Judul Buku: Menggagas Pendidikan Islam
Penulis : M. Ismail Yusanto, dkk.
Penerbit : Al-Azhar Press
Tahun terbit : 2018
Halaman : 270 Halaman
ISBN : 979-3118-40-7
Cetakan : ke-5
Genre : non fiksi
Peresensi : Intan H.A
Muslimahtimes – Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Ia adalah investasi paling berharga bagi sebuah bangsa. Oleh karenanya, Islam mencurahkan perhatian lebih dalam ranah ini. Di masa Khilafah Islam, negara memberikan jaminan pendidikan secara cuma-cuma (gratis) dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan fasilitas sarana dan prasarana sebaik mungkin. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan tugas yang harus dipikul negara serta diambil dari kas baitul mal.
Di Madrasah Al-Mustanshiriah yang didirikan oleh Khalifah al-Muntashir di kota Baghdad, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya, fasilitas sekolah tersedia lengkap, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit dan pemandian. Begitu pula dengan Madrasah An-Nurriyah di Damaskus yang didirikan pada abad keenam Hijriah oleh Khalifah sultan Nuruddin Muhammad Zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan untuk siswa, staf pengajar dan para pelayan, serta ruang besar untuk ceramah. Dan jauh sebelumnya, Ad-Damsyiqy mengisahkan dari al-Wadliyah bin Ataha’ bahwa Khalifah Umar bin Khattab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas) .
Beginilah bentuk peri’ayahan (pengurusan) seorang Khalifah dalam sistem Islam untuk urusan pendidikan. Tujuannya adalah agar para peserta didik semakin bersemangat dalam menimba ilmu dan kemudian tergerak untuk mengembangkannya.
Pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram, dan tersistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam, menguasai tasqofah Islam dan juga IPTEK maupun ketrampilan.
Dalam pendidikan Islam, akidah Islam dijadikan dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum, dan standar nilai ilmu pengetahuan, serta proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru sekaligus budaya sekolah yang akan dikembangkan. Dengan dibangun atas dasar akidah inilah, maka umat Islam mencapai kejayaannya di bidang pendidikan.
Namun sayangnya saat ini, dunia pendidikan mengalami kemerosotan. Tujuan utama dari proses pendidikan, yakni membentuk karakter atau kepribadian siswa tidaklah terwujud. Hal ini disebabkan karena kurikulum pendidikan tidak lagi dibangun dengan akidah Islam, melainkan ditegakkan atas dasar ideologi sekularisme-kapitalisme. Sistem pendidikan sekuler-kapitalis melahirkan generasi yang menjadikan materi sebagai tolok ukur dalam kehidupannya.
Pendidikan dalam sistem ini memandang bahwa hasil pendidikan haruslah mengembalikan pundi-pundi ripiah yang dikeluarkan orangtua siswa. Alhasil, generasi yang dicetak oleh sistem pendidikan ini hanya akan melahirkan manusia yang matrealistik dan individualistik. Maka tidak sedikit kaum terpelajar yang terlibat dalam kasus korupsi, tindak kriminal, pergaulan bebas, dan sebagainya. Inilah dampak dari sistem pendidikan sekuler-kapitalisme. Kegagalan membentuk manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya, merupakan faktor utama kelemahan paradigma dari sistem pendidikan saat ini.
Berangkat dari hal inilah, kemudian ustadz Ismail Yusanto dan kawan-kawan, menerbitkan sebuah karya tulisan yang bisa menjadi acuan untuk mengubah wajah buram dunia pendidikan menuju ke arah yang diinginkan. Buku setebal 270 halaman ini akan menjabarkan konsep pendidikan dalam Islam yang mampu menjadi obat bagi sistem pendidikan saat ini. Buku ini akan menjelaskan secara detail gagasan pendidikan dalam pandangan Islam, agar secara filosofis dan ideologis pendidikan yang ada dapat melaju pada arah yang benar sesuai visi-misi penciptaan manusia di muka bumi. Harapannya semoga dari proses pendidikan terlahir generasi-generasi shalih dan mushlih yang mampu mengadakan perubahan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana Islam pernah menjadi sentra ilmu pengetahuan di masa kejayaannya.[]