Oleh. Heni Widiani
Muslimahtimes.com – Seiring dengan semakin tumbuhnya semangat untuk menjalankan aturan Islam dan berkembangnya dakwah Islam kafah di Indonesia, upaya moderasi Islam semakin kencang juga dilakukan oleh pihak yang mengusung Islam moderat. Karena pada dasarnya moderasi Islam adalah bagian dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat. Ide ini menyerukan supaya kita toleran terhadap ajaran agama lain dan budaya mereka, yakni bersikap moderat atau bersikap tengah-tengah. Kampanye moderasi Islam semakin hari semakin masif dilakukan, termasuk di dunia pendidikan.
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) misalnya, telah menginisiasi berbagai agenda pelatihan dan workshop untuk membekali para guru madrasah dengan pemahaman Islam wasathiyah, khususnya dalam perspektif fikih dan ushul fikih. Agenda-agenda semacam ini bahkan sedang masif dilakukan di berbagai daerah. Salah satu contohnya dengan mengadakan Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK.
“Islam yang inklusif (terbuka) dan toleran harus diajarkan seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK”. Demikian dikatakan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian Agama, Muhammad Zain kepada puluhan guru madrasah mata pelajaran SKI secara daring dalam Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK. Ia juga menekankan pentingnya menyampaikan fakta sejarah secara komprehensif.
Targetnya adalah agar peserta didik memahami sejarah Islam masa lalu secara utuh dan akhirnya terbentuk generasi muda yang moderat. Acara tersebut dihadiri oleh guru Madrasah Aliyah/Madrasah keagamaan yang berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Lampung, dan Sumatra Selatan.
Demikian juga dari Kasubdit Bina GTK MA/MAK, M Sidik Sisdiyanto menyatakan, acara tersebut bertujuan meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru madrasah, sekaligus menjadi ruang bagi mereka untuk saling bertukar pengalaman terkait moderasi beragama di madrasah masing-masing.
Pemerintah melalui Kemenag rupa-rupanya sangat serius memastikan, bahwa penguatan moderasi Islam di kalangan siswa madrasah harus sukses sebagaimana yang diharapkan. Hal ini seiring sejalan dengan upaya-upaya memoderasi pemahaman Islam di berbagai komunitas lainnya. Mereka memobilisasi seluruh komponen umat yang bisa dimanfaatkan. Selain lembaga pendidikan mereka merekrut para akademisi, kaum intelektual, LSM, media, bahkan kalangan ulama dan jejaringnya, termasuk lembaga pesantren dan madrasah, untuk masuk dalam proyek deradikalisasi tersebut. Tentu dengan effort dana dan energi yang tak ringan.
Sebagaimana diketahui, pengarusan moderasi Islam atau Islam moderat ini, baik di madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, diniyah, dan perguruan tinggi Islam memang telah dipilih sebagai garda yang paling depan. Karena madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya memiliki banyak kelebihan yang tak dimiliki sistem pendidikan lain.
Kelebihan itu antara lain, posisinya yang sangat afirmatif terhadap kalangan rakyat yang rentan secara ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan biaya pendidikannya yang cukup murah, hingga terjangkau oleh masyarakat bawah dan menengah yang merupakan kelompok mayoritas.
Kelebihan berikutnya adalah karena lembaga-lembaga ini jelas-jelas berbasis keagamaan sehingga harus ada ikhtiar untuk memastikan bahwa lembaga-lembaga ini justru tak menjadi pabrik pencetak generasi yang siap memperjuangkan penerapan Islam.
Maka, tak berlebihan jika dikatakan bahwa kampanye moderasi Islam adalah proyek pembajakan potensi pemuda sebagai modal utama mengembalikan kemuliaan Islam. Karena melalui proyek ini akan lahir para pemuda yang kehilangan identitas diri sebagai muslim. Mereka hanya ber-KTP Islam, tapi tak paham dan tak yakin dengan kebenaran Islam.
//Moderasi Islam Menghilangkan Ketaatan Total pada Syariat//
Seorang Muslim dituntut untuk membuktikan keimanannya dengan menunjukkan ketundukan penuh pada ketentuan hukum yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul Saw. Bahkan tidak boleh baginya ada pilihan lain, sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata”, (TQS al Ahzab[33]:36).
