
Oleh: Ummu Fara
Muslimahtimes.com – “Ummi, lagi apa sih?”
“Ini lagi nulis.”
“Nulis apa?”
Begitulah awalnya saat ananda melihat sang ibu asyik menekuri aksara lewat benda pipih di tangannya. Penasaran adalah hal yang selalu mereka rasakan. Memang apa sih serunya menulis?
Mungkin terbersit pula rasa cemburu di hati mereka. “Ih, Ummi nih nulis aja. Nggak mau main sama kami.” Begitu kadang komentar mereka. Namun seiring seringnya membaca (dibacakan) tulisan sang ibu mereka akhirnya memaklumi. Bahkan dengan senang hati memberi ruang untuk Ummi menyalurkan hobi. Aktivitas menulis pun terasa lebih melegakan karena tidak ada lagi hati yang merasa diabaikan.
Di waktu yang lain ananda juga pernah protes, kenapa Umminya sering asik dengan hape atau buku. Diam dipojokan dengan serius. Membaca rangkaian huruf yang tidak begitu menarik bagi buah hati.
“Ummi lagi apa sih?”
“Lagi membaca.”
“Baca apa?”
Akhirnya mulailah Ummi menjelaskan isi bacaan. Ananda yang merasa mendapatkan hal baru pun larut dalam kegiatan mendengarkan. Tak terasa aktivitas membaca menjadi hal yang mereka rindukan. Tiada hari tanpa membaca buku. Ananda akan sangat bersemangat ketika dijajankan buku baru. Mereka berebut untuk minta dibacakan buku sesuai keinginan. Bahkan tak jarang satu buku khatam berulang kali. Begitulah ketika sudah sayang, mengulang pun tak membuat bosan.
Begitu pentingnya keterbukaan antara orangtua dan anak agar tercipta saling melengkapi dan memaklumi. Memberi pengertian atas setiap situasi yang dialami orangtua akan membantu ananda belajar memahami orang lain. Ananda belajar memberi ruang dan kesempatan pada oranglain, sekaligus mengasah empati sedari dini.
***
“Loh, Mi. Kok ada gambar Ummi di sini?” tanya itu tercipta saat suatu hari ananda melihat foto Ummi menghias salah satu halaman sebuah buku tentang curhat pendidikan mandiri bersama dengan ibu tangguh pegiat homeschooling berbasis akidah Islam.
Akhirnya hari itu mengalirlah cerita, kenapa Ummi menulis dan membagikan kisah pada banyak orang. Karena untuk pulang ke kampung akhirat, butuh banyak bekal. Menulis adalah salah satu cara mempersiapkan bekal itu. Siapa sangka dari sharing hari itu memberikan kesan luar biasa di hati ananda terkait dunia literasi.
“Aku juga mau lah nanti bisa nulis seperti Ummi. Ajarin ya, Ummi.”
Masyaa Allah ternyata cinta literasi pun mudah untuk ditularkan. Siapa sih yang tidak ingin melihat buah hati mencintai dunia tulis menulis? Cinta ilmu dan penikmat bacaan yang kaya akan pengajaran. Apa lagi jika ananda memiliki semangat dan tekat menjadi bagian penggerak dakwah bil qolam
Ayah dan Bunda ingin menularkan cinta literasi pada buah hati? Berikut ini tips menumbuhkan cinta literasi yang dapat Ayah Bunda terapkan bersama ananda terkasih:
Pertama, kenalkan ananda dengan buku. Literasi tak sekadar tentang menulis, tapi juga membaca. Tujuannya agar ananda jatuh cinta pada buku sebelum ananda menulis buku. Sebab dalam menulis perlu banyak referensi yang menguatkan pemikiran. Bukulah gudangnya ilmu yang ananda perlu. Bantu ananda memiliki buku yang sesuai kebutuhan dan keinginan agar proses perkenalan menjadi menyenangkan.
