Oleh: Nur Istiqomah
MuslimahTimes.com- Beberapa waktu yang lalu Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habieb Rizieq Shihab kembali ke Tanah air, Indonesia. Narasi tentang Revolusi Akhlak semakin familiar di tengah publik. Kedatangan HRS disambut gembira umat. Hal itu tampak dari antusiasme umat menjemput beliau. Bandara Soekarno Hatta seketika saat itu memutih dipadati ribuan umat. Sosok ulama fenomenal yang mampu menyatukan hati dan perasaan umat di bawah satu komandonya. Luar biasa.
HRS selain dikenal sebagai pimpinan Front Pembela Islam, beliaulah yang menginisiasi gerakan 212 dan beragam aksi Bela Islam kala Al-Qur’an dinista. Gerakan itu pun menjadi arus baru perjuangan umat. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang lantang membela kebenaran dan melawan kezaliman. Tampa rasa takut sedikitpun. Mungkin karena sosoknya yang tak gentar membela kebenaran, penguasa zalim jadinya gemetar. Sebab, di zaman penuh fitnah, semakin sedikit ulama yang istikamah menyuarakan kebenaran di hadapan penguasa zalim.
Sebagaimana sabda Nabi Saw yang menyatakan jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa zalim.
Hal ini wajar jika riuhnya ucapan ahlan wa sahlan kepada HRS terus menggema. Karena saat ini, umat sudah terlalu jenuh dengan segala pencitraan dan kepalsuan yang melekat pada penguasa dan pejabat produk demokrasi.
Kebijakan yang tajam tumpul adalah potret kebijakan produk demokrasi saat ini. katanya pro rakyat, tapi setiap kebijakan yang di ambil selalu menindas rakyat. Ngakunya membela kepentingan rakyat, faktanya menyengsarakan rakyat. Katanya demokratis, tapi suara rakyat ditepis habis. Dulunya bilang kangen dikritik, tapi ujungnya antikritik.
Berbagai problematika yang terjadi di negeri ini tak berujung serta tanpa solusi pasti. Dari perilaku korupsi hingga menghianati rakyat sendiri. Rezim lebih berpihak pada kepentingan kapitalis asing dibanding anak negeri. karena alasan-alasan itulah Revolusi Akhlak digaungkan HBS. Dan bahkan umat saat ini memiliki pemikiran yang sama.
Menurut HBS Revolusi Akhlak merupakan gagasan lama yang telah ada dan cocok dihidupkan kembali karena gagasannya berasal dari bapak revolusi dunia.
“Sebelum pulang ke Indonesia saya serukan Revolusi Akhlak. Saya tidak membawa sesuatu yang baru dalam Revolusi Akhlak, karena sesungguhnya bapak revolusi dunia, Revolusi Akhlak, tidak lain dan tidak bukan adalah Sayyiduna Muhammad Saw. Bagi kita beliau adalah bapak revolusi akhlak dunia, pejuang Revolusi Akhlak,” ujarnya seperti dikutip dari Hops.id-jaringan Suara.com.
Pernyataan tersebut disampaikan Rizieq, dalam ceramah dan pidato di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw oleh Majelis Taklim Alafaf, Tebet, Jakarta Timur pada Jumat (13/11/2020) yang disiarkan kanal Youtube Front TV.
Rizieq mengemukakan, Nabi Muhammad membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya terang. Dalam ceramahnya di Markas Syariat Petamburan, dia juga menyinggung soal penerapan Revolusi Akhlak.
Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
Akhlak adalah pengejawantahan dari pelaksanaan syariat Islam dalam kehidupan. Mustahil ia berakhlak karimah manakala ia tak melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Akhlak buruk adalah hasil diterapkannya perilaku manusia yang melawan perintah Allah. Sebab, baik buruk akhlak itu disandarkan pada syariat Islam.
Dalam setiap diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tercakup seluruh akhlak baik. Itulah kenapa beliau dijadikan uswah bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an dan As sunnah. Akhlak tentang pribadi beliau sebagai suami, orang tua, anak, anggota masyarakat, dan juga sebagai kepala negara. Semua itu harus menjadi teladan bagi kita semua.
Sebab nabi kita tidaklah diutus, kecuali untuk menyempurnakan Akhlak, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, Innama Bu Itstu liutammima makarimal akhlaq. Artinya: Sesungguhya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR Bukhari).
