Oleh : Nurul Afifah
#MuslimahTimes — Pandemi Covid-19 seakan tidak menemui ujungnya . Semakin hari korbannya semakin menanjak naik. Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal karena pandemi covid-19 pun semakin bertambah dan tercatat paling tinggi di Asia.Dilansir dari kompas.com, (2/01/2021) Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia.
Selain itu, Indonesia juga masuk ke dalam lima besar kematian tenaga medis dan kesehatan di seluruh dunia. “Sejak Maret hingga akhir Desember 2020 terdapat total 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19,” ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI, Sabtu (2/1/2021).
“Jumlah itu terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, 10 tenaga laboratorium medis,” tuturnya.Kenaikan ini merupakan salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas seperti berlibur, pilkada dan aktivitas berkumpul keluarga yang tidak serumah.
Seperti diberitakan Kompas.com, 31 Agustus 2020, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan terus bertambahnya dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 adalah kerugian besar bagi Indonesia.
Dicky mengungkapkan, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk.
“Artinya, Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya. Sehingga, kehilangan 100 dokter sama dengan 250.000 penduduk tidak punya dokter,” kata Dicky.Selain itu, kehilangan ini juga merugikan Indonesia dalam hal investasi sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.
Fakta tersebut menunjukkan, betapa lemah dan tidak seriusnya pemerintah dalam menangani pandemi. Nyawa seseorang seakan tak ada harganya. Hal ini lumrah terjadi dalam negara yang menganut sistem kapitalis-sekuler, sistem yang melahirkan kebijakan melalui tangan manusia bukan berdasarkan qur’an dan sunnah. Mereka membuat aturan sesuai kepentingan diri dan golongan, sehingga mustahil memberi solusi pada seluruh hal, termasuk pada pandemi yang terjadi saat ini .
Bagaimana mungkin memberi solusi atas masalah pandemi, penguasa dalam sistem kapitalis sangat perhitungan dalam mengatur negara.Kesehatan adalah hak dasar rakyat yang harus dijamin pemenuhannya, tetapi dalam sistem kapitalis ini justru dikomersialkan. Kesehatan yang baik hanya bisa dinikmati kalangan berada . Kehadiran vaksin dan tes untuk melacak virus inipun dibisniskan. Padahal jutaan nyawa manusia menjadi taruhan. Jika begini nyawa orang-orang yang berada digarda terdepan, yaitu tenaga kesehatan akan menjadi tumbal. Begitu murahnya nyawa melayang akibat keserakahan penguasa akibat menganut sistem kapitalis-sekuler ini.
Islam dalam mengatasi wabah tidak lepas dari kelengkapan ajaran islam. Dalam islam, kepemimpinan adalah amanah yang akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda : ” Imam (Kepala Negara) adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban rakyatnya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadist tersebut, pemimpin harus benar-benar berupaya sekuat tenaga dalam ikhtiyar penyelesaian wabah yang merupakan bagian amanah Allah. Diantara tujuan syariah adalah menjaga jiwa. Islam mengajarkan bahwa nyawa manusia harus dinomorsatukan melebihi ekonomi dan aspek lainnya. Terkait dengan nyawa, Rasulullah bersabda : ” Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai dan Tirmidzi).
Islam memandang kesehatan adalah salah satu dari tiga kebutuhan dasar publik yang wajib diberikan oleh negara secara gratis. Negara wajib menjamin kesehatan rakyatnya, termasuk menghilangkan penderitaan rakyat, salah satunya saat wabah terjadi.
Ketika terjadi wabah, khalifah akan membuat kebijakan sehingga wabah akan teratasi dengan cepat. Kebijakan tersebut adalah:
Pertama, Menentukan test dan tracing dengan cepat agar dapat mengetahui orang-orang yang sakit dan sehat sehingga dapat dipisahkan. Kelambanan test dan tracing akan membiarkan masyarakat lebih banyak terkena wabah dan semakin banyak yang meninggal.
Kedua, Pusat wabah harus ditentukan dengan cepat dan menjaga wabah agar tidak meluas. Orang-orang yang berada di daerah wabah tidak boleh keluar, dan orang-orang yang berada diluar daerah yang terkena wabah tidak boleh masuk. Hal ini sesuai sabda Nabi : ” Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya .”(HR. Bukhari & Muslim) .
Ketiga, Menjamin kebutuhan dasar masyarakat yang diisolasi. Dalam hal ini, negara harus berperan nyata dalam memenuhi kebutuhan rakyat yang diisolasi. Jika negara berlepas tangan maka, rakyat akan keluar dari daerah isolasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Keempat, Menjaga wilayah yang tidak masuk wabah tetap produktif sehingga dapat dapat menompang daerah yang terkena wabah.
Kelima, Merawat, mengobati dan melayani masyarakat yang sakit dengan perawatan terbaik oleh dokter dan fasilitas kesehatan yang berkualitas.
Keenam, Mendorong dan mendukung dengan dana yang besar agar para peneliti dan ilmuan melakukan penelitian vaksin yang bisa digunakan untuk mengatasi wabah. Setelah vaksin ditemukan , khalifah membagikan kepada rakyatnya secara cuma-cuma
Khalifah dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik karena disokong sistem pembiayaan yang kokoh. Pendanaan layanan kesehatan ini berbasis pada baitul mal dari kepemilikam umum negara. Kepemilikan umum ini bersumber dari pengelolaan sumber daya alam yang melimpah, yang mampu membiayai layanan kesehatan terbaik. Sehingga wabah mampu ditangani dan kematian bisa diminimalisir .
Wallahu’alam