Mendekap Rindu, dengan Cinta-Nya
Judul buku : Kembara Rindu, Dwilogi Pembangun Jiwa
Penulis : Habiburrahman El-Shirazy
Penerbit : Republika
Tahun terbit : Cetakan 1, September 2019
Tebal buku : 266 halaman
Resentator: Najwa Az-Zahra
Muslimahtimes.com – Novel _Kembara Rindu_ adalah salah satu karya sastra yang ditulis oleh novelis nomor satu di Indonesia, yaitu Habiburrahman El-Shirazy. Novel yang dikemas dengan penceritaan apik ini telah mendapat banyak penghargaan. Dengan mengambil latar wilayah Cirebon, Kuningan dan Lampung, novel ini meramu kisah tentang kehidupan seorang santri yang kental dengan nuansa religius kesantrian yang memberikan kesan cinta akan pondok pesantren. Cintanya yang sedari awal hanya kepada keluarga, kini mesti terbagi untuk para guru serta teman seperjuangan di pondok pesantren. Butuh waktu untuk sang tokoh berproses mengenal kehidupan baru di pondok pesantren, hingga rasa tidak sukanya kelak dapat berganti dengan derasnya kerinduan akan pondok pesantren.
Sebagaimana terngiang dalam jiwanya nasihat sang guru sewaktu mengisi pengajian untuk para santri,
‘’Di dunia ini kita seperti orang bepergian, orang yang mengembara. Dunia ini bukan tujuan kita. Tujuan kita adalah Allah. Kita harus memiliki rasa rindu yang mendalam kepada Allah. Dan Allah akan membalas dengan kehangatan rindu dan ridha-Nya yang tiada bandingan-Nya.’’
Selama empat tahun, Ridho menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu sebagaimana usulan dari kakeknya, kakek Jirun yaitu di Pesantren Darul Falah, Desa Sidawangi. Kakeknya berpesan agar Ridho senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak mulia dan tetap rendah hati kepada sesama. Sebab kakek Jirun ingin agar ada keturunannya yang menjadi santri untuk mendalami ilmu Al-Qur’an. Ridho pun yang sedari awal terbesit keraguan, perlahan dirinya mampu menyadari bahwa rasa cintanya kepada keluarganya telah meyakinkan hatinya untuk berjuang meraih impiannya. Tekadnya sudah bulat, bahwa dirinya sebisa mungkin tidak membuat keluarganya kecewa.
Dalam novel ini pun penulis menceritakan tentang konflik keluarga yang dialami Ridho. Rupanya, Ridho adalah anak yang hidup dalam keluarga kekurangan, kesulitan finansial yang dialaminya sempat meremukkan mimpinya. Namun, Ridho tidak berlama-lama meratapi kesedihannya, ia kembali antusias menunaikan setiap tanggung jawab yang diberikan oleh kakeknya dan gurunya, Kyai Nawir. Baik berupa tanggung jawab yang ringan hingga terberat sekalipun, dirinya semaksimal mungkin menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tenang dan sabar. Hampir setiap hari seperti tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, seperti tugasnya untuk mengajarkan ilmu tentang Al-Qur’an, memakmurkan masjid dan tanggungjawabnya sebagai khadim di Pondok Pesantren Darul Falah.
Berkah ketaatan Ridho pada pesan guru-gurunya, akhirnya membawanya pada keberhasilan dalam hidup Ridho. Dengan panjangnya alur kehidupan, sampailah Ridho menikmati puncak keberhasilan. Walau lulusan pesantren, ternyata tidak menjadi penghalang baginya untuk menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang S1. Dari keberhasilannya, ia dapat mengembangkan usahanya, menyekolahkan adik sepupunya, membiayai kehidupan kakek dan neneknya, serta membantu memajukan Pondok Pesantren Darul Falah tempat dirinya memperoleh segudang ilmu dan pengalaman bermakna.
Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik. Pembaca dapat menikmati untaian hikmah menggugah yang diselipkan pada setiap alur ceritanya. Rumitnya konflik yang disajikan dalam cerita mampu menguras rasa penasaran pembaca. Pembaca seakan ikut merasakan berbagai keadaan yang dijalani oleh sang tokoh utama. Hanya saja sangat disayangkan, cerita dalam novel ini belum tuntas secara keseluruhan dan masih menggantung sebab telalu banyak konflik. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini tetap diminati oleh banyak kalangan.
Sebagai resensator, saya sangat merekomendasikan agar buku ini semakin meluas untuk dimiliki banyak kalangan. Terkhusus buku ini sangat dianjurkan agar dimiliki kalangan remaja. Sebab pada fase remaja inilah dibutuhkan arahan bijak dalam mencari jati diri. Dengan hadirnya novel ini diharapkan membawa dampak positif bagi remaja, mengubah pola pikir remaja bahwa setiap waktunya adalah kesempatan terbaik untuk menjadi sosok berbeda dan istimewa.
Walaupun alur cerita dalam novel ini kental dengan nuansa kepesantrenan, namun banyak hikmah yang dapat dipetik bahwa bagaimana pun keadaan kita tetap hadirkan rasa cinta dan rindu kepada Sang Maha Kuasa.