Oleh Henyk Widaryanti
(Dosen Swasta)
#MuslimahTimes — Dunia pendidikan adalah tempat menimba ilmu, menempa jati diri seseorang agar menjadi kaum terdidik. Setiap orang tua pasti berharap putra putrinya bisa menempuh pendidikan terbaik. Merekalah yang kelak menjadi penerus bangsa. Namun, apalah daya jika kenyataan tak semanis harapan. Noda pendidikan kini semakin menganga. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Pendidikan terbaik bangsa, kini ternoda dengan tingkah segelintir orang saja.
Sebut saja Abdul Aziz, seorang doktor lulusan Institut Agama Islam Yogyakarta telah lulus dengan desertasinya bertema hubungan intim tanpa nikah dengan konsep Milk Al-Yamin dari Muhammad Syahrur. Desertasi ini mengungkapkan bahwa hubungan intim di luar nikah itu boleh, asalakan dengan kesepakatan suka sama suka (Tempo.co, 3/9/19).
Di sisi lain, kasus pencopotan status kemahasiswaan Hikma Sanggala menjadi viral. Drop Out (DO) itu turun dengan alasan keterlibatan Hikma sebagai aktivis pergerakan radikal. Tidak ada surat peringatan atau pun teguran. Rektor Institus Agama Islam Kendari langsung menjatuhkan Surat Keputusan (SK) pencopotan status kemahasiswaannya (Detiksultra, 10/9/19).
Dua fenomena yang bertolak belakang. Di kasus desertasi sebuah perguruan tinggi Islam justru meluluskan desertasi kontrofersi yang bertentangan dengan pemahaman Islam. Di lain pihak perguruan tinggi Islam malah memberikan DO kepada mahasiswa aktivis dakwah kampus. Yang nota bene seorang yang teguh menyuarakan Islam kaffah. Bukan Islam abal-abal. Miris. Perguruan Tinggi Islam (PTI) yang diharapkan menjadi corong bangsa, mencetak generasi muda beriman dan bertakwa, justru telah bergeser arah. Dua kasus yang terjadi telah menggambarkan bagaimana wajah pendidikan kita saat ini.
Liberalisme Menembus Pendidikan Negeri Ini
Tanpa kita sadari racun liberalisme telah menerobos benteng pertahanan perguruan tinggi. Liberalisme adalah konsep pemahaman bebas, lepas, tanpa aturan. Konsep ini lahir dari pemahaman sekular. Yaitu konsep pemahaman pemisahan agama dari kehidupan. Maknanya agama hanya sebatas kebiasaan ibadah ritual semata, tidak ada kaitannya dengan aktivitas kehidupan. Apapun yang terjadi dalam hidup ini, lepas dari campur tangan agama.
Pendidikan Islam merupakan benteng keimanan bagi para pelajarnya. Di sana mereka ditempa, dididik, dan dibina dengan Islam. Mereka diajari bagaimana seharusnya menjadi negarawan Islam, agar negeri ini selamat dari penjajahan. Namun, liberalisme telah dibawa oleh antek-anteknya untuk menghancurkan benteng tersebut.
Alhasil, kebenaran dalam Islam diputar balikkan. Benar menjadi salah, dan begitu sebalikkan. Konsep hubungan intim di luar nikah yang diharamkan justru diluluskan. Sedang aktivis dakwah yang ikhlas menyuarakan kebenaran justru dianak tirikan.
Racun liberal ini sengaja dihembuskan pada perguruan tinggi agar menghancurkan generasi ini. Melalui pertukaran pelajar, menyekolahkan para dosen ke luar negeri, seminar-seminar, para antek liberal menebarkan pemahaman liberal. Tanpa disadari pemahaman tersebut masuk pada para intelektual muslim. Dan ketika mereka menyandang amanah menjadi pendidik, mereka tularkan pemahaman itu dalam pendidikan.
Liberalisme Bertentangan dengan Islam
Tentu saja pemahaman liberal bertentangan dengan Islam. Liberal itu pemahaman tentang kebebasan. Sedangkan Islam mengajarkan bahwa aktivitas kita terikat dengan hukum syara. Dimana setiap jengkal aktivitas kita ada aturannya. Islam tidak membiarkan hawa nafsu memimpin manusia, karena akan membahayakan hidup manusia sendiri. Jika hal itu dibiarkan, yang terjadi hanyalah kerakukas, penindasan, dan ketidak seimbangan. Misalnya, dalam konsep milk al yamin ini, jika ini dibiarkan maka akan lahir pelegalan zina. Bagaimana jika zina dibiarkan atau dilegalkan? Belum dilegalkan saja penyakit HIV/AIDS sudah tersebar di mana-mana.
Islam memberikan aturan yang lengkap. Berikut sanksi yang harusnya diberikan jika melanggar aturan. Sebagaimana firman Allah SWT
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al Baqoroh : 208)
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam memberikan aturan yang sempurna. Mengatur bagaimana hubungan dengan Allah, hubungan dengan diri sendiri, hingga hubungan dengan manusia. Selain itu disertai sanksi jika tidak dijalankan. Seluruh aturan itu dijalankan atas panggilan keimanan. Bukan sekadar paksaan. Keimanan kepada Allah yang melahirkan ketakwaan dan ketundukan hanya padaNya. Demi meraih ridho dan surgaNya.
Wallahu a’lam bishowab.