Oleh: Ashaima Va
#MuslimahTimes — Zaman now adalah istilah untuk menyebut masa kini. Masa dimana dunia terhubung tanpa batas. Apa yang terjadi di Sabang bisa seketika viral sampai Merauke. Internet of Things merajai hiruk pikuk teknologi dan informasi. Media sosial bahkan kini jadi keluarga kedua.
Sayangnya pada zaman Now masyarakat mengalami perubahan tata nilai. Kebebasan dipuja, kekerasan dimaklumi. Seliweran berita kriminal bak santapan rutin yang sudah biasa. Saat amarah, dendam, dan dengki mesti dibayar oleh nyawa manusia, akhirnya menihilkan penghargaan terhadap jiwa.
Yang mutakhir adalah kasus pembunuhan seorang wanita yang sedang hamil tua oleh suaminya. Hanya gegara menolak memberikan kode sandi telepon pintar miliknya, sang suami naik pitam. Tak cukup dengan menebas leher, perut buncitnya pun dibelah. Berkat kebesaran Allah sang janin berhasil hidup.
Menyimak kasus tersebut, kita hanya bisa mengelus dada. Benarlah perkataan Ja’far bin Muhammad rahimahullah “Marah itu adalah kunci segala kejahatan.” Di masa hidup semakin sulit seperti sekarang, apa pun memang bisa menjadi pemicu emosi. Tingkat stres sosial yang meningkat adalah akibat semakin sulitnya memenuhi kebutuhan hidup karena harga-harga yang melonjak. Belum lagi tata pergaulan yang bebas senantiasa menghantarkan kehidupan rumah tangga pada tingkat kecurigaan dan ketidakpercayaan pada pasangan.
Sesungguhnya muara dari problematika kejahatan pembunuhan adalah jauhnya manusia dari aturan illahi. Setidaknya ada dua aspek yang bisa kita tempuh agar emosi tak mudah tersulut meski kesulitan hidup mendera. Pertama, pupuk ketakwaan dalam tiap diri masyarakat. Taqarub ilallah atau mendekatkan diri pada Allah dengan ibadah dan terikat pada aturan-Nya akan menjadi benteng bagi diri agar mampu mengendalikan emosi. Hati ini jadi lebih tentram dan kepala menjadi lebih dingin. Saat amarah mendera, mohon ampun pada Allah dengan Istighfar akan mencegah tangan kita dari berbuat kasar bahkan sampai membunuh.
Kedua, kembali pada aturan-Nya dalam tiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesempitan hidup yang dialami mayoritas masyarakat adalah akibat dari ditinggalkannya aturan Islam dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Kebijakan politik dan ekonomi yang pro kapitalis telah nyata membawa kesengsaraan pada masyarakat. Dengan kembali pada aturan Allah kebutuhan hidup akan mudah diakses karena prinsip kebijakan aturan Islam adalah melayani rakyat bukan menjadikan rakyat sebagai obyek yang harus membayar mahal pemenuhan kebutuhan pokoknya.
Syari’at Islam membawa pada ketentraman hidup. Tak mudah tersulut emosi hanya gara-gara handphone. Syari’at juga akan memberi penghargaan yang tinggi terhadap jiwa. Hukuman bagi pembunuh adalah balas dibunuh. Ini akan mencegah yang lain berbuat hal serupa. Di situlah kehidupan akan terpelihara.
Apa pun masalahnya, kembali pada Islam akan menentramkan. Rumah tangga yang dibangun atas dasar keimanan akan meminimalkan curiga. Masing-masing akan saling menjaga kepercayaan semata karena dorongan takwa. Kekerasan dalam rumah tangga pun tak akan terjadi, lagi-lagi karena dorongan ketakwaan. Negara yang dibangun berdasar syari’at juga akan menciptakan kehidupan harmonis. Rakyat benar dilayani sesuai syari’at. Tindak kejahatan dihukumi berdasar pada aturan Illahi.
Maka hentikan kekacauan kehidupan masyarakat dengan syari’at. Islam akan menjaga siapapun tetap waras di zaman now karena rahmat yang dibawanya. Wallahua’lam bishshawab.