Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
Muslimahtimes.com – “Do’a adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi” (HR Abu Ya’la).
Do’a memiliki posisi yang penting dalam Islam. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa do’a adalah inti ibadah. Sedemikian pentingnya do’a hingga pemerintah pun mengajak masyarakat untuk berdo’a bersama demi mengatasi pandemi.
Do’a Bersama
Dilansir dari laman detik.com, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar do’a bersama (3/7/2021).
Do’a bersama ini diharapkan digelar secara rutin yang dimulai serentak pada hari ini pukul 18.00 waktu setempat di kediaman masing-masing (tempo.co, 3/7/2021).
Sebuah ajakan yang baik, bukan hanya untuk warga desa tapi juga semua masyarakat yang ada, baik di desa atau di kota.
Hakikat Berdo’a
Melakukan aktivitas berdo’a artinya kita merasa diri lemah, terbatas, membutuhkan sesuatu yang lain, Allah sebagai Tuhan. Dengan berdo’a berarti kita percaya bahwa Allah bisa membantu kita menyelesaikan semua problematika kehidupan baik itu dalam ranah pribadi, bermasyarakat ataupun bernegara.
Berdo’a berarti menyadari posisi diri sebagai hamba, makhluk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mengakui bahwa Allah Maha Besar dan Maha Pengatur segalanya. Allah mampu mengatur alam semesta, tak ada yang luput sekecil apapun dari-Nya, termasuk mengatur kehidupan kita.
Berdo’a adalah aktivitas penuh harap akan pengabulan dari Allah. Penyandaran sepenuhnya pada Allah. Sebagai bukti ketidakmampuan diri dalam mengurusi kehidupan ini sendiri tanpa bantuan dan kasih sayang dari sang Rabbul Izzati.
Tak Cukup Do’a Bersama
Ajakan yang baik ini tentu saja tak cukup hanya sampai di lingkungan keluarga desa. Semua pihak harus menyadari pentingnya berdo’a dan hakikatnya, mulai dari rakyat hingga para pejabat. Apalagi di tangan pejabatlah kini dikeluarkan kebijakan-kebijakan demi mengatasi pandemi.
Sayangnya, pandemi kian mengganas, setiap hari berita orang yang terkonfirmasi positif selalu ada. Bahkan, berita kematian karena corona pun semakin banyak. Rasa frustasi, stress menghampiri masyarakat. Hal ini ditemani dengan tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah yang kian amblas.
Bagaimana lah bisa percaya pada para pemangku kebijakan jika peraturan yang digulirkan membuat rakyat sakit hati. PPKM diperketat, rakyat kecil kena denda besar karena mencari nafkah. Sementara pintu kedatangan TKA terbuka lebar.
Tak cukup hanya do’a bersama, kita semua harus tahbatan nasuha. Taubat dengan sebenar-benarnya taubat. Kembali pada Allah dan aturannya secara sempurna. Karena telah terbukti kegagalan aturan buatan manusia yang kini tengah diterapkan. Dan telah terbukti kegemilangan aturan Allah untuk mengatasi pandemi beradab silam.
Sebagaimana pandemi di masa Umar bin khattab pun bisa diselesaikan dengan pengaturan dari Islam. Didorong oleh dalil yang bersumber dari Allah dan Rasul. Tak hanya dibaca, dihafal dan juga berdo’a bersama. Tapi, dipraktikkan sebagai aturan kehidupan.
Islam sebagai Obat
Kita yang tengah sakit butuh obat segera. Do’a adalah aktivitas ikhtiar kita meminta pada sang Pemilik jiwa, Allah. Allah resepkan obat sebagai solusi sakit kita. Ialah islam dan semua perangkat yang ada di dalamnya.
Maka, sudah seharusnya sikap kita tak hanya membaca, menghafal resep obat yang telah diberikan. Tapi juga mengamalkannya dalam kehidupan. Mengambil kembali islam sebagai aturan yang diterapkan. Insyaallah keberkahan dan solusi akan hadir sebagai jalan keluar.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (TQS. Al A’raf: 96).
Wallahua’lam bish shawab.