Oleh : Ranti Wijaya
Muslimahtimes.com – Bulan penuh berkah telah datang. Hidup bersama Covid-19 masih dirasakan. Ini artinya, di tahun tersebut merupakan Ramadan kedua di tengah wabah. Hingga kini kasus baru masih bermunculan, seperti yang dilansir CNN Indonesia (11/4) tercatat 1.566.995 kasus positif Covid-19 di Indonesia sejak diumumkan pertama kali pada awal bulan Maret 2020 lalu. Dari kasus ini 1.414.507 diantaranya sembuh dan 42.530 meninggal dunia.
Seperti tak mau kalah, musibah baru pun bermunculan melanda negeri ini. Antaranews.com (6/4/2021) menulis bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejak 1 Januari hingga 5 April 2021 sebanyak 1.045 bencana alam terjadi di Indonesia. Bencana tersebut didominasi oleh banjir, puting beliung dan tanah longsor.
Tak lama menuju Bulan Ramadan, siklon tropis Seroja menghampiri kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Korban mencapai 210 orang yang terbagi atas 165 meninggal dunia dan 45 hilang. (iNews.id, 8/4/2021)
Musibah ini juga memunculkan trauma di tengah warga khususnya mereka yang masih berusia belia.
Semakin dekat kaum muslimin menyambut bulan suci, masih ada musibah yang menyapa kembali. Gempa dengan kekuatan 6,1 SR mengguncang Kota Malang, Sabtu 10 April 2021 dan turut dirasakan di kota sekitarnya. Sepuluh kali gempa susulan dirasakan satu hari setelah gempa besar terjadi.
Musibah datang bertubi-tubi. Haruskah umat berdiam diri? Layakkah musibah ini terlewat tanpa muhasabah diri?
//Muhasabah Menghadapi Musibah//
Tidak menutup kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan menyertai saat musibah terjadi. Di antaranya depresi atau trauma berlebihan hingga mengganggu kesehatan akal. Untuk itu ada beberapa poin yang perlu ditekankan dan dicermati.
1. Keagungan Allah dan Lemahnya Manusia
Musibah yang terjadi menunjukkan betapa manusia kecil dan lemah. Meski ada kalanya mampu memprediksi tapi tak mampu menghadang saat bencana datang. Hanya Allah tempat kembali, memohon pertolongan dan perlindungan.
2. Taat Kepada Allah
Di saat manusia tahu bahwasanya dia adalah makhluk yang lemah maka selayaknya sadar tidak pantas untuk menyerahkan segala urusan kepada selain Allah. Tidak layak manusia merasa lebih pintar dan tahu melebihi Allah, hingga muncul kesombongan menciptakan aturan-aturan menandingi aturan Allah. Tidaklah pantas manusia membangkang, bermaksiat, dan berani membuang aturan Allah.
Allah Swt berfirman yang artinya,”Apakah kalian merasa aman terhadap (hukuman) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia memjungkirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap (azab) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia mengirimkan angin disertai debu dan kerikil? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (TQS. Al-Mulk : 16-17)
Dalam tafsir Ma’alim at-Tanzil, Imam al-Baghawi menjelaskan bahwa Ibnu Abbas ra. berkata,”Apakah kamu merasa aman dari yang ada di langit, yakni dari azab Allah yang ada di langit, saat kalian bermaksiat kepada-Nya. Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kalian sehingga bumi berguncang.”
3. Rida terhadap Ketetapan Allah
Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah atas ketetapan Allah. Musibah atau bencana yang terjadi pastilah ketentuan dari Allah (QS at-Taubah : 51). Manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Untuk itu rasa rida, tawakal dan mengembalikan semuanya hanya kepada Allah harus selalu menghiasi diri (QS. al-Baqarah : 155-157)
4. Musibah sebagai Penghapus Dosa
Jika umat menerima musibah yang ditimpakan pada dirinya penuh kesabaran maka Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya. Rasul Saw. Bersabda yang artinya, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya.” (HR. Bukhari, Muslim)
5. Menjadikan Musibah sebagai Pelajaran
Musibah itu dari Allah namun adakalanya terdapat andil manusia di dalammya (QS. asy-Syura : 30). Bila kondisi ini terjadi semisal banjir maka harus ada perbaikan bagaimana cara untuk menanggulanginya.
Banjir terjadi dipengaruhi empat faktor, yaitu curah hujan, air limpahan dari wilayah sekitarnya, air yang bisa diserap, dan air yang dapat dibuang. Curah hujan yang tinggi manusia tidak mampu menolaknya. Namun 3 faktor lainnya dipengaruhi oleh kebijakan dan sikap manusia terhadap lingkungan.
//Ramadman Saat Tepat Bermuhasabah//
Ramadan bulan suci penuh ampunan, tempat kaum muslimin menempa diri agar menjadi insan yang lebih baik dan bertakwa. Sudah sepantasnya jika dijadikan sarana untuk muhasabah atas bencana yang ditimpakan Allah.
Gempa bumi pernah terjadi di Madinah, Rasulullah Saw meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah, belum datang saat bagimu.” Lalu Nabi Saw menoleh ke arah para sahabat dan bersabda,”Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka jawablah (buatlah Allah rida kepada kalian).”
Demikian pula apa yang dikatakan Umar bin Khattab ra. ketika gempa terjadi pada masa kekhilafahannya, “Wahai manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andaikata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Demikianlah seharusnya, muhasabah terus dilakukan saat musibah terjadi, khususnya di bulan Ramadan ini, saat yang tepat mengingat Allah dan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Begitu banyak aturan Allah yang dicampakkan. Saatnya manusia ingat dan menerapkan aturan-Nya kembali di muka bumi ini.
Wallahu’alam bish-shawab.