Melawan Ajaran Islam, Mampukah?
Oleh: Tari Ummu Hamzah (Anggota Revowriter Tangerang)
Muslimahtimes – Dalam acara Diskusi Panel Harapan Baru Dunia Islam, dengan tema Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat lalu (25/1). Mahfud Md mengatakan bahwa, kita tidak memerlukan negara Islam, yang diperlukan adalah negara islami. Yang dia maksud dengan islami ini lebih mengarah kepada sifat, seperti jujur, sportif, tidak korupsi, amanah dll. Menteri Pertahanan pada era Presiden KH Abdurrahman Wahid itu memberikan contoh seperti negara Jepang. Ia menyebutkan bahwa penduduk negara Jepang itu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam seperti disiplin, tetap waktu, amanah, serta sifat-sifat positif lainnya. (nu.or.id)
Mahfud juga memaparkan bahwa, negara Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw adalah sebuah bentuk teokrasi. Sebab peran legislatif, eksekutif, dan yudikatif ada pada diri Rasulullah. Bahkan dia meragukan apakah sifat seperti itu akan mampu ditanggung oleh seorang pemimpin di zaman ini? Jika di zaman nabi umat akan meminta nasihat kepada nabi dan rasul, tapi di zaman modern ini dia sangsi apakah kepemimpinan seperti itu akan ada. Sebab menurut dia dalam Alquran dan As-Sunnah, tidak ada konsep khilafah yang harus diterapkan. Nampak bahwa Mahfud meragukan kepemimpinan Islam.(republika.com)
Sebagai catatan, ini bukan kali pertama Mahfud MD mengeluarkan pernyataan yang vulgar dan kontroversial. Sebab sebelumnya Mahfud MD pernah mengatakan bahwa, tak perlu ada Perda syariah. Itu Radikal. Ini berlawan dengan pernyataan Wakil Ketua Komisi Hukum MUI Pusat Anton Tabah, bahwa Perda syariah itu justru akan membantu meminimalisasi adanya miras dan tindakan kriminal lainya.
Aneh! Kaum moderat masih memandang hukum saat ini bisa menjadi jawara atas hukum Allah. Padahal borok dari sistem ini sudah lama tampak. Gaya sekular yang mereka usung memang bertujuan untuk memisahkan kehidupan dengan agama. Wajar jika berulang kali mereka menyatakan Indonesia tak perlu menjadi negara Islam.
Opini Indonesia tanpa khilafah sudah mulai digencarkan oleh para oknum kapitalis. Digoreng dan dibumbui propaganda-proganda sesat lainya. Propaganda anti Islam ini sudah lama berlangsung. Kita ambil contoh tentang label teroris yang disematkankan kepada para pengemban dakwah, pada era SBY. Tapi semakin opini ini digoreng maka akan semakin gosong, alias lama-lama tidak laku lagi. Sebab jika Islam disudutkan, sehingga makin muncul rasa keingintahuan masyarakat akan dakwah Islam. Keingintahuan masyarakat makin terobati ketika masuknya gadget dan sosial media di era SBY periode pertama. Pada saat itu menjadi awal ditandainya era sosial media di Indonesia, sehingga dakwah Islam yang awalnya dilakukan secara langsung, kini merambah ke dunia maya, yang mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi seputar dakwah Islam.
Kemudian di era Jokowi periode pertama dan kedua, pemerintah menggunakan cara hard power untuk menekan dan menyudutkan Islam. Dimulai dari pencabutan BHP milik HTI, hingga menyematkan label Radikal bagi para pengemban dakwah. Tapi apakah berhasil? Sekali lagi rezim berbasis demokrasi ini tak mampu meredam dakwah Islam.
Secara luar biasa, propaganda-proganda serta manuver-manuver politik mereka malah menyebabkan home goal atau blunder. Seperti pelarangan dakwah HTI malah menyebabkan masyarakat semakin penasaran, kemudian paham akan khilafah serta urgensitas penegakkanya.
Puisi bu Sukmawati menyebakan masyarakat paham bahwa ajaran Islam tidaklah sepadan dengan simbol-simbol adat istiadat yang jelas bertentangan dengan syariat Islam.Pembakaran bendera Rasulullah menjadi titik balik dimana masyarakat yang sebelumnya memahami bahwa itu adalah simbol HTI, kemudian masyarakat paham bahwa panji Rasulullah adalah milik seluruh umat Muslim. Peluru radikal pun juga tak mempan ditembakkan kepada para pengemban dakwah. Sebab para pengemban dakwah makin gencar dan kreatif dalam mendakwahkan Islam. Malah banyak artis berlomba-lomba berhijrah meninggalkan kemaksiatan mereka, menuju proses hijrah Islam yang kaffah.
Kini opini baru yang mengusung Indonesia tanpa khilafah, malah mendapatkan banyak simpatisan para ulama. Sebelumnya memang tak terhitung lagi berapa ulama dan habib menyatakan bahwa khilafah itu memang ajaran Islam, dan tak mungkin menolak sesuatu yang sudah Allah turunkan. Di samping itu masyarakat semakin terbuka pikirannya, bahwa rezim ini menakutkan sesuatu yang mereka anggap utopis. Tapi utopia yang mereka olok-olok malah ditakutkan. Jelas ini akan menimbulkan kecurigaan masyarakat. Maka tak heran jika saat ini sebagian masyarakat tak lagi asing dengan istilah khilafah.
Betapa Islam tak mudah untuk dihancurkan. Upaya penghancuran ini sudah lama terjadi. Bahkan sejak khilafah masih berjaya, bayak upaya orang-orang kafir beserta antek-anteknya, mencoba menghancurkan Islam. Tapi sungguh! Allah telah berjanji untuk memenangkan agama-Nya. Akan tetapi kemenangan yang hakiki belumlah kita pernah di fase ke 4 kehidupan kaum muslimin. Sebab janji Allah dan Rasulullah, akan ada Khilafah ‘ala min hajinnubuwah yang belum terjadi. Untuk itu diperlukan upaya kaum muslimin untuk berjuang bersama. Setiap individu memiliki peran dalam perjuangan ini.
Kita tahu bahwa apa yang dihadapi umat muslim saat ini memang sesuatu yang luar biasa. Tapi tidak berarti tidak bisa dilawan. Sebab dari fakta kegagalan propaganda pemerintah dalam menyudutkan Islam, ternyata ada peran dakwah Islam didalamnya, yang notabene mampu menjadi tameng dari serangan propaganda . Sebab tanpa dakwah maka masyarakat tidak akan teredukasi mengenai wajibnya melaksanakan syari’at Islam.
Tidak berhenti sampai di situ, tatkala umat Islam mempunyai tugas mengemban dakwah Islam kepada seluruh umat manusia, mereka harus melakukan kontak dengan dunia, serta menyadari sepenuhnya kondisi mereka, memahami problem-problemnya, mengetahui motif-motif politik berbagai negara dan bangsa, dan mengikuti aktivitas-aktivitas politik yang terjadi di dalam dan luar negeri. Umat Islam juga harus memperhatikan rencana strategis politik berbagai negara, tentang cara mereka dalam mengimplementasikan strategi tersebut. Sehingga kaum muslimin mampu merumuskan masalah, solusi dan strategi dakwah.