Oleh: Ummu Naira
(Forum Muslimah Indonesia/ ForMind)
Muslimahtimes– Viral berita Ustaz milenial Felix Siauw beberapa waktu lalu dibully beberapa netizen karena salah mengutip Alquran surat Al Jumu’ah ayat 1. Karena beliau memiliki follower jutaan dan pengaruh besar di kalangan milenial, kesalahan beliau terkesan dibesar-besarkan sampai-sampai muncul trending tagar #UstadKhilafahGakPahamQuran di Twitter. Hal ini semakin menarik untuk kita kupas lebih lanjut.
//Pendakwah Juga Pembelajar//
Mempelajari dan mengajarkan Alquran adalah sebaik-baik pembelajaran dan pengajaran, menghafal dan memelihara hafalan Alquran adalah sebaik-baik penghafalan dan pemeliharaan hafalan. Setiap muslim, terutama setiap pengemban dakwah/ pendakwah, harus selalu mempelajari Alquran, merenungkan makna-makna dan hukumnya, sekaligus menjadikannya sebagai petunjuk dan cahaya bagi dirinya.
Jika kasusnya seorang pendakwah salah mengutip ayat karena khilaf atau lupa dan tanpa kesengajaan, maka sangat bisa dimaklumi. Kesantunan kita mengingatkan dan tidak mempermalukan pendakwah tersebut juga merupakan adab dalam mengingatkan saudara sesama muslim. Bukan malah menyebarkan kesalahan tersebut hingga terkesan menjadi aib yang sangat besar, apalagi diseret ke isu-isu bernada sentimen seperti membuat tagar #UstadKhilafahGakPahamQuran.
“Al insanu ma’al khotto’ wa nisyan” (manusia tempat salah dan lupa). Kesalahan mengutip ayat yang dilakukan Ustaz Felix Siauw murni tanpa kesengajaan dan termasuk dalam ranah teknis. Hal ini sangat bisa dimaklumi karena beliau juga manusia biasa, bisa berbuat salah dan khilaf. Asalkan kesalahan tersebut tidak termasuk dalam ranah akidah, akidahnya tetap lurus, maka kita hanya perlu mengingatkan dengan cara yang santun, an sich.
Kita semua adalah pembelajar. Maka sudah selayaknya kita saling menasihati dalam kebaikan dan takwa. Yang mengingatkan dapat belajar tentang adab meluruskan kesalahan saudaranya. Yang diingatkan menjadi tahu dan memperbaiki kesalahannya. Sebuah simbiosis mutualisme yang sangat apik, bukan?!
//Alquran, Cahaya Menembus Batas//
Alquran adalah pelita di saat gelap, dia mampu menjawab semua permasalahan hidup manusia. Alquran adalah hidayah, cahayanya menembus semua celah. Kalau hati kita belum terbuka dengan Alquran, barangkali kita harus muhasabah. Siapa tahu, kita sendiri yang menutup rapat pintu hati dari datangnya cahaya hidayah dengan membenci pendakwahnya karena sentimen pribadi, kelompok, hasutan orang dan lain-lain.
Semakin kita mendalami ayat dan makna Alquran, baik dari forum kajian atau dari guru ‘ngaji’, maka akan kita rasakan semakin nikmat Islam kita dan semakin yakin kita terhadap kebenaran ayat-ayat Alquran itu datang langsung dari Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Bukan malah semakin ragu atau menjauh dari Alquran.
//Syariat Islam Sempurna, Pengemban Dakwahnya Memesona//
Dengan berbagai maklumat hidup yang kita dapatkan, bisa jadi kita lebih klik dengan sosok pendakwah dengan tipe yang berbeda. Ada yang lebih suka mendengarkan tauziyah dari ustaz tipikal kalem, ada yang lebih cocok dengan ustaz yang bersemangat, banyak hafalan surat dan hadisnya, dan sebagainya. Kemubahan dan kecenderungan ini jangan sampai membuat kita pilih-pilih terhadap syariat Islam yang disampaikan. Karena syariat Islam itu sempurna.
Islam tetap sempurna dan tidak akan berkurang kesempurnaanya karena kesalahan individu (baca: pendakwah).
Oleh karena itu, kita perlu lebih smart melihat fakta dan objektif menilai sesuatu. Syariat Islam mengatur persoalan hidup manusia secara keseluruhan dari A sampai Z, dari soal thaharah (bersuci) hingga Imamah (Khilafah) dan Jihad. Nyinyir terhadap pendakwah hanya akan membuang waktu. Sibuk mengkritik pendakwah dan lupa memperbaiki diri, sementara orang yang dikritik terus berbenah, berkarya, melesat jauh di depan kita dan semakin memesona (di mata Allah). Rugilah kita!
[]