Oleh : Trisnawaty A
(Revowriter Makassar)
#MuslimahTimes –– Perang berkecamuk dengan ganasnya, perang antara kaum muslimin melawan pasukan gabungan romawi. Dari segi jumlah pasukan, perang ini jelas tidak seimbang, tiga ribu pasukan terbaik dari kaum muslim harus menghadapi pasukan gabungan romawi yang jumlahnya dua ratus ribu yang lengkap dengan persenjataan. Secara hitungan matematis, satu kaum muslim harus menghadapi enam puluh tujuh orang kafir, sungguh tidak sebanding!
Adalah wajar ketika Rasulullah SAW mengangkat tiga panglima perang, mereka adalah para pemuda yaitu Zaid Bin Haritsah dengan usia 35 tahun, Ja’far Bin Abi Thalib dengan usia 33 tahun dan Abdullah Bin Rawahah dengan usia 33 tahun. Rasulullah SAW berpesan kepada ketiganya : “Panglima pertama adalah Zaid bin Haritsah, jika dia syahid, maka pasukan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib dan jika dia syahid pasukan diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah.”
// Kekuatan Keimanan //
Pasukan berangkat yang didalamnya turut serta Khalid bin Walid yang telah masuk islam, para komandon menyusun strategi dengan menerapkan perang kilat. Pasukan kaum muslim mengetahui jumlah pasukan musuh yang begitu besar dan menakutkan sehingga diantara mereka ada yang mengusulkan untuk mengabarkan kepada Rasulullah SAW sehingga apakah beliau akan menambah jumlah pasukan kaum muslim atau memerintahkan mereka sesuai dengan apa yang terlihat.
Namun, Abdullah bin Rawahah seorang ahli syair yang gubahannya selalu menusuk lembut ke dalam hati dengan lantang berkata kepada mereka : “Hai orang-orang, demi Allah, sesungguhnya yang kalian benci justru yang kalian cari, yaitu mati syahid!. Kita tidak memerangi manusia karena jumlahnya, kekuatannya dan banyaknya pasukan. Kita tidak memerangi mereka, kecuali karena agama ini yang mana Allah telah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah kalian! Sesungguhnya disana itu adalah salah satu diantara dua kebaikan : menang atau mati syahid.”
// Menjemput Syahid //
Semangat iman dalam tubuh kaum muslim bergelora dan semangat peperangan mulai bangkit diantara dua kelompok pasukan bagaikan nyala tungku api. Zaid bin Haritsah maju dan memanggul arroyah (panji) Rasulullah menuju pasukan musuh, Dia melihat maut membanyangnya, tapi tak sedikitpun memalingkannya karena yang dia cari syahid di jalan Allah, Zaid terus maju dengan keberanian tingkat tinggi hingga akhirnya sebatang tombak musuh berhasil merobeknya dan akhirnya syahid.
Arroyah segera diambil oleh Ja’far bin Abi Thalib sesuai dengan pesan Rasulullah SAW, Dia maju ke tengah musuh, terkepung dan akhirnya diapun syahid. Arroyah diambil oleh Abdullah bin Rawahah. meski sempat ragu, namun akhirnya dia maju dan akhirnya syahid. Mengenai peristiwa itu, Rasulullah saw bersabda : ”Rayah dipegang oleh Zaid, lalu dia terbunuh. Kemudian, dipegang oleh Ja’far, lalu dia pun terbunuh. Kemudian, dipegang oleh Ibnu Rawahah, lalu dia pun terbunuh juga”.
Kisah heroik diatas menunjukkan bahwa keberadaan panji Rasulullah SAW yang bertuliskan laa ilaaha illaa Allah Muhammad Rasulullah saw sesuai dalam hadits: “Sesungguhnya royah Rasulullah saw berwarna hitam, sedangkan liwanya berwarna putih tertulis didalamnya laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah” (HR.Tabrani)
Bukan sekedar bendera biasa, tapi menunjukkan antara islam dan kekufuran, antara yang hak dan bathil, menujukkan eksistensi sebuah negara islam, yang senantiasa harus ditinggikan oleh seorang muslim. Dalam buku struktur negara khilafah karya seorang mujtahid mutlaq tertulis bahwa organisasi-organisasi dan orang umum boleh membawa arroyah dan menaikannya di atas organisasi dan rumah mereka, khususnya pada hari-hari raya atau ketika (negara/pasukan) mendapat kemenangan. Sejatinya, bagi yang mengaku muslim seharusnya meninggikan panji Rasulullah bukan justru membakarnya! Naudzubillah.
Wallahu ‘Allam
=============
Sumber Foto : Mediaumat