Oleh. Dian F. Hsb
#MuslimahTimes — “Jika gagal dibenci, maka publik akan bersimpati,” itulah yang hari ini dialami oleh Islam ideologis, setelah umat islam berkali-kali mendapat tantangan dan ujaran kebencian di berbagai negeri.
Belum lekang dari ingatan kita, aksi brutal membabi-buta oleh teroris bersenjata yang menembaki saudara-saudara Muslim di New Zealand. Lantas orang-orang yang selama ini mendiskreditkan dan melekatkan Islam dengan aksi terorisme seolah bungkam ditelan bumi. Opini toleransi dan Islam agama perdamaian naik ke permukaan sebagai respon politis dari narasi radikalisme yang kerap dijajal sebelumnya.
Hari berganti hari, perjuangan belum berhenti. Para pembenci Islam tidak tinggal diam, begitu pun para pembela Islam itu sendiri. Perang melawan teror (baca: Islam) tampil dengan wajah baru. Setelah wacana perang melawan terorisme dianggap basi, tahun 2019 diwarnai dengan tajuk anti-khilafah. Dengan narasi malu-malu maupun tanpa rasa malu, khilafah digiring ke arah radikalisme dan perwajahan mengerikan lainnya.
Padahal, para pembenci ini tahu betul, memisahkan khilfah dengan Islam bak memisah darah dari pembuluh nadi. Khilafah termaktub secara teoritis dan dibuktikan secara historis. Adalah sia-sia belaka memisahkan khilafah dari khazanah Islami. Kecuali bagi mereka yang pandir dan busuk hati, khilafah justru pernah ada dan akan tegak kembali. Jadi, bagaimana bisa para pembenci itu memisahkan khilafah dari umat ini?
Terlepas aspek dan definisi khilafah kerap menjadi perdebatan para cendekia, namun mereka sepakat khilafah adalah institusi yang eksistensinya nyata dan faktual. Apalagi di tengah kapitalisme global yang kini melemah, kajian seputar khilafah dan sistemnya kerap menjadi opsi yang hits di waktu ini.
Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) pada Desember 2004 merilis laporan dalam bentuk dokumen yang berjudul Mapping The Global Future. “A New Caliphate provides an example of how a global movement fueled by radical religious identity politics could constitute a challenge to Western norms and values as the foundation of the global system” [Maping The Global Future: Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project]. Dokumen ini berisikan prediksi atau ramalan tentang masa depan dunia tahun 2020. Jika orang kafir saja ngeri-ngeri sedap menanti lahirnya institusi ini, bagaimana mungkin umat Islam berdiam diri dan ongkang-ongkang kaki? Sesungguhnya, khilafah kedua adalah berita nubuwwah yang akan tegak dengan izin-Nya. Sebagai amanah nubuwwah, tentulah tak sembarang orang dan tak sembarang situasi untuk menegakkannya. Kiranya butuh energi besar dan kejadian dahsyat yang kelak menjadi sebab musabab tegaknya khilafah di muka bumi. Akankah khilafah tegak di tahun 2020 ini?
Sesungguhnya Allah Swt menggenggam rahasia langit dan bumi, dan kejadian masa depan yang kelak kita jalani, termasuk kapan khilafah eksis kembali. Tugas seorang hamba hanyalah menapaki ikhtiar dan takdir yang menjadi ketentuan-Nya. Wallahu a’lam. []