Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)
Muslimahtimes.com–Era digital menjadi ajang eksis kaum perempuan, termasuk para ibu rumah tangga. Hampir di semua platform media sosial, bahkan e-commerce, perempuan hadir sebagai pengguna aktif. Baik sebagai kreator konten maupun pemirsa. Lantas apa saja yang harus diperhatikan saat bermedia sosial bagi para Muslimah?
1. Menjaga Privacy Diri Sendiri dan Privacy Orang lain
Setiap individu memiliki kehidupan pribadi yang bersifat rahasia. Jaga itu, jangan sampai diumbar ke media sosial. Jangan bermudah-mudah membuka diri, baik berkaitan dengan identitas, lokasi, foto, aktivitas, isi dompet, dan bahkan masa lalu.
Hargai pula privacy orang lain. Jangan asal rekam orang lalu mengunggahnya tanpa permisi. Termasuk mengunggah tentang suami dan anak-anak, yang mungkin mengganggu privacy mereka.
Sebaliknya pun demikian, jika ada kehidupan pribadi orang lain yang bocor ke media sosial, bantu menutupi. Skip, jangan ikut menyebar-luaskan. Jangan malah ikut nimbrung meng-ghibah.
2. Punya Pengendalian Diri dan Emosi
Bermedia sosial, merangsang siapa saja untuk oversharing. Berlebihan dalam berbagi. Apa saja diposting, padahal bukan sesuatu yang penting. Kendalikan diri, agar tidak menyesal di kemudian hari. Jangan berlebihan berbagi agar kita tidak menciptakan sampah digital.
Kendalikan pula emosi, jangan sumbu pendek. Jangan mudah tersinggung atau baper. Jangan mudah terpancing melihat postingan orang lain. Pikir masak-masak sebelum posting dan berkomentar.
3. Hargai Keberagaman
Hargai keberagaman pendapat di ruang digital, selama beragamnya tidak bertentangan dengan norma-norma umum di masyarakat dan syariat. Biarkan pendapat yang berbeda, selama tidak menyalahi syariat. Jika ada pendapat yang bertentangan dengan syariat dan ilmu pengetahuan secara umum, luruskan semampunya.
Tinggalkan debat kusir, jika ada yang ngotot dengan kebenaran pendapatnya. Jangan memaksakan kehendak pribadi kita, karena orang lain pun punya pandangan dan kehendak yang ingin didengar. Sekali lagi dengan catatan tidak menyimpang dari syariat.
4. Junjung Etika dan Norma Kebaikan
Etika di dunia nyata, tetap berlaku di dunia maya. Seperti menggunakan bahasa yang santun, bersikap lemah lembut kepada sesama Muslim dan bersikap tegas terhadap nonmuslim. Tidak mudah menghakimi orang lain. Tidak melakukan perundungan. Tidak komentar sembarangan yang menyakiti hati orang. Menjaga nama baik diri dan teman-teman. Berbaik sangka dan seterusnya.
5. Terapkan Syariat di Dunia Nyata ke Ruang Digital
Apa yang disyariatkan di dunia nyata, tetap berlaku di dunia digital. Bagi muslimah, menjaga kehormatan, sikap dan jati diri tetap harus dilakukan. Jangan di dunia nyata pendiam, di dunia maya pecicilan. Di dunia nyata pakaian tertutup rapi, bahkan tidak pernah keluar rumah, tapi ternyata di media sosial tampil terbuka, jogat-joget atau bahkan nyanyi-nyanyi.
Karena itu, wajib tetap menutup aurat, menundukkan pandangan, menjaga interaksi dengan lawan jenis, dan tidak iri dengki atau hasad dengan postingan orang. Jaga jari di dunia maya, sebagaimana jaga mulut di dunia nyata.
Satu lagi, bagi para istri, tentu harus seizin dan sepengetahuan suami ketika aktif di media sosial. Suami harus rida. Bukan mengekang, tapi menjaga marwah suami sebagai pemimpin dan pelindung istri.
6. Ingat Skala Prioritas di Dunia Nyata
Aktif di dunia digital memang sangat mengasyikkan. Bisa lupa waktu. Apalagi jika memutuskan untuk menjadi kreator konten, sangat menguras tenaga, waktu dan pikiran. Oleh karena itu, harus bisa memenej semua itu dengan baik. Jangan lupakan skala prioritas di dunia nyata, yang tentunya lebih penting dan butuh perhatian.
Demikian, semoga menjadi peringatan agar kita lebih bijak saat aktif di dunia digital.(*)