Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor
Muslimahtimes.com–Sindikat perdagangan orang kian merebak. Belum lama terungkap beberapa kasus tindak pidana perdagangan orang jaringan internasional. Salah satu kasus, tentang sindikat penjualan orang ke Kamboja. Para pelaku menawarkan rekomendasi kerja ke luar negeri, yaitu wilayah Kamboja. Para korban dijanjikan akan diberi pekerjaan sebagai buruh pabrik, telemarketing, operator pabrik hingga customer service (CNNIndonesia.com, 11/2/2023).
Perekrutan dilakukan secara daring via media sosial. Banyak korban tertipu karena iming-iming gaji besar. Namun ternyata semua hanya tipuan belaka. Setelah banyak korban sampai di Kamboja, ternyata tak mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan TPPO jaringan tersebut telah beroperasi sejak 2019. Selama beroperasi, para tersangka meraup untung mencapai puluhan miliar rupiah. Fantastis.
Tak hanya ke Kamboja, sindikat perdagangan manusia pun ramai dilakukan ke Timur Tengah. Tiga pelaku sindikat perdagangan orang berhasil ditangkap Satreskrim Bandara Soetta setelah terbukti memberangkatkan tenaga kerja Indonesia sebanyak 38 orang ke wilayah Timur Tengah secara ilegal (kompas.com, 11/2/2023). Sindikat perdagangan ini meraup keuntungan hingga Rp 15 juta per orang. Para pelaku akhirnya dijerat undang-undang perlindungan pekerja migran Indonesia dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Saat dunia sudah modern, namun praktik perbudakan dan perdagangan manusia masih marak dilakukan. Manusia diperlakukan seperti barang murahan yang dengan mudah diperjualbelikan. Inilah fakta betapa buruknya penerapan sistem kapitalisme. Sistem yang hanya berorientasi pada materi. Tak ada standar halal haram ataupun benar salah dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Eksploitasi sesama manusia dilakukan demi sejumlah keuntungan. Tanpa peduli segala akibat yang akan terjadi.
Para korban yang banyak terjerat sindikat perdagangan manusia, kebanyakan dengan modal nekat. Demi penghidupan yang lebih baik. Kemiskinan yang terus menjerat, diperparah dengan semakin mahalnya setiap kebutuhan hidup. Hingga akhirnya melahirkan pemikiran yang dangkal. Tak menghitung risiko yang akan dihadapi. Hanya bersandar pada harapan dan impian kehidupan yang lebih menjanjikan.
Rusaknya tatanan sistem mengakibatkan masalah kerusakan kehidupan yang sistematis. Kemiskinan, kebodohan, kenekatan, yang berujung pada penderitaan. Ini semua lahir dari bobroknya sistem kapitalisme yang dijadikan pedoman dalam kehidupan. Negara tak mampu menjamin segala kebutuhan rakyat. Karena buruknya tata kelola sumberdaya alam, di bawah tatanan sistem ekonomi kapitalisme yang liberal. Banyak sumber daya, yang notabene adalah milik rakyat, diprivatisasi swasta dan asing. Alhasil, rakyat harus membayar mahal untuk memenuhi segala kebutuhan hariannya. Ironis. Kemiskinan kian nyata, di tengah melimpahnya sumberdaya.
Inilah bukti bahwa sistem kapitalisme gagal menyejahterakan rakyatnya. Negara hanya mampu sebagai pembuat kebijakan, namun tak kuasa menerapkan segala ketetapan. Karena adanya setir dari para pemilik modal, yang sejatinya juga penetap kebijakan, korporatokrasi.
Berbeda dengan paradigma yang terlahir dari sistem Islam. Syariat Islam menetapkan bahwa segala pengaturan kekayaan dan sumberdaya alam wajib dikelola seutuhnya oleh negara dengan kerangka yang amanah. Seluruh hasil pengelolaan sumberdaya alam diperuntukkan guna memenuhi semua kepentingan rakyat. Rakyat tak perlu membayar mahal untuk setiap kebutuhannya.
Negara menjamin keamanan setiap nyawa rakyat. Dalam syariat Islam, negara adalah institusi yang menjaga rakyatnya, menjaga nyawa, kehormatan serta seluruh harta rakyat. Dan hanya dalam wadah negara-lah, syariat Islam dapat sempurna dan menyeluruh diterapkan untuk mengatur kehidupan.
Tak hanya itu, negara pun menjamin lapangan pekerjaan yang layak dengan penghasilan sesuai keahlian yang dimiliki. Setiap kebijakan diterapkan secara adil. Karena, tujuan utama negara berasaskan sistem Islam adalah kesejahteraan rakyat yang merata di setiap bidang kehidupan. Dalam kepemimpinan berdasar pada akidah Islam. Sehingga rakyat tak perlu repot atau khawatir tentang segala urusan penghidupan. Karena segalanya aman dan terjamin dalam kendali negara. Otomatis, watak pemimpin yang terbentuk adalah pemimpin yang amanah dan menjaga rakyat seutuhnya dari segala jenis ancaman. Segalanya dilakukan sebagai bentuk ketundukan pada aturan syariat Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
” Setiap pemimpin adalah ra’in atau penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya” (HR. Bukhori).
Sebagai kaum muslimin, seharusnya tak ada sedikit pun keraguan terhadap pengaturan syariat Islam dalam kehidupan. Karena sejatinya, hanya sistem Islam-lah sumber kesejahteraan bagi seluruh manusia. Tak ada pilihan lain.
Wallahu a’lam bishowwab.