Trisnawaty Amatullah
(Revowriter, Makassar)
#MuslimahTimes — Dalam diri selembut sutera. Mereka memiliki iman yang teguh. menyalakan obor agama bak lentera dibelengu jahiliah. Ditempuh dengan keberanian. Meski jasad milik tuan. Tetapi hati mereka milik Tuhan. Sang pencipta yang tidak ada sekutu baginya. Padang pasir menjadi saksi ketabahan keluarga itu. Bermula dari seorang pemuda Ammar bin Yassir memeluk islam. Ayahnya Yassir Bin Amir dan ibunya Sumayyah bin khayyath ikut memeluk islam. Inilah awal perjalanan keluarga yang penuh berkah ini. Perjalanan menuju surga Allah. Keluarga Yassir adalah budak keluarga Bani Makhzum. Tatkala tuannya (keluarga Bani Makhzum) mengetahui keluarga Yassir beriman. Penyiksaan bertubi-tubi ditimpakan kepada mereka. Menurut ukuran manusia, mustahil mereka istiqamah. Jalan yang ditempuh penuh aral rintangan dan cobaan.
Konsisten Diatas Keimanan
Ditengah padang pasir dibawah matahari tengah membara. Keluarga Yassir mendapat penyiksaan tanpa batas. Keluarga itu diminta memilih keimanan atau kekufuran. Ammar dipkasa keluar dari islam. Hal yang sama pada Yassir dan Sumayyah. Keluarga itu tetap memilih keimanan. Tatkala Rasulullah saw berlalu dari hadapan keluarga itu, terdengarlah rintihan Yassir dalam keadaan terbelenggu kedua tangan dan kakinya, ”Adakah derita ini sepanjang masa?” Segera Rasulullah menengadah ke langit seraya berseru, “Berbahagialah wahai keluarga Ammar, maka sesungguhnya janji bagi kalian adalah surga”. Mendengar seruan Nabi tersebut, keluarga Yassir menjadi tenteram jiwanya dan kian tabah dalam menghadapi ujian. Gugurlah Sumayyah sebagai saksi atas kebenaran yang diyakininya. Ia wanita pertama yang menyandang gelar syahidah atas din islam . Sumayyah sosok pribadi yang tegar, istri dan ibu yang rela menjadi martir dakwah sekaligus menjadi teladan terbaik dalam keteguhan memperjuangkan kebenaran. Mujahid berkata, Sumayyah ditikam Abu Jahal dengan tombak pada bagian kemaluannya” (Al-Bidayah wa An-Nihayah).Yassir, mendapatkan penyiksaan yang serupa. Hingga menyusul istrinya syahid diatas keimanan. Putranya Ammar menanggung siksaan. penyiksaan melampaui batas kemanusiaan.
Keluarga Yassir Role Model Bagi Pengemban Dakwah
Kesabaran keluarga Yassir diatas pondasi keimanan sejatinya menjadi role model bagi pengemban dakwah. Pengorbanan mulia inilah yang menjadi modal utama yang kokoh dan kekalnya ideologi islam. Ia merupakan angin segar menanamkan rasa cinta, harapan, dan kasih sayang di hati orang beriman. Ditengah derasnya upaya menghadang dakwah dengan berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Ditengah kondisi penuh kediktatoran penguasa untuk membendung dakwah. Sepatutnya para pengemban dakwah belajar kesabaran dari keluarga Yassir. Keteladanan yang sangat berharga. Para pengemban dakwah harus tetap lurus dalam berloyalitas semata-mata hanya kepada Allah. Kepada agamanya dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Bara(berlepas diri) dari segala kekufuran. Tidak melakukan kompromi meski dengan sehelai rambut. Para pengemban dakwah harus berdiri tegar dengan kaki yang tegak, karena dakwah adalah semata-mata perintah dari Allah swt.
Kesabaran Membuahkan Pahala Tanpa Batas
Jalan dakwah penuh ranjau dan kerikil tajam tidak mungkin bisa dilewati kecuali dengan kesabaran. Dengan kesabaran, pengemban dakwah mampu melawan setiap penderitaan.Tidak takut meski banyak yang mencela. Dan baginya pahala tanpa batas. Allah swt berfirman, “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas” (TQS Azzumar[39]:10). Dengan pahala tanpa batas ini seorang muslim khususnya pengemban dakwah menjalankan dakwah dengan kesabaran. Menjalankan dakwah dengan menyadari tempat berpijaknya. Karenanya, kita berharap dengan pondasi keimanan, kesabaran dan ketaatan kepada Allah swt dalam aktivitas dakwah, semoga Allah segera menurunkan pertolongannya yaitu kembalinya khilafah yang dijanjikan. Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (TQS Muhammad [47] : 7).
Wallahu ‘allam