Menurut Habib Rizieq, ajaran nabi berdiri atas dasar akhlak, baik dalam konteks ibadat maupun muamalat, semua berdiri atas dasar akhlak. “Karena itu kewajiban umat Islam dalam setiap aspek kehidupan, senantiasa berdiri atas dasar Akhlak,” Makanya aneh sekali, ketika mendengar, pernyataan dari seorang pejabat tinggi, yang mengatakan agama tidak mengatur negara. Innalillahi Wainnailaihi Rajiun, orang yang berprinsip agama tidak mengatur negara, ini datang dari pemikiran liberal, atau datang dari pemikiran atheis. Pemikiran yang ingin membebaskan diri dari ikatan agama.
Inilah maksud seruan revolusi akhlak yang disebutkan HRS. Melansir dari CNN Indonesia, 10/11/2020, beliau mengajak seluruh umat Islam untuk melakukan revolusi akhlak. Revolusi akhlak dapat dimulai dengan hijrah dari perbuatan maksiat ke perbuatan yang lebih taat pada aturan agama.
“Karena itu, kepada umat Islam, mulai hari ini sudah revolusi akhlak dan semua yang tidak taat harus menjadi taat. Setuju?” kata HRS yang langsung dibalas jemaahnya. “Hijrah dari perbuatan buruk ke perbuatan baik! Kita ganyang segala kezaliman. Kita lawan segala korupsi,” tuturnya.
Sebelumnya, Sekretaris Umum Front Pembela Islam Munarman mengatakan revolusi akhlak yang diusung HRS Shihab berbeda dengan revolusi mental yang digaungkan Presiden Jokowi. Munarman mengatakan revolusi akhlak gagasan HRS akan menggantikan revolusi mental ala Jokowi yang gagal. Menurutnya, revolusi mental telah gagal karena tak berlandaskan Al-Qur’an dan sunah.
Menurut KBBI, revolusi adalah perubahan mendasar. Maka, revolusi akhlak merupakan perubahan mendasar pada akhlak individu, masyarakat, dan pemimpin negeri. Seperti yang disampaikan HRS, revolusi akhlak itu bisa dimulai dengan hijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan. Keataatan kepada siapa yang dimaksud? Tentu ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Ketaatan total agar tunduk pada aturan Allah Yang Maha Sempurna.
Hal itu bisa dimulai dari perbaikan individu sekaligus perbaikan masyarakat. Hari ini akhlak masyarakat rusak karena diterapkannya sistem sekuler liberal. Agama (Islam) tak lagi menjadi pedoman hidup. Islam sebatas terwujud dalam kehidupan pribadi. Itu pun juga masih tercemari rusaknya sistem sekuler. Sebab apa? Karena masyarakatnya juga berakhlak buruk. Apalagi mental pejabat yang jauh dari aturan Islam.
Buktinya, jabatan dan kekuasaan melenakan diri. Saat menjabat, nurani mati. Ketika berkuasa, hati tak berempati. Adakah pemimpin hari ini mau meneladani bagaimana cara Nabi Saw. menjalankan pemerintahan? Faktanya, mereka menjalankan negeri dengan mengadopsi demokrasi kapitalis ciptaan Barat. Sangat jauh dari ketentuan syariat.
Oleh karenanya, revolusi akhlak juga mestinya diikuti dengan revolusi sistem. Sebab, akhlak individu dan masyarakat yang buruk adalah akibat diterapkannya sistem kapitalis sekuler. Karena meskipun akhlak telah terbentuk namun jika sistem yang digunakan sistem kapitalis, maka itu akan sia-sia.
Oleh karenanya sepatutnya kita optimis bahwa keduanya bisa segera terwujud. Hari ini boleh jadi revolusi akhlak, selanjutnya adalah revolusi sistem. Yaitu mengubah sistem sekuler menjadi sistem Islam yang merevolusi akhlak manusia. Nabi Saw diutus memperbaiki akhlak. Nabi pun juga diutus memperbaiki sistem jahiliyah saat itu. Kondisi ini tak jauh berbeda dengan sekarang. Sistem jahiliyah masa kini harus diubah menjadi sistem Ilahiyah yang bersandar pada Al-Qur’an dan sunah.