PERINGATAN HARDIKNAS YANG TERNODAI
Oleh : Nazlia Ummu Zaidan
Bagi setiap bangsa, generasi muda adalah asset terbesarnya. Jika mereka tumbuh menjadi generasi emas, maka sebuah bangsa akan optimis menatap masa depannya. Sebaliknya jika tidak, maka akan jadi bencana bagi bangsa itu.
Maka wajar jika sebuah Negara sangat memperhatikan aspek dunia pendidikan bagi rakyatnya. Di negeri ini misalnya, dalam rangka menjaga spirit dunia pendidikan, negeri ini menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tentu saja, diharapkan dengan demikian generasi muda negeri ini akan tumbuh menjadi generasi yang dibanggakan.
Namun sayangnya, entah kenapa justru pada tahun ini peringatan Hari Pendidikan Nasional malah diperingati dengan cara nonton bareng 2 film nasional, yakni Dilan dan Yo Wis Ben. Sebagaimana dilansir detik.com, Acara nobar itu diharapkan dapat membuat masyarakat lebih mengapresiasi film nasional.
“Memang benar ini sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2018, yaitu nonton bareng film Indonesia, untuk lebih mencintai dan menghargai film karya anak bangsa dengan cara nobar film Indonesia,” kata Kasubbag Layanan Informasi Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud Anandes Langguana dalam keterangannya, Kamis (19/4/2018)
Tentu hal ini jadi perhatian kita bersama. Bukan masalah nontonnya, tapi lebih kepada pemilihan film yang ditonton. Kita sepakat bahwa film merupakan sebuah karya seni yang memang pantas diapresiasi, khususnya jika bermuatan positif dan tentu saja sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sementara dari dua film yang disiapkan Kemendikbud berisikan nilai-nilai sekulerisme yang justru terbukti merusak umat ini. Yang ditonjolkan dalam dua film itu tak lebih dari roman picisan yang juga berbalut kekerasan dan kurangnya adab.
Sementara sebagai generasi harapan sebuah bangsa, semestinya generasi muda disiapkan menjadi generasi tangguh yang bisa memimpin peradaban, bukan hanya bangsa ini tapi juga bahkan memimpin peradaban dunia.
Belum hilang dari ingatan kita beberapa kasus kekerasan yang dilakukan pelajar, baik terhadap gurunya maupun aksi bullying terhadap teman-temannya. Dan jika begitu, apa yang bisa diharapkan dari nonton film seperti itu?
You are what you seeing. Begitu kata pepatah. Jika yang ditonton hanyalah film bermuatan sekuler dan terdapat unsure kekerasan, maka tidak mengherankan jika justru Hari Pendidikan Nasional diwarnai beberapa aksi tawuran antar pelajar.
Mau diakui atau tidak, dunia pendidikan kita saat ini gagal membangun karakter para pelajar. Yang terjadi di dalam proses pendidikan hanyalah proses transfer ilmu tanpa disertai transfer karakter. Dan yang semakin memprihatinkan adalah, fakta bahwa dunia pendidikan kita mengabaikan pelajaran agama di mana justru negeri ini berpenduduk mayoritas Muslim.
Maka, satu-satunya harapan dalam dunia pendidikan adalah kembali pada Islam.
Dunia pernah mencatat kegemilangan peradaban Islam dalam membangun generasi-generasi cemerlang yang memimpin peradaban dengan ilmu pengetahuan dan ketaqwaannya.
Dunia mengenal Ibnu Firnas sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar ilmu penerbangan, Al Khawarizmi yang menemukan angka nol, Ibnu Sina yang dikenal sebagai pakar dunia kedokteran, dan masih banyak lagi.
Tak heran, karena Islam sangat memuliakan orang-orang berilmu. Islam sangat mendukung segala macam bentuk dunia pendidikan sehingga Negara akan menerapkan mekanisme khas yang akan membuat setiap orang mendapatkan akses pendidikan terbaik.
Kita sangat merindukan anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang bukan hanya cemerlang dalam intelektualitasnya tapi juga dahsyat ketaqwaannya. Dan tentu saja, itu hanya bisa dicapai jika negeri ini kembali pada Islam. Kembali pada penerapan Quran dan Sunnah. []