Oleh: Fath A. Damayanti, S.Si (Pemerhati Lingkungan dan Politik)
Muslimahtimes.com – Israel kembali mengebom Jalur Gaza, Palestina pada Jumat malam, 18 April 2021 yang merupakan malam kelima Ramadan 1442 Hijriah. Dilansir dari news.detik.com (12/5) Otoritas kesehatan menyebutkan setidaknya 35 warga Palestina, termasuk 10 anak tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza yang diluncurkan sejak Senin malam. Polisi Israel menyerbu kompleks tersebut pada hari Senin (10/5) waktu setempat. Selama 3 hari berturut-turut, mereka menembakkan peluru baja berlapis karet, granat kejut dan gas air mata ke jemaah Palestina yang berada di dalam masjid pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadan. Lebih dari 700 warga Palestina terluka di Yerusalem dan di seluruh Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa hari terakhir. Kerusuhan juga meletus di seluruh Israel pada Selasa (11/5) hingga Rabu untuk mendukung hak-hak Palestina. Protes terjadi di Kota Rahat yang didominasi suku Badui di Israel selatan, serta di Qalansawe, sebuah kota yang didominasi Arab Israel di Israel tengah. Pada serangan terbaru yang diluncurkan Israel, seorang perempuan yang tengah hamil empat bulan, dan putranya yang berusia lima tahun, dilaporkan tewas. Mereka tewas setelah serangan udara Israel menyerang rumah mereka di Tel al-Hawa, sebuah lingkungan di bagian selatan Gaza.
Komisi VIII DPR mengecam tindak kekerasan yang dilakukan polisi Israel terhadap warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadzily mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mesti turun tangan. Ace menambahkan Masjid Al-Aqsa seharusnya menjadi tempat yang damai untuk beribadah bagi warga muslim Palestina. Ia mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan tentara Israel. (news.detik.com, 10/5/2021)
Tak terhitung berapa jumlah bangunan yang luluh lantak akibat serangan Israel. Ramadan yang harusnya diisi dengan ibadah yang tenang, namun tidak dengan di Palestina yang harus menjalankan ibadahnya di bawah bayang-bayang serangan Israel.
Birruh Biddan Nafdika Yaa Aqsa..Inilah kalimat yang menjadi penyemangat kaum muslim di Palestina dalam menjaga dan membela Al-Aqsa, bahkan menjadi penyemangat untuk semua kaum muslim di negara lain untuk senantiasa mendo’akan dan membantu saudara sesama muslim dengan berbagai macam cara. Namun persoalan ini tidak akan selesai dengan hanya mengecam saja, bahkan sekelas PBB pun tak bisa memberikan solusi, nyatanya sampai saat ini Palestina terus menerus digempur dari berbagai sisi dengan korban jiwa anak-anak hingga otang tua.
Penderitaan kaum muslim berlangsung di depan mata, tanpa ada yang mampu menolong. Padahal kaum muslim yang satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh, ketika satu bagian anggota tubuh merasakan sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakan hal yang sama. Palestina tak butuh sekadar mengecam, tetapi aksi nyata dari para pemimpin negeri-negeri muslim, mereka lebih membutuhkan kekuatan tentara muslim yang akan membela kehormatan agamanya dan melindungi saudaranya. Inilah yang saudara kita butuhkan, karena jika mereka saja yang berjuang tak akan cukup tanpa adanya persatuan kaum muslim.
Lantas, bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin? Dalam Islam pemimpin mempunyai tanggungjawab yang besar sebagaimana Nabi Saw bersabda: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya. ” (HR al-Bukhari)
Selain itu, pemimpin dalam Islam berfungsi sebagai junnah (perisai) sebagaimana sabda Rasulullah Saw : ”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Ketika seorang pemimpin dalam Islam memahami tugasnya maka segenap usaha akan dilakukan untuk mewujudkan dan menjalankan tugas tersebut atas dasar keimanan kepada Allah Swt. Segala kewajibannya akan dijalankan karena meyakini bahwa setiap aktivitasnya, setiap kebijakan yang diambil akan diminta pertanggungjawaban kelak. Sehingga segala pengaturan akan selalu berlandaskan hukum Allah Swt, termasuk dalam memberikan perlindungan kepada umat sebagaimana Khalifah al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah tempat muslimah tersebut dilecehkan, panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah.
Kepemimpinan seperti ini tentu tidak akan muncul dalam sistem buatan manusia, yang justru menjauhkan dari hukum Allah Swt. Kepemimpinan yang benar akan terwujud dalam sistem yang benar, sistem yang berasal dari Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda “Adalah kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang menggigit, yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang memaksa (dikatator), yang ada atas kehendak Allah, lalu Allah mengangkatnya, bila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian. Kemudian beliau (Nabi) diam. ” (HR Ahmad)
Wahai kaum muslim, sudah saatnya bersatu dalam satu kepemimpinan yang akan melindungi seluruh kehormatan kaum muslim dan melindungi tempat-tempat suci umat Islam, bahkan membebaskan Palestina sebagaimana Salahuddin Al Ayubi dan Khalifah Sultan Abdul Hamid dalam membebaskan dan mempertahankan tanah Palestina. Hanya dengan sistem Islam semua akan terwujud. Wallahua’lam bishawab [*].