Oleh: Kholda Najiyah
(Founder KIS & Bengkel Istri)
MuslimahTimes– Hidup bersama pasangan yang berbeda dalam segala hal, tentu tak steril dari perselisihan. Sebab keduanya adalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan. Pria dengan sifat khasnya, wanita dengan karakter uniknya. Semua itu harus tunduk pada syariat, bagaimana Allah Swt. telah mengatur dengan indah relasi suami-istri dalam rumah tangga.
Relasi yang hangat, bersahabat, penuh cinta dan kasih sayang. Bukan relasi yang garing, bermusuhan, penuh pertengkaran, tanpa sentuhan cinta dan kasih sayang. Untuk mewujudkan itu, suami diamanahi Allah Swt. untuk mempergauli istrinya dengan cara yang makruf. Termasuk makruf adalah bersabar, memaklumi dan berlemah lembut atas segala perilaku istri yang absurd.
Sementara istri, juga harus sabar dengan karakter suami yang kebanyakan cenderung keras, cuek dan kurang memperhatikan kebutuhan istri secara detail. Allah Swt. memerintahkan para suami agar berbuat makruf pada istri. Bahkan, kaum lelaki tidak berhak melakukan sesuatu apapun kepada istri, kecuali hal-hal yang baik. Nah, berikut ini beberapa hal “kecil” yang harus diperjuangkan agar terlepas dari ancaman perceraian:
1. Mewujudkan Romantisme
Istri kerap mengharapkan suami yang romantis, melakukan ha-hal kecil yang merangsang perasaan dicinta. Seperti, sering memeluk, bertanya “sudah makan belum?”, “uang belanja kalau kurang bilang ya,” “kamu pasti capek, ya,” dan sejenisnya. Hal sepele yang menjadi besar bagi istri baperan. Akhirnya terpikir, ”Suamiku gak romantis, aku mau cerai saja.”
Padahal, romantis atau tidak, bukan alasan syarie untuk bercerai. Romantis itu bisa diciptakan, maka saling berlombalah menjadi penciptanya. Sebab suami kadang gak paham, sebegitu pentingnyakah meromantisi pasangan.
2. Memahami Kebutuhan Pribadi Pasangan
Keluhan para istri belakangan ini adalah, suami lebih asyik memegang hapenya daripada mengajak bicara istri. Akhirnya ada yang kepikiran, ”Suamiku main game melulu, aku mau minta cerai.”
Padahal, suami memang punya kegemaran tertentu sebagai laki-laki. Biasanya yang berhubungan dengan sport atau game. Itu mubah. Jika istri minta cerai karena alasan ini, itu haram. Maka, maklumi. Tinggal dibicarakan saja soal manejemen waktunya, jangan sampai mengabaikan hak istri dan melalaikan kewajibannya kepada Allah Swt.
Demikian pula istri, memiliki kesukaan yang hanya istri yang paham. Seperti asyik berselancar di media sosial, betah melihat-lihat dagangan di market place atau sekali-kali nonton tayangan romantis. Kadang lupa ada suami yang butuh pelayanan. Itu memang dunia wanita yang berhak untuk dimaklumi. Jadi, pahamilah kebutuhan pribadi pasangan agar tidak saling merasa diabaikan.
3. Mewujudkan Kesejahteraan Bersama
Di era pandemi, banyak suami berkurang pendapatannya. Bahkan kehilangan pekerjaan. Uang menipis, bingung mau usaha apa. Akibatnya para istri tidak cukup uang belanjanya. Tentu sangat tidak adil jika tiba-tiba langsung berpikir, ”Suamiku kena PHK, tak bisa menafkahi, lebih baik minta cerai saja.”
Bersabarlah, suami pasti sedang berjuang. Memikirkan ikhtiar. Rezeki bukan dia yang menakar. Jangan egois, ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang. Berjuanglah berdua. Jika istri punya gagasan soal cara menjemput rezeki, suami juga jangan gengsi menerima.
Jika terpaksa istri turun langsung membantu mencari uang, ikhlaslah sebagai ladang sedekah demi keluarga. Suami-istri harus saling mendukung, saling membantu dan bekerjasama mewujudkan stabilitas keuangan keluarga.
Jangan mau sejahtera sendiri, tapi seluruh anggota keluarga sejahterakan dengan berjuang berdua.
4. Saling Menundukkan Pandangan
Godaan di luar sangat dahsyat. Banyak suami tidak menundukkan pandangan hingga tergelincir pesona wanita lain. Baik chat mesra, berselingkuh dan menikah diam-diam. Jangan sampai itu terjadi. Tundukkanlah pandangan, agar tidak mengundang setan yang mencerai-beraikan ikatan pasutri.
Bagaimana jika terlanjur terjadi? Bertobatlah, minta maaf pada Allah dan pada istri. Bagi istri, selama suami masih menjalankan hak dan kewajibannya pada istri, masih memberi nafkah lahir dan batin, serta memperlakukan istri dengan makruf dan adil, tak ada alasan berpisah. Sebab cerai berarti melepaskan kesempatan untuk menyempurnakan setengah agama. Itu sebabnya setan senang.
Demikian pula sebaliknya, banyak istri tidak menundukkan perasaannya hingga kerap membanding-bandingkan nasibnya dengan kesejahteraan orang lain di luar sana. Akhirnya merasa paling menderita karena memiliki suami yang serba kurang. Berhentilah bermental korban.
5. Saling Menyempurnakan
Dijodohkan suami-istri, tak ada maksud lain selain saling melengkapi. Tak ada suami yang sempurna, sebagaimana kita bukanlah istri yang sempurna. Suami istri adalah cermin. Jika ingin melihat dia baik, kita pun harus baik.
Tak ada suami yang tak ingin menyenangkan istri. Tak ada suami yang tak ingin kaya. Tak ada suami yang tak sayang, selama istri memenuhi kasih sayangnya. Tak ada suami dan istri yang menginginkan perpisahan. Berjuanglah berdua.