
Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Member Komunitas Menulis Revowriter
MuslimahTimes– Kiranya tepatlah jika peribahasa ini dilontarkan kepada salah satu tokoh negeri ini, ” Tepuk air terpecik muka sendiri”. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dan Asisten Pribadi (Aspri) Menpora, Miftahul Ulum sebagai tersangka. Ulum sebelumnya telah ditahan oleh komisi antirasuah ini (iNews.id, 18/9/2019)
KPK menduga keduanya telah melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus suap dana hibah Kemenpora kepada KONI tahun 2018. Tersangka dikenakan Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 atau Pasal 12 B Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.
Imam Nahrawi adalah salah satu dari mereka yang selalu mengatakan ” Saya Pancasilais” . Namun bukti berkata lain, mungkinkah Pancasila membolehkan seseorang korupsi ataupun melakukan tindak kriminal yang lain? ataukah Pancasila hanya menjadi tameng seseorang yang hendak berbuat buruk? tak ada yang bisa dibuktikan secara akurat. Karena keduanya sama-sama absurd. Yang pasti teriakan mereka telah mengantar ke bui juga.
Jika Pancasila sebagai sebuah ideologi, mengapa tak mampu menjadi dasar pemikiran dan tindakan mereka yang mengaku memiliki jiwa Pancasila? karena sungguh Ironi pembenci Khilafah dan Pendekar NKRI faktanya ngantri jadi pesakitan korupsi. Sungguh tak tahu malu, mereka memperalat Pancasila untuk membodohi umat dan mengamankan kepentingan dan mengenyangkan perut mereka.
Busuknya para pejabat yang berlindung dibalik Pancasila dan NKRI yang kerap melontarkan kata-kata kebencian pada ide khilafah yang diusung HTI sangat-sangat melukai rakyat. Maka ini menjadi pembuktian yang lain bahwa Pancasila bukan ideologi, ia hanya kumpulan nilai-nilai kebaikan yang tumbuh di tengah masyarakat Indonesia.
Tumbuh dan mengakar menjadi kearifan lokal, yang diadopsi oleh Soekarno. Dalam perjalanannya Pancasila sudah berkali-kali berganti konsep. Logikanya, untuk mengatur dirinya sendiri harus berkali-kali ganti konsep bagaimana bisa mengatur rakyat Indonesia yang beragam?
Karena jika Pancasila adalah ideologi yang layak dijadikan dasar negara, ia akan memiliki seperangkat aturan baku guna menyelesaikan persoalan manusia. Intinya, ia akan mampu menjadi rujukan terpercaya bagi setiap problematika umat. Bukan malah perilaku rakyat berbeda sangat dengan landasan negara dan berbangsa.
Berbeda dengan Islam. Selain sebagai akidah bagi pemeluknya, Islampun layak dijadikan sebagai ideologi atau dasar negara. Karena mengandung seperangkat aturan, yaitu syariat Allah. Sebagaiman Allah berfirman dalam Quran surat Al-Maidah : 44
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44).
Artinya, kaum Muslim wajib menjadikan Alquran sebagai sumber hukum bagi setiap persoalan manusia. Maka wajib pula bagi negara untuk menerapkan aturan Allah ini untuk mewujudkan maslahat bagi umat. Allah memiliki banyak cara menghukum para penentang syariatNya dan membuktikan kebenaran dakwah khilafah.
Khilafah ini sajalah kelak yang mampu membina seseorang menjadi pribadi yang bertakwa, menjadi pribadi yang senantiasa takut kepada Allah baik dalam keadaan ramai maupun sepi. Sedangkan Demokrasi adalah batil, ia sebuah pengaturan kehidupan berpolitik negara namun dengan solusi manusia. Yang tak mampu membedakan mana halal dan haram. Karena sistem ini memuja kebebasan dan menjaminnya dalam UU.
Bagaimana hari ini kita disuguhkan fakta pelemahan KPK dengan kekuatan UU. Padahal, lembaga anti rasuah ini telah banyak menyelamatkan uang negara. Dan menjebloskan para pelakunya yang notabene pejabat dan punya pengaruh dimasyarakat. Masih ada KPK saja kasus korupsi menanjak naik, apalagi tak ada.
Saatnya umat bergabung dalam perjuangan menegakkan khilafah ajaran Islam. Mengenyahkan manusia-manusia busuk dan menggantinya dengan person yang lebih bertanggung jawab dunia akhirat. Tidakkah kita terpanggil? wallahu A’ lam biashowab