Oleh: Shafayasmin Salsabila (anggota Muslimah Peduli Umat)
Muslimahtimes– Monas kembali memutih. Panji tauhid Rasullulah Saw berkibar. Pekikan takbir melangit, seakan memberi pesan bahwa raksasa tertidur itu sudah akan bangun. Beberapa peserta melilitkan syal Palestina dan merentangkan tulisan “Save Al Aqsha”. Lantunan sholawat syahdu terdengar, melengkapi indahnya gelaran akbar, Reuni Mujahid 212.
Keimanan memanggil, menghapus segala perbedaan. Besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, hadir. Tak mempermaslahkan suku, bahasa daerah dan warna kulit, semua melebur dalam semangat yang sama. Datang dari berbagai penjuru Indonesia, terdorong oleh kerinduan akan kehidupan yang damai, sejahtera, dan adil. Steril dari para penista agama, bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Juga tak lupa akan cita berbalut doa agar Palestina terbebas dari intimidasi dan blokade serta muntahan rudal.
Meski acara harus berakhir sebelum pukul 9 pagi, tapi wanginya ukhuwah Islamiyah mengabadi, bergelora dalam benak kaum Muslim. Acara Reuni 212 sendiri sudah dimulai sejak dini hari. Acara kemudian dilanjutkan salat Subuh berjamaah hingga sambutan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (detik.com, 2/12/2019)
Beberapa pesan cinta yang dibawa oleh para mujahid 212 diantaranya: Pertama, menggugah semangat untuk membela Nabi Muhammad Saw dari para penistanya. Kedua, membuktikan kepada dunia betapa santun dan tolerannya umat Islam. Dan ketiga, show of power (aksi unjuk gigi) bahwa Islam memiliki potensi untuk menjadi umat terbaik dengan sebuah ikatan akidah yang unik. Poin ketiga ini sekaligus menegaskan akan keunggulan Islam, sebagai sebuah formula untuk membentuk ummatan wahidah (umat yang satu).
Tentu, acara fenomenal yang berhasil merekatkan ukhuwah Islamiyah ini, menjadi benih harapan tersendiri bagi kebebasan Palestina. Sudah sejak dua minggu lalu, portal media mewartakan terkait serangan udara Israel ke jalur Gaza. Enam siswa gugur dan 15 sekolah rusak dalam gempuran Israel. Hingga jumat, 15/11 Israel telah membunuh 34 warga Palestina dan melukai 111 lainnya, termasuk anak-anak dan bayi. (suarapalestina.com, 15/11/2019)
Dalam sebuah video pendek dari akun instagram milik seorang jurnalis sekaligus aktivis kemanusiaan, Muhammad Husein Gaza, nampak seorang anak kecil bernama Layan. Sambil terisak, Layan mengutuk kekejian Israel atas tewasnya kedua orangtua tercinta.
Ayah Layan, pemimpin tertinggi pasukan brigade Al Quds bernama Bahaa Abu al-Atta (41) syahid bersama sang istri. Roket menghantam rumahnya, tepat di hari peringatan kelahiran Layan. Duka tak terperi, rumah penuh kenangan dan kehangatan porak poranda. Orangtua tercinta direnggut paksa, seperti burung yang dipatahkan kedua sayapnya. Tentu, airmata Layan merupakan aib bagi seluruh umat. Karena menjadi konsekuensi dari syahadat, untuk saling menjaga dan menolong saudara seiman. Ada banyak Layan di Palestina dengan luka dan airmata yang sama. Lantas bagaimana cara efektif menyelamatkan warga Gaza dan membebaskan Palestina?
Allah sudah menegaskan potensi kehebatan umat Islam, di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 110: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Predikat umat terbaik, artinya bukanlah umat yang hidupnya dibayang-bayangi oleh teror rudal kiriman agresor. Melainkan umat dengan haibah (wibawa) dan disegani oleh lawan.
Sejak wilayah Islam dikerat-kerat menjadi puluhan negara, kekuatannya pun melemah. Sampai detik ini, wilayah Muslim sebagian menjadi wilayah konflik, dijarah sumber dayanya baik baik sumber daya alam maupun manusianya. Dominasi asing dan aseng kental mewarnai. Arah politiknya disetir. Bahkan di negeri mayoritas Muslim pun, Islam tak luput menjadi bulan-bulanan. Stigma radikal dan teroris kerap dipaksakan menempel, hilang sudah jati dirinya sebagai umat terbaik.
Salah satu parameter kekuatan suatu negara ada pada militernya. Militer di negeri-negeri Islam sebenarnya memiliki potensi sangat besar jika disatukan. Sanggup untuk melawan ancaman militer dari negara penjajah.
Berdasakan data The Military Balance yang dipublikasikan oleh The International Institute for Strategic Studies (2014), gabungan lima negeri Islam yang terkuat militernya saja yakni Pakistan, Iran, Turki, Mesir dan Indonesia sudah berjumlah 2.51 juta personil. Mengungguli jumlah militer aktif berbagai negara kuat saat ini, seperti Cina dengan jumlah personil 2.33 juta. Di belakangnya ada Amerika Serikat 1.49 juta dan Rusia 0.85 juta. Bahkan Israel yang sedemikian congkaknya hanya memiliki personil sebanyak 0.18 juta saja.
Dapat kita kalkulasikan, apabila 50 lebih negeri Islam bersatu padu menjadi satu negara, maka akan tercipta sebuah kekuatan militer terbesar di dunia. Ditambah lagi dengan kekuatan persenjataannya. Beberapa negeri Islam memiliki kemampuan mengembangkan senjata nuklir. Diantaranya: Pakistan, Iran, dan Saudi Arabia.
Selain dari segi militer, negeri-negeri Islam pun kaya akan sumber daya alam. Juga potensi geopolitik yang sangat penting bagi dunia, baik sebagai rute perdagangan maupun sebagai basis pertahanan. Disamping itu potensi demografi dan ideologi menambah bergaining position-nya. Predikat umat terbaik akan terwujud nyata, tapi dengan satu syarat, yakni persatuan umat.
Bersatunya umat dan negeri-negeri Islam dalam sebuah negara, bukanlah isapan jempol. Institusi Islam yang mendunia tersebut dinamakan Khilafah, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Saw, “…. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad)
Syaikh Abu al-Turab Sayyid bin Husain al-‘Affani pun dalam A’lâm wa Aqzâm fî Mîzân al-Islâm (I/376) menegaskan: “Hadits ini merupakan hadits shahih yang menegaskan kembalinya Khilafah Islamiyyah.”
Khilafah mengandung tiga esensi, yakni: ukhuwah, syariah dan dakwah. Keberadaannya serupa tali pengikat lidi-lidi yang awalnya berceceran. Sistem pemerintahan warisan Nabi Saw ini, dipimpin oleh seorang Khalifah. Khalifah ibarat imam salat. Saat imam mengangkat tangannya dan melakukan takbiratul ihram, maka seluruh makmum akan serentak mengikuti. Demikian pula Khalifah akan menyatukan seluruh negeri-negeri Islam, dalam satu komando. Di tangannya seluruh militer akan dikerahkan demi membebaskan Gaza dan seluruh wilayah Palestina.
Siapapun mampu membaca kuntum ukhuwah mekar mewangi di antara para mujahid 212. Jika monas mampu memutih, maka bukan suatu yang mustahil jika tak lama lagi dunia akan turut memutih. Persatuan Islam sudah fitrahnya, tak akan dapat dibendung. Maka tunggulah, secercah titik terang bagi Palestina pun nampak dari ghirah (semangat) yang bergelora di pagi 212.
Wallahu a’lam bish-shawab.