Keimanan yang sudah diyakini seorang mukmin akan diikuti dengan sikap ketaatan total tanpa syarat. Demikianlah karakter orang beriman yang dijelaskan Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan ‘kami mendengar dan kami patuh’. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. ”(TQS An Nur[24]: 51)
Ketaatan sempurna inilah yang sekarang dirusak oleh paham moderasi agama dengan penyematan gelar ekstrem pada siapapun yang sungguh-sungguh ingin menerapkan ajaran agama. Boleh jadi ketaatan masih dibiarkan selama sesuai dengan versi mereka. Seperti makna jihad didistorsi dengan arti bersungguh-sungguh, bukan bermakna perang di medan pertempuran. (QS At Taubah[9]: 41, 73)
Kelemahan pemahaman tentang hakikat hidup sebagai hamba Allah telah dirusak dan diracuni oleh paham sekularisme dan liberalisme. Yang mereka tampakkan bukan sosok ‘Ibadurrahman yang taat, tetapi muncul dengan perilaku serba bebas dan tidak takut bergelimang maksiat. Bahkan ada yang menyatakan tidak apa-apa menjadi penghuni neraka. Na’udzubillahi min dzalik
Mereka menganut Islam sebagai kepercayaan, tapi tak yakin bahwa Islam adalah solusi bagi seluruh persoalan kehidupan. Mereka akan kian terjauhkan dari solusi problem umat yang kian hari kian parah, tersebab kehidupan mereka terjauhkan dari Islam dan sistem politiknya. Bahkan mereka sangat alergi dengan sebagian ajaran Islam, yang dipropagandakan sebagai ajaran terbelakang.
//Senjata Barat untuk Melemahkan Generasi Muslim//
Barat merasa terancam, penjajahan yang selama ini mereka cengkeramkan di negeri-negeri muslim akan terusik jika umat Islam bangkit. Sebab, hanya Islam yang akan mampu menyadarkan umat tentang akar masalah kezaliman dan penderitaan yang mereka alami selama ini, yakni penerapan sekularisme, kapitalisme, dan demokrasi.
Islamlah yang akan menampakkan wajah buruk mereka. Karenanya dengan berbagai cara mereka berupaya agar generasi umat Islam jauh dari ajaran agamanya. Mereka tahu bahwa kekuatan itu hadir ketika umat Islam menyatu dengan agamanya. Manakala keimanan kuat tertancap, maka ketaatan penuh pada syariah akan terwujud.
Begitulah wajah asli orang kafir, yang senantiasa menghalangi umat Islam dekat dengan agamanya, sebagaimana diterangkan Allah Swt., “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah,” (QS al Baqarah[2]: 120).
//Generasi Islam harus Diselamatkan//
Generasi muslim harus dijaga dan diselamatkan dari paparan paham moderasi agama yang akan membajak potensi mereka, melemahkan keimanannya, merusak ketaatan, serta memadamkan semangat dakwah. Mereka harus dipahamkan tentang hakikat moderasi Islam dan bahayanya. Mereka pun harus terus dibina dengan pemahaman Islam kafah sebagaimana disampaikan oleh baginda Rasulullah Saw. kepada para Sahabatnya di rumah Arqam bin Abi Arqam. Pembinaan yang akan mencetak pemuda muslim yang teguh keimanannya, memiliki ketaatan sempurna, serta siap memperjuangkan agamanya.
Maka sudah saatnya umat menyadari hakikat persoalan, agar tak selalu jadi korban penipuan. Bahkan umat harus berkeyakinan, bahwa Islam ideologis yang hari ini dimusuhi Barat dan berusaha terus direkayasa, sejatinya adalah kunci kebangkitan. Islam ideologis inilah yang justru harus didakwahkan dan diperjuangkan, terutama di kalangan generasi muda Islam. Tentu dengan cara-cara dakwah yang mencerdaskan dan jauh dari cara-cara kekerasan.
Cukuplah ayat Allah Swt. ini sebagai peringatan,
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 32). Wallahu’alam