Oleh: YeniMarpurwaningsih, S.Hum.
(Guru)
Dunia yang gemerlap, menunjukkan sisinya yang gelap. Perempuan yang inginkan hidup sejahtera, menempuh berbagai jalan untuk menghasilkan uang. Bahkan, rela menjual keperawanan untuk mencapai impian.
Sejumlah fakta menunjukkan bahwa beberapa perempuan dari seluruh dunia rela menjual keperawanannya demi mendapatkan uang yang berlimpah. Sebab yang melatarbelakanginya adalah perkara pendidikan dan ekonomi.
Seperti yang dilansir dari situs liputan6.com, ada ribuan gadis Rusia yang rela menjual keperawanannya karena alasan bisnis dan membantu keluarga. Alasannya meliputi karena ingin mendapatkan uang untuk perawatan kanker ibu dan karena alas an lebih baik kehilangan keperawanan yang mendatangkan uang daripada kehilangan keperawanan karena masalah cinta. (liputan6.com, 19/02/2018)
Ada pula gadis AS usia 19 tahun berprofesi sebagai model berhasil menjual keperawanannya kepada pengusaha Abu Dhabi, tawarannya mengalahkan aktor Hollywood dan politikus Rusia. Keinginannya menjual keperawanan atas keputusannya sendiri yang tak ingin memberikan keperawanannya pada cinta pertamanya. Uang yang didapat digunakannya untuk sekolah dan keliling dunia (detik.com, 17/11/2017). Terdapat pula kisah Adriana yang menjual keperawanannya karena ingin lanjut kuliah untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru. (hipwee.com, 7/10/2017)
Uang yang diterima tentu tidak sedikit jumlahnya. Harga keperawanan mereka dilelang hingga mencapai puluhan juta bahkan miliaran rupiah di situs yang menjual iklan mereka sebagai agensi jual keperawanan. Para scout atau pencari perawan bukanlah dari kalangan biasa-biasa saja melainkan pengusaha, politikus, dan artis, yang jumlah kekayaannya fantastis.
Salah satu situs yang diperbincangkan di Indonesia adalah milik Jan Zakobielski (27 Tahun) bernama Cinderella Escorts, sebuah perusahaan dari Jerman. Lewat wawancara terbatasnya dengan Tirbunnews.com ia ungkapkan bahwa terdapat 350 perempuan Indonesia yang telah melamar kesitusnya. Para perawan Indonesia ini akan segera diiklankan di situsnya dalam waktu dekat. (Tribunnews.com, 31/03/2018)
SebuahIroni Dari Sekularisme
Gaya hidup materialism telah menjangkiti banyak perempuan dunia saat ini. Materialisme adalah suatu paham yang memandang segala sesuatu secara materi (uang) dengan mengagungkan kebebasan (liberalisme). Paham ini muncul akibat dari diterapkannya sekularisme, suatu pemisahan agama dari pengaturan negara. Di mana agama tidak berhak mengatur kehidupan manusia, kemudian tertanam pada diri manusia kehidupan bebas tanpa aturan agama yang dianggap mengekang.
Dunia Barat sebagai pencetus paham ini telah memiliki paradigm pergaulan yang bebas. Saat seorang jatuh cinta kemudian menjalin kasih, maka hubungan sex dijalani. Setelah itu, saat tidak menemukan kecocokan mereka akan berpisah. Iklim pergaulan yang dijalani perempuan Barat inipun akhirnya membentuk sebagian mereka melakukan hal yang mengundang kontroversi. Seperti pernyataan dari beberapa perempuan yang disebutkan di atas, bahwa mereka lebih baik kehilangan keperawanannya dengan menghasilkan uang daripada karena masalah cinta.
Bagaimana dengan Indonesia? Walaupun belum diketahui alasan 350 perempuan Indonesia yang mendaftar di CE tapi tak menuntut kemungkinan alasannya pun seputar pendidikan atau ekonomi. Ditambah lagi, paham sekularisme, liberalisme, atau materialisme juga masuk ke wilayah Indonesia.
Negara Harus Peduli
Kenyataan mencengangkan 350 perempuan Indonesia menjual keperawanan harus mendapat perhatian dari pemerintah. Jika dibiarkan, hal ini bias membawa dampak negative pada perempuan lainnya dengan mengikuti jejak mereka di kemudian hari. Besar kemungkinan kehidupan pergaulan remaja Indonesia telah kebarat-baratan yang sulit diselesaikan tanpa kepeduliaan Negara mengembalikan budaya ketimuran.
Negara tidak boleh abai dalam menjaga kehormatan perempuan dengan melindunginya dari paham yang menjerumuskan perempuan pada pemahaman yang menyimpang. Bukankah kegiatan prostitusi ini telah menyalahi hakikat sila pertama Pancasila yang berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa? Dimana seluruh rakyat harus berpegang pada ajaran agamanya. Lagi pula, tidak ada agama di Indonesia yang menghalalkan prostitusi. Lalu, kenapa pemimpin negeri ini masih saja abai? Sedangkan urusan ulama kritik penguasa diusut betul-betul.
Ditambah lagi kenyataan hidup dalam penerapan kapitalisme ini yang serba mahal, membuat rakyat semakin tercekik dalam memenuhi kebutuhan. Akhirnya, melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan/keinginan sehari-hari. Perempuan pun turut menjadi korban. Kehidupan yang tidak menyejahterakan akan membuatnya mengambil jalan pintas demi menghasilkan uang yang berlimpah tanpa pedulikan ajaran agama.
Sudah saatnya, kita kembali kepada ajaran agama. Penerapannya akan menjamin kesejahteraan. Buanglah paham menyimpang sekularisme dan terapkan Islam yang disampaikan Rasulullah SAW. Sebagaimana firman Allah SWT, “Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96)
Dalam urusan perempuan pun Islam menjaminnya, sebagaimana firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan padanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patu.” (QS. An-Nisa: 19).
Rasulullah SAW juga memberikan wasiat dalam memperlakukan perempuan, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik pada wanita.” (HR. Muslim: 3729). Sepatutnya Negara memperhatikan dan mengkaji lebih dalam terhadap ajaran Islam untuk memberikan solusi pada setiap persoalan.
Wallahua’lam bi ash-Shawab