masih kecil.
Syari’ah Islam tersebut ada untuk memastikan anak berada dalam sebaik-baik pengasuhan. Semata demi mengemban tugas masa depan. Tugas yang sangat mulia demi membangun peradaban Islam. Peradaban yang dulu pernah berjaya dengan gilang gemilang.
Tepatlah jika seorang kepala keluarga berharap keturunan dan istri salihah. Dalam QS. Al-Furqan ayat 74 Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا –
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami).” (Al-Furqan: 74)
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan maksud dari ayat tersebut, mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada Allah dan menyembah-Nya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat.
Tentang ayat tersebut Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik, tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat.
Sedangkan Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna ayat ini. Ia menjawab, Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Maka istri salihah adalah sebaik-baik perhiasan, ia akan jadi ibu yang memahami tanggung jawabnya sebagai ibu generasi. Darinyalah akan lahir generasi Rabbani. Qurrata a’yun bagi sesiapa yang memandang. Nilai kemuliaan seorang ibu yang menjalankan peran keibuannya tak terbayar oleh uang puluhan atau ratusan juta rupiah. Karena kelak hanya Jannah yang seluas langit dan bumi yang mampu membayarnya. Wallahu a’alam bishshawab.