Oleh. Agustinae
Muslimahtimes.com – Aksi terorisme kembali muncul di Indoneisa dengan pelaku perempuan muda yang meninggalkan wasiat agar keluarganya meninggalkan riba, menolak demokrasi dan pemilu. Aksi perempuan tersebut membuat ketakutan yang meluas di masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana bisa perempuan yang dikenal dengan sosok yang memiliki kelembutan di hatinya tega membunuh dan melakukan aksi teror kepada orang lain? Ada apa sebenarnya di balik fenomena ini? Yuk kita telurusi faktanya.
Dilansir dari REPUBLIKA.co.id (01-04- 2021), Ketua Centra Initiative dan peneliti Imparsial Al-Araf menyarankan kepada Kepolisian RI untuk memperketat sistem pencegahan dan pengawasan di seluruh kantor polisi. Pengetatan ini setelah terjadi aksi penyerangan di Markas Besar Kepolisian RI. “Serangan yang terjadi di Makasaar dan Jakarta menunjukkan kelompok teroris masih memiliki jejaring untuk terus melakukan perlawanan dengan aksi bom bunuh diri, penembakkan, dan lainnya”, kata Al Araf.
Aksi dari perempuan dengan inisial ZA tersebut kemudian dilumpuhkan polisi dengan tembakan hingga tewas. ZA sendiri diketahui meninggalkan surat wasiat yang dikirimkan untuk ayah, ibu, adik, dan orang-orang yang dicintainya. Surat wasiat ZA berisikan beberapa poin, yaitu agar keluarganya meninggalkan riba, menolak demokrasi dan pemilu, dan lain sebagainya.
Akhirnya aksi teror ini dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengampanyekan feminisme dan mendesakkan program moderasi beragama. Bagaimana tidak, lagi-lagi perempuan ditempatkan sebagai bukan manusia, akan tetapi sebagai objek, sebagai sasaran tembak, atau bahkan sebagai korban.
Bahkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun meminta untuk para pendakwah maupun dai agar dapat menjalankan perannya dengan menyebarkan toleransi dan berpikiran terbuka di Indonesia.
Dilansir dari Liputan6.com (04 April 2021), “Gunakan narasi dakwah yang rahmatan lil ‘alamin dengan manhaj yang wasathy. Metode dakwah yang digunakan harus menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam dan majemuk,” ujarnya. “Yang mampu mendeteksi dini dan mengeliminasi pola pikir intoleran, egosentris kelompok, dan gerakan yang mengarah pada kekerasan,” tandas Ma’ruf Amin.
Aksi yang melibatkan perempuan dalam berbagai teror merupakan cara untuk mengkriminalisasi dengan tujuan menciptakan teror yang lebih kuat. Efeknya adalah muncul ketakutan terhadap kaum muslimin, baik pada pihak laki-lakinya maupun dari pihak perempuan. Karena pada dasarnya mereka sama-sama memiliki jiwa teroris. Inilah sebenarnya yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam yang membuat skenario aksi pengeboman ini.
Islam adalah ajaran yang sempurna, karena pada hakikatnya Islam tidak pernah mengajarkan aksi terorisme kepada orang lain.
Agar perempuan tak terpapar terorisme, maka sudah merupakan tugas kita untuk menyampaikan kebenaran tentang Islam kafah, menanamkan akidah yang lurus, serta membentuk kepribadian Islam. Islam kafah bukan berarti dikategorikan sebagai Islam radikal dengan makna terorisme, akan tetapi Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Perempuan yang dididik dengan Islam kaffah akan menjadi ibu yang salihah, menjaga kehormatan dirinya, mendidik anak dan keluarganya dengan benar, serta menjadikan keluarganya sebagai basis bagi dakwah Islam dan ikut menjaga kebaikan di masyarakat. Hanya syariat Islam yang mampu memberikan solusi sempurna, karena syariat Islam diturunkan dari Sang Pencipta yang mengetahui secara detail tentang ciptaannya.
Maka bagi kita adalah tidak perlu takut untuk menerapkan Islam kafah, justru hal inilah yang akan mengantarkan perempuan menjadi ibu yang melahirkan umat terbaik bagi manusia. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya “Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang ma’ruf, mencegah dari munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran [3]: 110).