Oleh: Fathya Habibah
(Pelajar, Member Komunitas Remaja Islam Peduli Negeri)
Â
#MuslimahTimes — Dunia boleh bernafas lega. Sebab Kalung anti corona telah ditemukan. Sehingga corona sebagai masalah dunia bisa terselesaikan. Walaupun hal ini menuai polemik. Seperti dilansir Program Sapa Pagi Kompas TV (06/07/2020) sempat dibahas mengenai polemik kalung anti corona buatan kementan yang rencananya akan diproduksi secara massal. Kalung ini menuai beragam rekasi baik dari praktisi kesehatan maupun masyarakat.
Kementerian Pertanian pun berusaha menjelaskan apa yang dimaksud sebagai kalung anticorona melalui jumpa persnya di Jakarta, Senin pagi (06/07/2020). Entahlah, selain menunjukkan kebobrokannya, pemerintah semakin memamerkan skill comedinya. Terkadang terlintas dalam pikiran, bagaimana bisa kita dipimpin oleh seorang dengan kemampuan sandiwara bak artis dan aktor layar lebar? Menciptakan statement-statement yang tak masuk akal, seperti saat ini.
           Pemerintah kembali berulah dengan mengeluarkan statement baru perihal pandemi covid 19 yang bukan hanya menuai pro kontra, namun mengundang gelak tawa dari rakyatnya sendiri. Bahkan rakyat mampu menilai bahwa statement ini tak lebih dari sebuah gimmick yang sudah berulang kali dilancarkan pemerintah dengan kedok kepedulian dan sikap tanggungjawab terhadap rakyat.
           Di masa pandemi covid 19 ini, Kementerian Pertanian menemui gilirannya. Kementan berencana akan memproduksi kalung anti Corona secara massal untuk didistribusikan ke setiap daerah di Indonesia. Seperti yang dilansir dari sumber CNNIndonesia.com, kalung yang berbahan dasar Eucalyptus sp atau kerap disebut kayu putih ini diyakini pihak Kementan sebagai penangkal virus Corona. Entah apa alasan mereka mengeluarkan perencanaan nyeleneh ini, yang pasti hal itu tak lepas dari adanya pemanfaatan terselubung bagi kaum kapitalis.
           Hal ini kemudian diperkuat oleh pernyataan Indi Dharmayanti selaku Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementan. Beliau mengungkapkan jika konsentrasi 1 persen eucalyptus sp yang dihirup selama 5 -15 menit mampu mencapai alveolus atau sel-sel yang terdapat dalam paru-paru. Dan hal ini efektif untuk membunuh 80 – 100 persen virus Corona.
           Padahal penelitian ini tak ditemukan di Web Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Balit Bangtan) sebagai lembaga utama peneliti dalam bidang pertanian atau tanaman, apalagi Web lain yang berada dibawahnya. Hanya Web dari India yang menyatakan efektivitas dari Eucalyptus sp ini sebagai penangkal Corona. Selebihnya beranggapan jika hal ini sebatas simulasi komputer saja.
           Bukan hanya itu, bahkan masyarakat awam pun tak percaya dengan takhayul yang di ilmiahkan ini. Seperti yang dilihat dari respon-respon warganet, salah-satunya yang membuat kita tertawa geli adalah status Facebook dari seorang warganet mengatakan “Kalaupun kandungan dari kalung kayu putih itu mampu membunuh virus Corona apabila dihirup selama beberapa menit, toh kenapa bukan minyaknya saja dipercikkan ke masker yang jelas lebih dekat dengan hidung?”. Begitulah kira kira komentarnya yang tentu saja disambut dengan baik oleh warganet lainnya. Lihat, kini masyarakat pun lebih cerdas dibanding pemimpinnya.
           Namun, kalaupun kalung anti Corona ini nantinya tetap diproduksi, tentunya dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Rakyat pun dipastikan akan merogoh kocek lebih dalam lagi untuk sesuatu yang status kejelasannya saja masih diragukan. Sementara, dimasa pandemi covid 19 ini ekonomi rakyat semakin tak stabil, harga pangan yang mencekik, iuran listrik yang menjulang mengalahi tiang, bermacam pajak yang semakin membajak rakyat, ditambah kebijakan kebijakan nyeleneh justru membuat rakyat semakin terdzholimi alih-alih dilindungi.
