(Analisis populer Serial Drama Fiksi Sejarah “Ruyi’s Royal Love in the Palace” yang diadaptasi dari Novel “Hou Gong Ru Yi Zhuan” Karya Liu Lianzi)
Bagian 3
Oleh : Salma Shakila
MuslimahTimes.com – Biasanya seorang perempuan menjadi selir untuk meningkatkan prestise melalui kapasitasnya menghasilkan anak. Dalam cerita digambarkan bahwa seorang selir dapat mempertahankan situasinya jika menghasilkan anak. Para selir ini bertugas untuk melahirkan anak bagi kaisar sebanyak-banyaknya. Bagi selir yang bisa melahirkan anak laki-laki maka akan menjadi selir tingkat tinggi. Kekaisaran akan memastikan cukup banyak ahli waris yang akan bertahan hidup hingga dewasa.
Bukan hanya kebetulan jika angka kematian bayi di kota terlarang sangat tinggi. Selain jumlah selir yang terlalu banyak, kaisar yang seorang diri menggauli banyak perempuan di istana menjadikannya sulit sekali terjadi kehamilan. Jika ada kehamilan maka benih ini disebut anak naga karena saking sulitnya.
Seorang anak kaisar dari selir akan menaikkan derajat ibunya. Untuk itu seorang selir akan melakukan segala cara agar anaknya bisa menjadi calon kaisar mengalahkan anak-anak kaisar yang lain. Maka segala cara dilakukan termasuk membunuh. Hanya saja pembunuhan tidak dilakukan secara brutal melainkan secara halus seperti diam-diam membubuhkan racun pada makanan. Maka tak heran jika konsumsi racun di istana sangatlah tinggi.
Sasaran serangan selir yang menginginkan anaknya menjadi kaisar tidak hanya menyerang ketika anak itu sudah besar dan layak ikut bersaing untuk menjadi kaisar tapi juga serangan terjadi sejak kecil, sejak masih bayi, sejak dalam kandungan bahkan upaya-upaya mencegak kesuburan dari selir yang lain menjadi konflik yang terus menerus terjadi. Dikisahkan dalam drama seorang wanita kaisar tidak bisa mengandung karena terus menerus diberi obat pencegah kehamilan bahkan obat itu terkadang diberikan atas perintah kaisar, ibu suri dan permaisuri.
Adapula selir yang diangkat rahimnya untuk mencegah lahirnya keturunan dari selir tersebut. Artinya memang selain secara kebebasan seksual diserang akibat praktik pergundikan, para selir ini pun diserang dari sisi sistem reproduksi.
====
Serial drama yang bertema kerajaan/kekaisaran dan bagaimana perempuan diperlakukan pada masa itu menjadi cukup populer muncul pada awal abad 20 hingga saat ini. Bukan semata-mata untuk menyampaikan nilai sejarah saja tapi lebih dari itu. Serial drama ini menjadi corong untuk memasukkan ide-ide feminis dan kesetaraan gender.
Serial-serial drama ini membawa pesan bahwa kesetaraan gender juga mencakup seruan agar kebebasan seksual perempuan juga dijamin, memungkinkan mereka untuk terlibat dalam hubungan apapun yang mereka inginkan baik di dalam maupun di luar pernikahan. Tentu ini juga menyangkut bagaimana seorang wanita bisa menjadi ibu dan tidak mendapat ancaman atas hal itu. Para perempuan diharapkan memiliki hak untuk memiliki kontrol reproduksi penuh termasuk melakukan aborsi dengan sedikit pembatasan.
Gambaran bagaimana seorang wanita kaisar mengganggu kebebasan reproduksi wanita kaisar yang lain menjadi satu alur untuk memasukkan pesan tentang pentingnya kontrol reproduksi dimiliki oleh seorang perempuan, siapapun dia.
Dokumen persiapan dari konferensi perempuan PBB Beijing +5 mencakup pernyataan : “Memastikan bahwa perempuan dari segala usia dapat sepenuhnya mewujudkan seksualitas mereka bebas dari paksaan, diskriminasi, dan kekerasan. Namun benarkah kebebasan kontrol reproduksi ini akan menjadi solusi yang bisa melindungi perempuan dari kekerasan?
Pegiat gender menganggap bahwa pelecehan dan kekerasan yang menyasar perempuan disebabkan oleh hubungan kekuasaan. Dalam drama digambarkan seorang selir kehilangan kesempatan untuk memiliki anak karena terbatasnya akses bersama kaisar. Selain itu, infertilitas dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa di sekitar selir sehingga selir tersebut tidak bisa mengandung karena tanpa sadar diberi ramuan pencegah kehamilan bahkan ada yang yang diangkat rahimnya. Maka itu dari mereka menganggap perlu ada kesetaran gender agar para perempuan bisa mengontrol kebebasan reproduksi atas dirinya.
====
Tapi lihatlah walaupun aturan sudah dibuat berpasal-pasal bahwa ide kesetaraan gender ini akan melindungi perempuan, akan tetapi fakta di lapangan kontradiktif. Kekerasan terhadap perempuan tetap terjadi karena masalah perempuan ini terjadi bukan soal tidak setaranya antara perempuan dan laki-laki.
Seharusnya kita melihat bahwa sistem Islam menjadikan posisi wanita mulia dan Islam melindunginya dengan baik. Sejak 1400 tahun yang lalu, Islam datang menyelamatkan, melindungi hak-hak kemanusian baik itu terhadap laki-laki maupun perempuan. Islam terdepan dalam menyelamatkan manusia dari ketertindasan.
Peradaban kuno Yunani, Roma, India, Cina, Persia bahkan Arab jahiliyah sangat menindas perempuan dan mengeksploitasi seksualitas perempuan. Islam justru hadir membawa perubahan dan harapan baru bagi kehidupan perempuan.
Cetak biru Islam yang menyeluruh dan unik tentang prinsip-prinsip dan hukum yang terperinci yang ditegakkan oleh khilafah Islam dengan metode kenabian terbukti dalam sejarah mampu meningkatkan status perempuan, mengamankan hak-hak perempuan, meningkatkan standar hidup perempuan serta mencapai kemajuan sejati. Jadi solusi atas persoalan wanita sesungguhnya adalah Islam saja, bukan yang lain.
Wallahu a’lam.