“Saat ini Muslimah dikepung oleh fitnah dari berbagai sisi. Terutama oleh pemikiran – pemikiran buruk yang berasal dari luar ajaran Islam.” Demikian pernyataan Ustazah Yuni Kartika Jasa (Pemerhati Perempuan dan Generasi ) saat menyampaikan materi di sesi pertama Tabligh Akbar Muslimah yang bertajuk ‘Muslimah dan Fitnah Akhir Zaman’.
Agenda ini digelar oleh Shilah Ukhuwah Kajian Muslimah Sleman, DIY pada Sabtu ( 19/5 ) di Pendopo At Tasniim, Condongcatur, Depok, Sleman, DIY. Shilah Ukhuwah ini merupakan kolaborasi sejumlah Majelis Taklim Muslimah yang ada di Sleman, yakni Majelis Qonitaat, Muslimah Rindu Syariah, Majelis Cinta Dirosah dan Kajian Sholihah.
Lebih lanjut, Ustazah Yuni menyoroti masifnya ide-ide buruk yang mempengaruhi kehidupan muslimah seperti ide kesetaraan, kebebasan berperilaku dan LGBT. Ancaman kerusakan keluarga Muslimpun di depan mata. Ustazah Yuni juga menyinggung atmosfer islamphobia yang berhembus di masyarakat. Bahkan pengaitan muslimah sebagai pelaku teror bom akhir-akhir ini.
Adapun pemateri kedua, Ustazah Puspita Satyawati ( Inisiator Shilah Ukhuwah Kajian Muslimah ) mengajak peserta agar meneladani sosok shahabiyah. “Untuk keluar dari fitnah ini, salah satu yang dilakukan adalah memperkuat syakhsiyah Islamiyyah kita. Jika hari ini kita kesulitan mencari teladan sosok bersyakhsiyah islamiyyah tinggi, maka bukalah kitab – kitab siroh. Khususnya siroh para shahabiyah.” ujar Ustazah Puspita.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan, dari sosok shahabiyah inilah kita bisa belajar menjadi ibu yang baik bagi anak – anak, isteri yang taat, anak yang berbakti pada orang tua. Juga sebagai anggota masyarakat yang peduli dan berkontribusi bagi perubahan masyarakat yang lebih baik.
Di sesi terakhir, Ustazah Eulis Siti Murnaesih ( Da’iyah DIY ) memberikan gambaran peran muslimah di akhir zaman ini. Ustazah Eulis menyampaikan bahwa ada beberapa peran yang mesti dioptimalkan. Yaitu peran sebagai pribadi muslimah agar tetap dalam keimanan dan keterikatan pada hukum Allah Swt. Lalu peran ibu dalam mendidik putera-puteri sebagai generasi pejuang.
Juga peran isteri sebagai pendamping suami dalam mewujudkan suasana sakinah dalam keluarga. Dan tak lupa, peran publik yang harus dimainkan sebagai bagian dari masyarakat. Yaitu melakukan amar makruf nahiy munkar dan menolong agama Allah Swt. agar tegak di muka bumi.
Acara yang diikuti oleh ratusan muslimah ini berjalan dengan lancar. Terasa meriah pula dengan tampilan drama dan nasyid yang dibawakan oleh santri-santri Sekolah Tahfidz Plus Khoiru Ummah Sleman, DIY. Acara kemudian ditutup dengan do’a bersama dan diakhiri dengan pembagian doorprize.***