Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S
Kematian adalah gerbang menuju kehidupan abadi. Bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kematian tentu lah hal yang dinantikan, sebab usai kematian di dunia, ia akan bertemu dengan Allah yang amat ia cintai sepanjang hidupnya. Tapi bagi orang-orang yang bergelimang dalam kemaksiatan, tentu kematian adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Bagaimana tidak, ia abai berbekal untuk menyambut ajalnya. Sementara ia tahu, bahwa segala perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sungguh beruntunglah orang-orang yang wafat di jalan kebaikan. Jalan hijrah. Jalan ketakwaan. Seperti halnya mantan rocker Ustaz Hari Moekti yang wafat setelah dirinya memilih jalan sebagai pejuang agama Allah. Sejak menemukan cahaya hijrah pada tahun 1995 silam, beliau menghabiskan waktunya di jalan dakwah. Berbagai kota beliau datangi untuk memenuhi undangan mengisi kajian Islam.
Bukan demi popularitas sebagaimana yang pernah beliau dapatkan saat menjejakkan kaki di dunia keartisan selama 12 tahun, bukan pula demi meraup limpahan materi. Tapi semata-mata karena beliau memahami kewajiban berdakwah dari RabbNya. Sungguh beliau sedang berjual beli dengan Allah, bukan dengan manusia.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 111)
Masih segar dalam ingatan, saat itu saya menghubungi beliau via telepon pada sekitar tahun 2007 sebagai panitia acara masjid kampus. Dengan dana yang sangat minim, kami ingin sekali mengundang beliau untuk hadir mengisi kajian di acara Pesantren Liburan Mahasiswa. Maklum, lembaga masjid kampus bukanlah lembaga profit.
Dengan agak ragu saya berkata, “Ustadz, nanti kami hanya bisa memberikan fee 200rb. Bagaimana Ustadz, apakah bersedia untuk hadir?”
Tak diduga, beliau langsung mengiyakan dengan antusias. Masyallah betapa mulianya beliau, dikala kebanyakan pendakwah mempertimbangkan bayaran yang ditawarkan, beliau hanya mengharap bayaran dari Rabbnya.
Betapa saya pun banyak memetik hikmah dari perjalanan hidup beliau. Dari seorang penyanyi papan atas yang dipuja-puji, hingga memutuskan hijrah ke jalan Islam kaffah. Tekad beliau tak pernah pudar meski segala kemewahan dunia harus terenggut dari hidupnya. Kemapanan yang beliau dekap, harus lepas tak berjejak.
Dan kini beliau telah berpulang ke haribaan penciptanya. Kematiannya teramat indah, dalam torehan cita menegakkan Islam Kaffah di atas muka bumi sebagaimana yang sering beliau pekikkan, “Hanya satu kata….Khilafah!”