Oleh Alga Biru
#MuslimahTimes — Selamat tinggal “Hanya Satu Kata”, yang dulu menggetarkan Nusantara pada era 90-an. Lagu yang dipopulerkan oleh Hari Moekti alias Hariadi Wibowo, hanya tinggal nama tatkala sang roker memutuskan hijrah pada tahun 1995.
Gegap gempita menyambut seruan Kang Hari, tatkala ia berdiri di panggung besar Stadion Gelora Bung Karno pada suatu hari pada tahun 2015, 20 tahun kemudian. Panggung itu bergelora seraya mengibarkan panji al-liwa dan ar-roya di tangan ribuan penonton yang memadati stadion.
“Hanya insan mulia yang selalu dapat bersama dalam satu tujuan menegakkan khalifah dan khilafah. Allahu Akbar…” pekik Hari Moekti disambut takbir bersahut-sahutan.
Selamat tinggal dunia artis yang bergelimang harta. Pasca berhijrah, Kang Hari tak lagi terdengar suaranya. Sebagai ganti lengking indah nyanyian dan nada, Kang Hari lebih sohor selaku pendakwah Syariah dan Khilafah. Panggung demi panggung, lisan Kang Hari dibanjiri semangat berhijrah, menerapkan syariah. Ya, tiada hari tanpa dakwah.
“Bila sekarang sedang ramai artis berhijrah, Hari Moekti boleh disebut sebagai pelopor hijrah artis. Soal hijrahnya itu, dia mengakui, tidaklah mudah. Tapi dia sangat bahagia, meski hidup dalam keterbatasan,“ ungkap Ustadz Ismail Yusanto selaku sejawat dakwah beliau. “Pernah sekali waktu dia bercerita, baru saja dapat tawaran manggung di 30 kota dengan bayaran yang sangat menggiurkan. Saya tanya, diterima? Tidak, katanya. Saya harus istiqamah, tegasnya. Istiqamah itulah yang membuat dia terus bisa bertahan dalam jalan dakwah hingga akhir hayatnya.”
Hati yang tulus dan semangat terpancar dalam jiwa Kang Hari. Dia amat loyal terhadap dunia dakwah yang digelutinya kini. Sekalipun ada tantangan fisik dari penyakit yang belakangan diderita, Kang Hari menyongsong medan juang sekuat tenaga.
Ustadz Ismail secara lebih lanjut memaparkan memoar kekaguman beliau pada sang juru dakwah yang satu ini. “Belum lama dia pasang 1 ring di jantungnya. Dia sempat konsul soal ini karena dia tahu saya juga pasang ring jantung. Di hari operasi jantungnya, saya datang ke rumah sakit tempat dia operasi, ternyata dia sudah pulang, lalu saya susul ke rumahnya, ternyata dia sudah terbang ke Medan. Subhanallah.”
Hari Moekti dan HTI
Totalitas, itu yang pantas disematkan pada perjuangan dakwah Hari Moekti. Pasca kepulangan dari ibadah Haji pada tahun 1996, yang berlanjut mengkaji intensif pada ustadz yang mendakwahi beliau, hingga kini Kang Hari dikenal publik sebagai pendakwah. Pantang surut, bahkan karir dakwahnya melejit, dengan jadwal Kang Hari yang kian padat.
Secara terbuka, Kang Hari menyuarakan dukungannya pada ide dan pemikiran sentral penegakan Khilafah. Adapun Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam, yakni kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim untuk menerapkan hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Hizbut Tahrir Indonesia menjadi organisasi terdepan dalam mengkampanyekan penegakan khilafah di Indonesia.
Kang Hari berjuang bersama HTI dan berperan aktif bersama organisasi ini. Dalam setiap dokumentasi acara-acara HTI, Kang Hari tak pernah absen bahkan selalu jadi yang terdepan menyemarakkan agenda bersakala kecil, menengah hingga agenda akbar tahunan HTI.
Tak menyurutkan langkah Kang Hari, sekalipun pada Rabu, 19 Juli 2017, pemerintah membubarkan HTI dengan badan hukumnya. Organisasi ini terus memperjuangkan keadilan di ranah konstitusi maupun secara sporadis ke tengah-tengah masyarakat.
Dunia pertagaran twitter sempat gegar jelang diumumkannya keputusan gugatan HTI ke Pengadian Tata Usaha Negara (PTUN) DKI Jakarta pada Mei lalu. Meski gugatan HTI akhirnya tertolak, upaya hukum terus berlanjut hingga hari pihak HTI mengajukan banding ke ranah yang lebih tinggi, bahkan Mahkamah Konstitusi sekalipun.
Tidakkah kita sering mendengar para motivator dunia berkata, “Memiliki cita-cita yang tinggi adalah lebih baik, sekalipun kau takkan mampu menggapainya. Dibanding orang yang bercita-cita rendahan dan merasa hebat karenanya.”
Kang Hari wafat dengan memeluk cita-citanya. Beliau tetap istiqomah pada jalan dakwah yang memuliakan dirinya, baik dunia maupun akhirat, insyaallah. Kawan kerabat bertakziah dan umat sangat kehilangan sosok pendakwah seperti Kang Hari.
“Mimpi abi adalah ingin melihat secara langsung tegaknya Khilafah, maka perjuangan abah akan terus berlanjut sampai tegaknya Daulah Khilafah!! Love you, ayahku. Aku selalu dalam doamu”, tulis anak beliau di beranda Facebook, di hari yang sama saat wafatnya sang ayah tercinta.
Semoga kita mampu meneladani jalan dakwah beliau dan senantiasa istiqomah hingga jiwa ini kembali ke hadapan Allah Subhanahuwata’ala. Aamiin Ya Rabbal’alamiin. []
.
.
.
**Note: Tulisan yang ‘terinspirasi’ dari ulasan berita CNN Indonesia. Data adalah satu aspek, yang utama adalah sudut pandang. Semoga mencerahkan. ