Oleh : Ragil Rahayu, SE
(Pengasuh MT Al Bayyinah Sidoarjo)
#MuslimahTimes — Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Lebih baik mengupayakan solusi, daripada menyalahkan masalah. Demikianlah selayaknya sikap hidup seorang muslimah. Selalu menjadi bagian dari solusi. Karena Islam mengajarkan penganutnya untuk menjadi solutif.
Ketika ada kemunkaran (masalah), seorang muslimah diperintahkan untuk memberi solusi dengan mengubahnya. Hal ini sebagaimana hadis dari Abu Sa’id Al Khudri ra dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim)
Ketika ada saudara sesama mukmin yang berselisih, seorang muslimah diperintahkan untuk memberi solusi dengan cara mendamaikan. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala :
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS al Hujarat:10)
/Sosok Muslimah Solutif/
Sepanjang sejarah peradaban Islam, bertebaran para muslimah hebat yang memberi solusi masalah umat. Ummul Mukminin Khadijah ra adalah seorang muslimah solutif. Ketika Rasulullah saw gemetar karena mendapat wahyu, Khadijah ra memberi solusi yaitu menyelimuti Beliau saw dan menyampaikan kata-kata yang menguatkan Rasulullah saw. Hingga beliau merasa tenang.
Ketika Rasulullah saw berangkat hijrah bersama Abu Bakar ra, muncul masalah terkait bekal makanan. Asma’ binti Abu Bakar hadir memberi solusi. Beliau siapkan bekal untuk hijrah dalam sebuah kantong. Karena tak punya seutas tali untuk mengikatnya, Asma’ membelah ikat pinggangnya menjadi dua. Sehelai ia pakai, dan satunya untuk mengikat kantong yang akan digendongnya.
Istri Thalhah bin Ubaidillah juga seorang muslimah yang solutif. Saat Thalhah sedang sedih karena begitu banyak uang di tangannya, Sang Istri memberi solusi jitu yaitu membagikan uang itu pada fakir-miskin. Masalah pun selesai dan Thalhah tersenyum lagi.
Di masa Khilafah Abbasiyah, sosok muslimah solutif itu mewujud pada diri istri Khalifah Harun Al Rasyid yaitu Zubaidah. Beliau mendapati Mekah sedang mengalami krisis air untuk minum para jemaah haji. Zubaidah pun membuat proyek membangun saluran air dari Wadi Nu’man. Kemudian dialirkan ke tempat-tempat jemaah haji di Mekah, Arafat, Mina dan Muzdalifah.
Selain mereka, masih banyak muslimah yang menjadi sosok solutif. Bahkan bisa dikatakan, sepanjang masa khilafah telah lahir generasi muslimah solutif. Islam-lah yang menjadikan para perempuan itu menjadi sosok berkarakter problem solver.
/Muslimah Solutif Masa Kini/
Sejak khilafah diruntuhkan barat tahun 1924, tak ada lagi institusi pelaksana syariat. Banyak masalah umat Islam tak terselesaikan. Peran muslimah dibutuhkan untuk memberi solusi masalah tersebut. Agar bisa menjadi muslimah solutif, butuh beberapa hal berikut :
- Peka terhadap masalah.
Seorang muslimah harus peka dan kritis. Sehingga bisa mencium aroma masalah sejak dini, sebelum menjadi parah. Muslimah tak selayaknya cuek atau tak peduli. Sikap ini akan menumpulkan kepekaan terhadap adanya masalah. Kemampuan membaca masalah adalah perkara penting sebelum beranjak menyelesaikannya. Jika mendeteksi masalah saja sudah kesulitan, jangan harap bisa memberi solusi.
- Paham bahwa Islam adalah solusi.
Dasar penyelesaian masalah harus dikembalikan pada akidah kita yaitu Islam. Carilah solusi di dalam Islam, bukan di agama lain. Temukan solusi dalam sistem Islam, bukan sistem lain. Ibaratnya jika kunci terjatuh di dalam rumah, jangan cari di luar rumah. Tak akan pernah ketemu.
- Selesaikan Masalah Pribadi
Awali perubahan dari diri sendiri. Menyelesaikan masalah pribadi adalah pembuktian awal seorang muslimah mampu menyelesaikan masalah orang lain (umat). Bukan berarti muslimah tak boleh punya masalah. Karena setiap orang pasti punya masalah masing-masing. Tapi dia sudah punya cara untuk menyelesaikannya. Meski solusinya bisa jadi “hanya” sabar atas takdir. Itu adalah solusi.
- Cukupkan Ilmu.
Agar bisa menyelesaikan masalah pribadi maupun umat, butuh ilmu yang cukup. Meliputi ilmu Islam dan umum. Misalnya ketika ada masalah gizi buruk, butuh ilmu kesehatan tentang standard kebutuhan gizi di tiap jenjang usia. Juga butuh ilmu tentang mekanisme sistem Islam untuk mewujudkan kebutuhan dasar berupa pangan dan kesehatan. Untuk mencukupkan ilmu, muslimah butuh mengkaji Islam secara kaffah dan intensif pada ustazah yang mumpuni.
- Tak Alergi Bekerjasama
Masalah umat sangatlah banyak dan kompleks. Tak mungkin diselesaikan seorang diri. Butuh kerjasama untuk mewujudkan solusi. Maka para muslimah harus bersatu dalam jamaah yang melakukan amar makruf nahi munkar. Antar jamaah Islam pun harus bergandengan tangan. Agar terwujud kekuatan umat.
- Aksi Nyata.
Solusi Islam harus diwujudkan dengan aksi nyata. Aksi nyata itu bisa berupa aktivitas fisik. Misalnya memberi sedekah pada fakir-miskin, mengajar gratis, pengobatan gratis, dll. Bisa juga berupa aktivitas pemikiran yaitu mencerdaskan umat terhadap kecemerlangan Islam. Sehingga umat tercerahkan dan bersedia bergerak bersama mewujudkan solusi Islam.
Sungguh kehidupan tanpa khilafah memang berat. Namun para, muslimah tak boleh apatis. Muslimah harus peduli dan mengambil posisi sebagai penyelesai. Yaitu mewujudkan solusi hakiki berupa penegakan khilafah. Semoga kita dicatat Allah swt sebagai muslimah pejuang khilafah.
============================================
Sumber Foto : Wajib Baca