Menolak Lupa, 3 Maret 1924 Kaum Muslim Kehilangan Ibunya
Oleh : Henyk Nur Widaryanti S. Si., M. Si.
Muslimahtimes – Masih ada yang ingat 3 Maret 1924 ada peristiwa apa? Sebuah peristiwa besar yang merubah nasib kaum muslimin sedunia. Ya…peristiwa wafatnya ibu kaum muslim. Pelindung sekaligus penjaga kemuliaan umat.
Saat itu, dunia mengenalnya dengan sebutan “The Sick Man of Turkey”. Sebuah negara yang diibaratkan sebagai seorang bapak tua yang sakit. Negara yang sedang dalam kondisi lemah, banyak masalah, dan sedang dalam perang saudara di beberapa daerah.
Kemudian muncul sebagai pahlawan Mustafa Kemal Pasha. Yang nantinya dikenal sebagai Bapak Revolusi Turki. Di tangannya Turki yang berasaskan Islam berubah menjadi negara demokrasi. Negara sekular yang tidak mengambil Islam sebagai aturan bernegara. Dan hanya menjadikan Islam sebagai makna ritual saja.
Padahal saat itu adalah masa dimana Khilafah diruntuhkan. Diganti menjadi Turki republik. Dan menjadikan Turki negara sekular sebagaimana yang dicontohkan Barat. Sejak saat itulah umat muslim jadi terpecah belah menjadi nation state (negara-negara dengan sekat nasionalisme).
Jika Turki menjadi negara merdeka sekular, berbeda dengan negeri muslim lainnya. Masing-masing justru diberikan kepada para penjajah. Inggris, Italia, Portugis dan negara lainnya membagi-bagi negeri muslim. Mereka menjajah negeri muslim hingga sekarang.
Hingga saat ini, nasib kaum muslim minoritas di negeri mayoritas bukan muslim selalu ditindas. Sebutlah di Cina dan Myanmar. Nasib umat muslim di sana memprihatinkan. Muslim rohingnya yang tidak dianggap kewarganegaraanya oleh Myanmar harus rela terkatung-katung di tengah lautan. Demi mencari suaka ke negeri seberang. Tanpa makanan dan hanya berbekal keimanan mereka mencari perlindungan. Bagaimana nasib mereka sekarang? Tak ada kabar.
Muslim Uygur yang ditangkapi, dipenjara, disiksa bahkan diperkosa juga bernasib sama. Mereka ditekan, rumah mereka dibakar, bahkan laki-laki mereka di penjara dan para perempuan diperkosa atau dinikah paksa. Semua dilakukan hanya karena mereka muslim, yang menginginkan kemerdekaan beribadah.
Bagaimana dengan nasib saudara di Palestina? Semuanya pasti sudah tahu. Sejak kependudukan Israel atas mereka, nasib Palestina tak ubahnya menjadi negeri terjajah. Setiap hari mereka hidup dengan desingan meriam atau tembakan rudal. Bahkan setiap saat tak pernah mereka merasakan hidup tenang. Hari ini mereka bisa tertawa, tapi tak pernah menjamin esok mereka masih bernyawa.
Yang terbaru kabar pilu itu datang dari negeri film Bollywood. Negerinya Shahrul Khan ini telah menumpahkan darah kaum muslim. Dalam bentrokan berdarah seminggu yang lalu sekitar 38 orang meninggal. Dan ratusan yang terluka. Bahkan pasar dan masjid dirusak dan dibakar. Mengapa ini terjadi? Hanya karena mereka protes dengan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru. Yang dinilai diskriminatif terhadap kaum muslim.
Tak hanya itu, aksi islam phobia pun semakin menjadi-jadi. Kebanyakan di negara Eropa, Amerika, Rusia atau Australia. Berbagai teror dilayangkan kepada kaum muslimin. Mereka menganggap Islam adalah agama teroris, yang menyebabkan kerusuhan dimana-mana. Apakah mereka tak pernah belajar sejarah? Jauh 13 abad lamanya dunia ini tenang dalam naungan Khilafah Islam.
Ingatan kepedihan ini bukan untuk membuka luka lama. Tapi untuk menyadarkan kita, betapa menderitanya kita jika tak memiliki pelindung. HAM yang selama ini koar-koar tak pernah menolong nasib kaum muslim. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tak pernah berniat menyelesaikan konflik ini dengan tuntas. Mereka hanya mengeluarkan imbauan, kecaman atau bahkan dukungan. Tapi jika serangan itu datang kepada para kapitalis, langsung dituduh Islam sebagai pelakunya. Apa itu fair?
Khilafah itu bagaikan ibu bagi kaum muslimin. Ia yang mengayomi, memelihara segala keperluannya, serta menjaganya dari segala marabahaya. Apakah kita diam saja jika ibu kita tak bersama? Sebagai seorang anak, bukankah seharusnya kita mencarinya? Bukan justru mencari ibu lain.
Jika 96 tahun lalu sang ibu lumpuh ditangan Mustafa Kemal atas tipu muslihat Inggris dan sekutu. Akankah anak harus diam saja? Dalam sebuah hadis diriwayatkan,
“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Janji Allah itu pasti. Setelah masa keruntuhan khilafah. Muncul masa mulkan adhdhan dan jabbariyyah. Dan Allah berjanji setelah itu akan kembali masa khilafah ala minhaj nubuwwah. Jika masa ini datang, kaum muslimin akan kembali mendapatkan ibunya. Kesulitan yang selama ini mereka alami, akan dipecahkan oleh khilafah. Pun khilafah akan menyatukan dan melindungi kemuliaan seluruh kaum muslim. Wallahu a’lam bishowab.