Oleh : Shafayasmin Salsabila
(Penulis adalah pengasuh MT Sahabat Hijrah Indramayu dan anggota komunitas Revowriter)
#MuslimahTimes —Ada sebuah ayat yang sangat fenomenal. Mayoritas umat muslim pasti sudah tak asing lagi dengan bunyi ayat diatas. Mengabarkan tentang tujuan diutusnya Rasul Saw yakni, agar risalahnya menjadi rahmat bagi manusia. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (TQS. Al Anbiya : 107)
Namun, sudahkah risalah yang dibawa oleh Rasull yang mulia ini menjadi rahmat bagi manusia? Terjadinya banyak ketimpangan kehidupan dalam berbagai sektor membuktikan bahwa Islam belum mampu menjadi rahmat bagi semesta. Apa saja peran Islam dalam perwujudan Rahmatan Lil ‘Alamin ini dan tantangan-tantangannya?
Peran Syariat
Ajaran Islam sudah fitrahnya akan membawa kebaikan. Diibaratkan seperti cahaya yang melahap kegelapan. Terang seketika, menjadi jelas segala benda. Haq dan bathil tak lagi abu-abu. Sangat nyata dan mampu untuk dibedakan.
Jika Allah Ta’ala sudah menyatakan bahwa Islam akan membawa rahmat, maka siapa yang berani menyangsikan. Dibalik syariat pasti ada maslahat. Setiap aturan dari Allah Sang Pencipta manusia, pastilah demi kebaikan entitas manusia itu sendiri.
Terjaganya agama, jiwa, akal, harta, keturunan, kehormatan, keamanan dan negara adalah hasil dari penerapan syariah. Capaian tersebut pernah dirasakan selama sekitar tiga belas abad. Berawal di Madinah (1 Hijriyah) hingga di Turki (1342 Hijriyah). Tentunya saat aturan Allah diterapkan secara keseluruhan, tidak parsial. Sebagaimana perintah Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 208 :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan)”
Kesempurnaan Islam
Ajaran Islam sangat sempurna. Bukan hanya mengatur hubungan peribadatan antara hamba dan Al Khaliq-nya, namun juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri juga antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga tidak ada satupun aspek kehidupan yang tidak diatur dalam Islam.
Seperti termaktub dalam Firman-Nya :
“… Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (TQS. An-Nahl : 89)
Juga dalam ayat terakhir yang Allah Ta’ala wahyukan :
“… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu… “ (TQS. Al Maidah : 4)
Maka tak diragukan lagi, Islam bukan sebatas agama ritual namun sebuah sistem kehidupan yang dibuat langsung oleh Allah demi kemaslahatan dan kebaikan manusia, yang telah diciptakan-Nya. Maka Islam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keseharian juga dalam bernegara.
Problem Solver
Aturan Islam yang sempurna akan menjadi pemecah segala permasalahan. Dengan pemecahan yang fundamental, tuntas hingga ke akar. Ketimpangan ekonomi, kemiskinan, jeratan hutang, melangitnya harga kebutuhan pokok, dan lain sebagainya bisa diselesaikan dengan sistem ekonomi Islam.
Maraknya prostistusi, LGBT, budaya pacaran, aborsi, dan yang semisalnya akan mampu dilenyapkan saat negara memberlakukan sistem pergaulan Islam. Korupsi, penipuan, pembunuhan, mutilasi, begal, pencurian, perampokan, kekerasan seksual, serta tindakan kriminal lainnya, akan mampu direkam dengan sistem persanksian Islam atau yang dikenal dengan istilah uqubat.
Islam sebagai problem solver, akan membawa ketenangan dan keberkahan dalam suatu negeri. Sebaliknya, jika solusi diambil dari selain Islam maka keburukan menjadi outputnya.
Allah Ta’ala telah tegaskan dalam satu ayat :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al A’raf : 96)
Fitnah Islamophobia
Islam yang sedemikian indah, wajahnya menjadi tercoreng moreng. Salah satu faktor penyebabnya adalah akibat merebaknya virus Islamophobia. Runnymede Trust seorang Inggris mendefinisikan Islamofobia sebagai “rasa takut dan kebencian terhadap Islam dan oleh karena itu juga pada semua Muslim”.
Tentunya bukan tanpa sebab, virus ini meluas. Musuh-musuh Islam tidak pernah rela, tatkala geliat kebangkitan Islam makin terbaca. Mereka akan meredam gaungnya dengan berbagai cara. Pencitraburukan terhadap Islam secara masif mereka kampanyekan. Berbagai propaganda sesat semisal “Islam agama teroris, bar-bar dan intoleran”, selalu mereka dengungkan. Stigma negatif pun disematkan bagi muslim yang memegang teguh prinsip agama dengan sebutan radikal, ektrem dan fundamental.
Bahkan kasus bom di tiga gereja beberapa pekan yang lalu menjelang Ramadan, semakin memperparah Islamophobia. Betapa tidak, Islamlah yang akhirnya dibidik. Ajaran tentang jihad dikambing hitamkan. Bahkan Alquran, kitab suci umat muslim dijadikan sebagai barang bukti terorisme.
“Aparat penegak hukum pun kini seolah memiliki tafsir tunggal dengan menjadikan Alquran sebagai barang bukti tindak pidana teroris. Bagaimana mungkin Alquran sebagai kitab suci dijadikan barang bukti teroris? Apa sebenarnya yang akan diarahkan kepada Islam dari kejadian ini?” Ujar Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Politik dan Hukum Aboe Bakar Alhabsyi. (detiknews.com)
Sebelumnya beberapa ulama mengalami persekusi. Berikutnya giliran mahasiswi serta dosen bercadar yang terkena getahnya. Lalu menyusul ormas Islam pun dibungkam. Kini homeschooling tak luput menjadi sasaran fitnah dengan tuduhan menjadi ladang semaian benih terorisme.
Diberitakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa pihak mereka mengakui sulit mengawasi penyebaran paham radikalisme yang berpotensi menyebar melalui sekolah informal, khususnya sekolahrumah atau homeschooling tunggal yang diadakan oleh orang tua dalam satu keluarga. (Jakarta, CNN Indonesia)
Gagal Memahami Islam
Tentunya siapapun yang terjangkiti virus Islamophobia, dia adalah pihak yang belum betul-betul memahami Islam. Bagaimana bisa, Islam yang membawa kerahmatan, dituding menjadi sumber masalah dan bangnya teror.
Karenanya butuh adanya aktivitas dakwah untuk men-syiarkan wajah Islam yang sesungguhnya. Agar pihak-pihak yang gagal paham terhadap Islam, berubah dan berbalik menjadi pejuang yang berada di garda terdepan.
Seperti dahulu pernah dialami oleh sosok Khalifah kedua, Umar Bin Khattab ra. Yang semula amat membenci Islam dan Rasulullah Saw namun setelah tercerahkan dengan ayat Alquran, sontak beliau berubah menjadi takjub dan jatuh hati dengan Islam. Semula mencari-cari Rasulullah Saw untuk membunuhnya, malah bersyahadat dihadapan Rasul dan menjadi pembela Islam yang tangguh dan pemberani.
Karena itulah dakwah kepada Islam kaffah menjadi anti virus bagi Islamophobia. Menghapus coreng moreng wajah Islam, dan mengembalikan pancaran kemuliaannya. Tetap semangat dan optimis, karena segiat apapun makar mereka, Islam tetap akan dimenangkan.
Allah menjamin dalam Firman-Nya :
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (TQS. At-Taubah : 32)
Wallahu a’lam bish-shawab.
==============================
Sumber Foto : MUI Medan