Kedua, berikan alasan kenapa ananda harus membaca dan mulai menulis
Setiap perbuatan perlu motivasi yang kuat agar berjalan maksimal. Begitu juga dalam gerakan literasi, perlu memiliki strong way mengapa harus menghabiskan waktu dengan sebuah buku, berlelah-lelah memeras pikiran untuk menyampaikan suatu ide dalam sebuah tulisan.
Kata cik gu Asri, membaca itu mengurangi kebodohan sedangkan menulis menambah kecerdasan. Dua aktivitas yang bermanfaat untuk mengasah pikiran. Bonusnya menyemai jariyah dalam karya yang mencerahkan.
Ketiga, pupuk selalu semangat menulis ananda.
Seperti iman, semangat kita dapat naik dan turun. Begitu juga dalam dunia literasi, terkadang memilih diam dan berhenti menulis karena merasa lelah atau sekadar kehilangan arah dalam menulis. Saat begini, sokongan dan semangat orang tercinta sangat dibutuhkan kehadirannya.
Apresiasi atas setiap proses yang telah ananda lalui ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan merasa dihargai.
Keempat, jadilah teladan dalam gerakan cinta literasi. Sungguh, kebaikan atau keburukan itu gampang menular. Begitu juga aktivitas positif seperti membaca dan menulis. Mengakrabkan ananda dengan buku akan memudahkan kita menyemai cinta ilmu.
Mengharap ananda menjadi pejuang literasi menuntut diri untuk lebih dulu memberikan keteladanan nyata di kehidupan sehari-hari. Kita dapat mengajak ananda membaca bersama agar ia merasakan keseruannya. Sesekali menulis bersama, melatih ananda mengungkapkan pemikirannya dalam kalimat atau paragraf sederhana.
Orangtua tidak hanya menjadi penyemangat tapi juga fasilitator yang memberikan ilmu bagi ananda.
Kelima, bantu ananda menemukan passionnya.
Kenalkan berbagai genre yang dapat menjadi fokus ananda belajar. Agar aktivitas menulis menyenangkan bantu ananda menemukan gaya menulis yang sesuai. Menulis sesuai kemampuan akan menjadikan prosesnya terasa menyenangkan. Anak pun tidak akan merasa mendapat beban. Begitu pula dalam memilih bacaan. Bantu ananda menemukan buku yang sesuai tingkat prmahaman dan kegemarannya agar aktivitas membaca menjadi lebih menyenangkan.
Ayah, Bunda yang dirahmati Allah. Mempersiapkan generasi cinta literasi memang tidak mudah. Di tengah perkembangan zaman dengan segala macam kecanggihan dan interaksi sosial. Pergaulan yang sedikit banyak memengaruhi pola pikir dan perbuatan, game online, hiruk pikuk dunia media sosial, menjadi tantangan tersendiri dalam mengawal perkembangan ananda dalam dunia literasi. Tidak menutup kemungkinan ananda akan berjumpa negatif literasi. Karya tulis yang mengarahkan pada hal tidak bermanfaat lagi merusak. Tulisan mengandung kebohongan, penyesatan atau pemecah persatuan. Inilah tugas kita mengawal proses ananda belajar. Berusaha mengarahkan pada literasi positif yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Menjadi media dakwah yang menyenangkan.
Ayah Bunda penyiap generasi pengisi peradaban. Bersemangatlah merawat cinta literasi dalam diri ananda. Ajarkan ananda menumpahkan rasa yang ada dengan anggunnya aksara. Kemas setiap peristiwa dalam kata berbalut makna. Namun sebelumnya ajaklah ananda banyak membaca. Memperkaya diri akan ilmu, meluaskan wawasan, memperbanyak mendengar, menajamkan kepekaan. Semoga Allah mampukan kita dan ananda menjadi penggerak literasi yang menjadikan Islam sebagai ruh dalam setiap tulisan. Penebar manfaat bagi banyak orang. Penyebar dakwah Islam bil qolam. Aamiin yaa mujiibassaailiin.