Oleh : Yulida Hasanah
#MuslimahTimes –– Harapan tak selamanya bisa menjadi kenyataan, terlebih harapan itu datang di saat umat Islam masih berada dalam jalan perjuangan politik semu bernama demokrasi. Sangatlah wajar jika umat Islam berkali-kali kecewa bahkan tersakiti saat menginginkan suara mereka didengar, malah diabaikan. Atau ketika mereka menginginkan keadilan hukum atas sebuah kecurangan, hukumpun betepuk sebelah tangan. Bahkan umat Islam disebut sebagai biang makar ketika ingin memperjuangkan Islam sebagai solusi atas masalah yang menimpa negerinya. Sungguh sebuah ironi perjuangan yang tak mudah untuk dilupakan!
Namun, hal ini ternyata kurang membuat rasa kecewa itu semakin membesar dalam diri umat ini. rekonsiliasi yang seharusnya tak terjadi, malah menjadi pemandangan yang tidak menyejukkan hati. Dengan alibi ‘menolak rekonsiliasi sama dengan menolak adanya persatuan NKRI’ dan menerima rekonsiliasi sama dengan telah menjadi pendekar demokrasi. Hal ini justru telah memutus urat nadi ‘ghiroh umat Islam’ untuk satu tujuan perjuangan menjadikan NKRI mulia dengan hukum Allah.
Umat Islam tak bisa diam dengan rasa kecewanya. Umat Islam tak boleh mati “ghiroh perjuangannya” hanya karena rekonsiliasi yang dilakukan Prabowo-Jokowi sebagai penerimaan dan ucapan selamatnya kepada Presiden terpilih sebagai pemenang Pilpres 2019 oleh KPU ini. Sebab, harapan besar umat Islam tentang masa depan perjuangan masih terbentang luas di hadapan mereka.
Ya, harapan besar itu nyata! sebagaimana yang disampaikan oleh Pelaksana Tugas Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212, Asep Syarifudin berharap sistem kenegaraan berlandaskan Islam, yaitu Khilafah. Diapun menginginkan agar Khilafah bisa tegak berdiri di Indonesia tahun 2014 nanti, sebab siapa saja yang menolak Khilafah, sama artinya telah menodai agama. Karena Khilafah adalah sistem politik serta menjadi salah satu bagian dari syari’at Islam (suara.com).
Pernyataan PA 212 tersebut, telah membawa angin sejuk di tengah panasnya udara demokrasi pasca rekonsiliasi beberapa waktu lalu. Dan hal ini pula yang akan menjawab kemana arah perjuangan umat Islam yang selama ini. Sedangkan, umat Islam sudah semakin menyadari bahwa demokrasi hanya memberikan jalan sempit bagi mereka untuk memperjuangkan syari’at Islam.Maka, tinggal satu langkah lagi menuju Khilafah. Dengan menyatukan langkah perjuangan untuk persatuan umat menuju kemenangan Islam yang hakiki.
Persatuan Umat menuju Kemenangan Islam
Pada dasarnya, umat ini telah Allah SWT ingatkan tentang kunci kemenangan yaitu dengan adanya persatuan, dan pada hari ini umat mulai tersadarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan persatuan umat, demokrasi hanyalah jalan para kapitalis menuju kepentingan mereka yakni menuju kursi kekuasaan. Hari ini, mari kita renungkan kembali firman Allah SWT di bawah ini :
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (TQS Ali Imran:103)
Begitupun, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menggambarkan betapa pentingnya persatuan umat. Beliau Saw bersabda:“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, rahmat dan perasaan di antara mereka adalah bagai satu jasad. Kalau salah satu bagian darinya merintih kesakitan, maka seluruh bagian jasad akan ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam” [HR Muslim (2586)].
Inilah penunjukan akan kewajiban umat Islam untuk bersatu, hanya saja persatuan seperti apa dan bagaimana Rasulullah memberikan teladan dalam menyatukan perjuangan umat. Maka telah jelas tergambar dari thoriqoh perjuangan yang beliau ambil.
Perjuangan Rasulullah Saw adalah perjuangan dakwah, dakwah kepada seluruh umat manusia secara kaffah serta melakukan perjuangan menghadapi segala macam bentuk pemikiran di luar Islam dan kehidupan jahiliah. Dakwah yang beliau lakukan merupakan dakwah fikriyyah (pemikiran) dan bersifat siyasiyah (politis).
Adapaun dakwah fikriyyah, dalam hal ini tergambar dari aktifitas Rasulullah membina para shahabat dengan memberikan pemahaman yang mendalam yang mampu mengubah pemikiran, perasaan, perilaku dan pandangan hidup mereka dengan aqidah Islam. dakwah fikriyyah juga dilakukan dengan mendobrak segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliah. Tentu saja hal ini dilakukan dengan jalan tanpa kekerasan fisik.
Secara siyasiyah, beliau juga mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan politik sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah mampu tersebar ke seluruh penjuru dunia. Maka, aktivitas Tholabun Nushroh yaitu mencari pertolongan orang-orang yang memiliki kekuatan adalah wajib dilakukan.
Hal ini terlihat dari aktifitas rasulullah Saw yang terus menerus beliau lakukan dikarenakan adanya penolakan-penolakan. Hingga akhirnya Nushrohpun Allah berikan melalui penduduk madinah dari bani ‘Aus dan Khazraj yang menerima dakwah Islam dan siap memberikan pertolongan sekaligus dukungannya. Mereka memberikan tampuk kekuasaannya ke tangan Islam dengan membaiat Rasulullah sebagai pemimpin mereka dalam pemerintahan.
Inilah sebuah kemenangan dari jalan perjuangan dakwah yang Rasulullah contohkan. Ketika Islam dijadikan sebagai asas pemerintahan, maka seluruh syari’at-Nya akan memiliki wadah yang sesuai untuk bisa diterapkan secara kaffah. Ini jugalah yang harusnya menjadi agenda besar umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jadi, saatnya umat Islam memiliki jalan politik sendiri, mengikuti jalan politik yang telah ditempuh Rasulullah Saw. Mari bersama “Satukah Langkah, Lanjutkan Perjuangan!”
Wallaahua’lamu bish shawab