Oleh: Lulu Nugroho
Menjelang akhir Ramadan, ada kunjungan yang tak biasa. Kunjungan yang menuai reaksi keras dari sejumlah kaum muslim di berbagai wilayah. Yaitu kunjungan Yahya Staquf ke Israel.
Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menyatakan perwakilan NU yang diundang adalah Katib Aam Syuriah PBNU Yahya Cholil Staquf. Namun Helmy menegaskan jika kehadiran Yahya yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu untuk memberi dukungan pada Palestina, kata Helmy pada CNNIndonesia.com, Sabtu (9/6).
Undangan pada Yahya disampaikan oleh American Jewish Committee (AJC) untuk acara Konferensi Tahunan AJC 2018. Komite Yahudi-Amerika (AJC) merupakan kelompok advokasi Yahudi yang didirikan 1906. Merupakan salah satu organisasi advokasi Yahudi tertua. Konferensi Tahunan AJC Global Forum ini digelar di Al-Quds dari 10-13 Juni 2018.
Yahya sebagai pembicara dengan tema ‘Shifting the Geopolitical Calculus: From Conflict to Cooperation’. Tentang dialog antaragama dan hubungan Muslim-Yahudi. Pemandu acara diskusi yang juga merupakan salah seorang Direktur di Forum Global AJC Rabbi David Rosen, moslemcommunity.net (12/6).
#Kaum Muslim Mengecam
Sejumlah reaksi keras terhadap Yahya karena posisi beliau sebagai Wantimpres. Dari organisasi Islam yang besar, Nahdlatul Ulama. Dan seolah mewakili Indonesia, negara muslim terbesar.
Kecaman terhadap kunjungan Yahya ke Israel, tidak hanya datang dari kaum muslim di Indonesia, tapi juga dari luar. Gerakan Fatah menganggap bahwa kunjungan tersebut merupakan bentuk kejahatan terhadap Palestina dan muslim dunia. Fatah berpendapat duduk bersama Israel sama dengan melawan Palestina, Republika.co.id (12/6).
Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam dan Otoritas Palestina berpendapat Yahya ikut dalam kampanye Israel, yang menggambarkan seolah Israel cinta damai, CNNIndonesia (13/6).
Bahkan Hamas kemudian mengeluarkan Press release on visit of Indonesian Scholar to Israeli Occupation (11/6).
#Sikap Kaum Muslim Seharusnya
Masih segar dalam ingatan kita betapa brutal Israel menyerang demonstrasi ribuan warga Palestina di Gaza yang bertajuk ‘Great March of Return’ pada Senin, 14 Mei 2018. Aksi damai berubah menjadi bentrokan berdarah ketika pasukan bersenjata Israel melepaskan tembakan ke arah massa. Sekitar 59 orang terbunuh, ribuan lain luka-luka. Diantaranya adalah perempuan dan anak-anak, Liputan6.com (16/5).
Tidak hanya itu, korban terus berjatuhan. Bukan hanya mengenai warga muslim di Palestina, tapi juga kristiani. Dan ini berlangsung selama 7 dekade. Waktu yang sangat panjang dimana sebuah penderitaan mestinya bisa segera diakhiri jika kaum muslim kuat. Bukan sebagai kaum buih di lautan.
Ketidakmampuan mengatasi persoalan Palestina, tidak lepas dari lemahnya pemahaman terhadap Islam. Pemahaman yang rendah membuat aktifitas memecahkan persoalan pun menjadi lemah. Tampak terlihat pada sebuah kunjungan yang salah kaprah. Alih-alih menyelesaikan persoalan. Kunjungan tersebut seolah melegitimasi kekejaman Israel selama ini. Padahal jika dilakukan Yahya dengan benar maka in syaa allaah rahmat Allah akan tercurah padanya. Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70.000 malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70.000 malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga.” (HR. Al-Tirmidzi dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi)
Hingga akhirnya sulit dimengerti jika dikatakan bahwa Yahya mendukung Palestina. Bagaimana tidak, Yahya memenuhi undangan mereka, duduk dan tertawa bersama musuh Palestina. Menikmati sambutan musik mereka. Bahkan sepakat dengan Yahudi Israel mengkritisi kemuliaan Alquran.
Allah SWT berfirman:
اِنَّمَا يَنْهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰۤى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.”
(QS. Al-Mumtahanah 60: Ayat 9).
Sebagai seorang Muslim, kita sudah paham betul bagaimana karakter Yahudi. Digambarkan oleh Allah dalam banyak ayatnya. Ditambah lagi fakta perilaku keji menodai kehormatan perempuan Palestina, membunuh mereka dan menghabisi generasi muslim di sana, adalah tindakan yang melampaui batas. Cukup sudah penderitaan muslim Palestina menghiasi sejumlah media sosial.
Maka patutlah seorang muslim mengukur aktifitas agar sesuai panduan syara’. Menakarnya sesuai dengan perintah atau larangan Allah. Apalagi dengan sejumlah amanah yang bergantung di pundak kita. Sehingga tuntutan syara’ menyesuaikan amanah tersebut. Itu juga yang akan menjadi hujah kita kelak di hadapan Allah. Kemudian memahami Islam dengan pemahaman yang benar. Menjadikan Islam sebagai pemecah persoalan umat.
Kapastitas Yahya sebagai Wantimpres bisa digunakan untuk memberi masukan pada presiden agar menolong saudara kita di Palestina. Menggalang persatuan dengan negeri muslim lainnya untuk mengerahkan pasukan mengalahkan kekuatan musuh. Hal yang sama dilakukan Khalifah Umar bin Khathab (637M) ketika menaklukkan Al-Quds. Karena hubungan Islam dengan Israel tak lain adalah hubungan perang. Hubungan dengan Darul Harbi fi’lan yang merampas tanah kaum muslim. Tidak lagi dengan dialog. Tapi memerangi Israel sampai tanah kita kembali.
Allah SWT berfirman:
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 190).
Saatnya segera mengembalikan Tajul Furudh (mahkota kewajiban) yang merupakan kepemimpinan umum di tengah-tengah umat. Menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dan menyebarkan dakwah ke seluruh dunia. Agar kemuliaan Islam kembali di tengah-tengah umat. Wallahu a’lam. [Mnh]