Oleh. Neng Ranie SN
(Pegiat Literasi)
MuslimahTimes– Hai sobat remaja, cung di antara kalian siapa mau menjadi remaja yang good looking? Terus juga punya segudang prestasi, semisal tahfidz, pintar berbahasa Arab, tutur katanya sopan, dan sebagainya. Pasti mau dong?! Dijamin deh, hal tersebut bikin ortu kita bahagia dan bangga punya anak seperti itu. Betul apa betul?!
Good looking atau istilah dalam bahasa Arab adalah Qurrata a’yun (penyejuk mata) merupakan dambaan semua ortu terhadap anak-anaknya. Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Qurrata a’yun maksudnya adalah keturunan yang mengerjakan ketaatan, sehingga dengan ketaatannya itu membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat.”
Tapi anehnya nih, Sobat Remaja, kenapa yah kalau anak-anak good looking itu malah dituduh yang menyebarkan paham radikal? Statement blunder bin ngawur ini dilontarkan oleh Pak Menag, Fachrul Razi, katanya paham radikalisme masuk, salah satunya dengan menempatkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arabnya bagus, tahfidz (hafal Al-Quran) menjadi pengurus masjid. (m.cnnindonesia.com, 03/09/2020)
Seharusnya Pak Menag bangga dong sama generasi muda yang good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik?! Secara generasi inilah yang kelak menjadi penerus bangsa. Bukan malah nyinyir kaya gitu, yah enggak?! Bayangkan jika negeri ini hanya dipenuhi dengan generasi yang bad looking, bodoh soal agama, dan rusak akhlaknya. Hancurlah negara!
Sobat Remaja, inilah narasi jahat untuk menyudutkan umat Islam yang ingin taat dan patuh terhadap ajaran agama Islam secara total. Sistem sekuler yang bercokol di negeri inilah, pangkal dari semua kerusakan yang terjadi. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya boleh dipakai dalam ibadah saja, sedangkan aturan yang dipakai dalam bermuamalah dan bernegara adalah buatan manusia. Wantun yah saingan sama Allah?! Astagfirullah.
Paham ini semakin membuat kita jauh dari nilai-nilai Islam. Dan kalau pun ada yang ingin mengamalkan Islam secara kafah dan mendakwahkannya malah dituduh radikal dan teroris. Stigma-stigma negatif yang disematkan oleh para pejabat negeri ini seolah-olah sengaja dibuat, agar umat Islam takut dengan agamanya sendiri alias Islamofobia. Sehingga kita ogah mempelajari Islam lebih dalam. “Udahlah kita jadi umat Islam yang biasa-biasa saja, nggak perlu fanatik nanti dibilang teroris.”
Sudah mestinya, kita sebagai umat Islam untuk mengamalkan seluruh apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Saw. Kita wajib masuk ke dalam Islam secara keseluruhan enggak setengah-setengah. Jangan hanya mengambil aturan yang kita suka saja, sedangkan yang enggak kita suka ditinggalkan. Emangnya Islam agama prasmanan! Ckckck.
Islam merupakan agama paripurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Bukan hanya mengatur tentang ibadah saja, seperti salat, puasa, zakat, dan pergi haji. Akan tetapi, mengatur kita dari mulai bangun tidur hingga bangun negara. Begitu Sob!
Kaum kafir dan munafik, akan terus berupaya menjauhkan kita dari ajaran agama Islam. Kita harus waspada sama narasi-narasi sejenis itu yah. Jangan kita sampai masuk jebakan Batman! Kita wajib bangga dan cinta sama Islam. So, kuy tambah semangat mengkaji, mengamalkan dan mendahwahkan Islam. We are good looking, why not! Wallahu a’lam bishshawab.