           Seperti yang dikemukakan oleh komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin yang mengherankan sikap Kementan yang seolah beralih tugas yang tak linear dengan tugas sebenarnya. Kementan yang seharusnya mengatur perekonomian dengan menstabilkan harga bahan pokok, justru disibukkan mengurus sesuatu yang jelas tak berkapabilitas dalam bidang tersebut. Akhirnya, perencanaan amburadullah yang muncul.
           Rezim kapitalisme kini totalitas menunjukkan sifat aslinya. Menjadikan para pemimpin boneka sebagai tamengnya. Kediktatoran dan kebobrokannya semakin terpampang nyata didepan mata, namun rakyat seperti tak punya pilihan selain diam. Mencoba menyamankan diri walau kezaliman disana sini.
           Padahal, inilah saatnya kita sadar bahwa kini kita tengah dipimpin oleh pemimpin ruwaibidhah, pemimpin yang tak tahu cara memimpin, pemimpin yang senantiasa berlindung di balik kekuasaannya, tak ubahnya pemain figuran dungu yang dipaksa menjadi pemeran utama. Mengeluarkan banyak perencanaan mentah tanpa mengkaji dan diteliti sebelumnya, kemudian memaksa rakyat untuk tetap mematuhinya, tanpa protes dan penolakan.
          ÂKetika Khilafah Memimpin Dunia
Â
           Sangat berbeda dengan kepemimpinan Islam, yakni khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Tak sembarang orang bisa menjabat sebagai Khalifah sebelum memenuhi beberapa syarat mutlak; Muslim, laki laki, baligh, berakal, adil, merdeka dan mampu. Syarat mampu inilah yang mengharuskan khalifah bersikap amanah dan menjalankan aturan sesuai dengan Al qur’an dan As sunnah. Bahkan mahkamah madzhalim akan menetapkan beberapa kelemahan yang tak boleh ada dalam diri seorang Khalifah.
           Ketika khilafah tegak, masalah yang muncul di setiap aspek kehidupan ummat terjamin penyelesaiannya dengan Islam. Bukan solusi yang mengada-ngada melainkan solusi yang bersifat solutif dan sesuai dengan fitrah manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
           Salah-satunya di dalam bidang kesehatan, ketika muncul wabah virus seperti ini, negara menjadi garda terdepan dalam proses penyembuhan rakyatnya yang terpapar virus. Membangun laboratorium-laboratorium dengan fasilitas canggih serta menggunakan jasa para ilmuwan dan profesor terkemuka untuk melakukan penelitian valid mengenai virus dan cara mencegah penyebarannya. Lebih dari itu, negara akan mengucurkan pendanaan besar yang diperoleh dari pengelolaan SDA secara mandiri, pemungutan pajak dan zakat yang dikumpulkan di dalam Baitul Mal apabila telah ditemukan antivirus yang benar-benar telah diteliti dan dibuktikan keefektifannya dalam menangani virus yang mewabah. Kemudian memproduksinya dalam skala besar untuk didistribusikan ke wilayah yang terkena dampak dan dibagikan langsung kepada seluruh ummat secara gratis.
           Begitulah kesejahteraan dan ketentraman hidup berada dibawah naungan khilafah. Masih dengan bidang kesehatan, lantas sudahkah terbayang ketika aspek kehidupan kita yang lain diselesaikan dengan fikrah dan thariqah Islam seperti yang pernah diajarkan oleh Rasulullah?. Negara yang sama sekali tak pernah mengambil kesempatan memperoleh keuntungan ditengah musibah yang menimpa, justru malah memudahkan rakyat dalam menjalani kehidupannya sebagaimana hakikat pemimpin yang sebenarnya. Keadilan, kepedulian dan tanggungjawab kembali kita rasakan setelah ratusan tahun menderita dibawah tekanan para pemimpin dan penguasa diktator.
           Maka, marilah Kaum Muslim kita berdoa, semoga kita segera dipertemukan dengan sosok pemimpin yang mampu melindungi dan menaungi kita. Saatnya berjuang menjemput kemenangan Islam dengan amal ma’ruf nahyi munkar. Sebab bukan saatnya lagi kita terlena dengan kenyamanan pribadi. Senantiasa pula kita memohon agar diistiqamahkan dalam upaya mengembalikan kehidupan Islam yang merupakan bisyarah Rasulullah dan janji Allah Swt.
           Wallahu’alam bish-shawab.