Oleh : Lilik Yani
(Praktisi Pendidikan)
Alhamdulillah, segala puji milik-Mu Ya Allah. Kami bersyukur atas nikmat bisa bertemu bulan mulia ini dan diberi kemudahan untuk menjalankan puasa di dalamnya. Sebagai kewajiban atas semua orang beriman yang menemui bulan Ramadhan.
” Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kalian bertaqwa.” ( TQS Al Baqarah : 183 )
Allah Swt. tidak menyeru semua hamba-Nya untuk menjalankan kewajiban berpuasa. Allah Swt. hanya menyeru hamba-Nya yang beriman saja. Maka tidak heran jika tidak semua umat Islam hadir untuk menyambut seruan Allah tersebut.
Hanya hamba yang memiliki iman di dadanya yang sanggup datang untuk memenuhi seruan Allah Swt. dengan jawaban tegas “Kami dengar dan kami taat ya Allah atas semua perintah-Mu. Termasuk hadir untuk menunaikan perintah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan ini”.
Apalagi Allah Swt. telah mengkhususkan amalan puasa dibandingkan ibadah yang lain. Ibadah selain puasa dikembalikan bagi hamba-Nya. Sedangkan puasanya hamba adalah untuk-Nya. Maka Allah Swt. yang akan memberi pahala secara langsung kepada hamba-Nya yang berpuasa.
Rasulullah Saw. bersabda :
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Setiap amalan anak Adam adalah miliknya sendiri, kecuali puasa. Sebab puasa adalah milik-Ku dan Aku-lah yang akan memberi pahala kepadanya atas puasa itu.” (HR Bukhari No 180, Muslim No 1151).
Masya Allah, betapa istimewanya ibadah puasa ini. Sungguh rugi jika ada hamba yang tidak menyambut dengan gembira ibadah ini.
Mengapa ibadah puasa diistimewakan oleh Allah Swt.?
Al-Qurthubi berkata : “Hal itu terjadi karena seluruh amal bisa dimasuki riya’. Sedangkan puasa, tidak ada yang mengetahui pelaksanaan puasa kecuali Allah Swt. Maka Allah Swt menisbahkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya.”
Selain itu, puasa adalah meninggalkan syahwat yang biasanya manusia condong kepadanya. Juga meninggalkan hak-hak dirinya. Semua dilakukan karena Allah Swt dan mengharapkan RidloNya.
Orang yang berpuasa menyadari bahwa ia mempunyai Rabb yang mengawasinya dimanapun dan kapanpun dia berada. Begitu pula ketika ia sendirian, ada Allah Swt. yang selalu mengawasinya. Hingga dia tidak berani berbuat sesuatu yang bisa membatalkan puasanya.
Allah senang jika hamba-hamba-Nya melakukan amal ibadah yang bersifat rahasia antara mereka dan Allah Swt. saja.
Saudaraku, yang perlu kita perhatikan juga dalam berpuasa agar meninggalkan perkataan yang dusta dan sia-sia.
Rasulullah Saw. bersabda : “Puasa itu bukanlah pada tindakan meninggalkan makan dan minum saja, melainkan puasa adalah tindakan meninggalkan perkataan dusta dan sia-sia.” (HR Ibnu Khuzaimah)
“Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga dari puasanya, dan berapa banyak orang yang bangun malam untuk salat hanya mendapatkan begadang dari bangunnya.” ( HR Ahmad)
Maka dari itu saudaraku, hendaklah kita menjaga lisan kita agar tidak bicara dusta atau bicara yang tidak ada manfaatnya. Walau puasanya tetap sah selama syarat rukun puasa terpenuhi dan tidak harus mengganti, tapi akan mengurangi nilai puasa kita.
Marilah kita mohon pertolongan kepada Allah Swt. agar bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan kali ini dengan lebih baik. Kita lakukan ibadah puasa juga ibadah-ibadah yang lain di bulan Ramadhan ini dengan memurnikan niat karena Allah Swt. dengan mengikuti teladan Rasulullah Saw. Semoga Allah meridai kita semua dan memberikan kita gelar sebagai hamba yang bertaqwa. Amin.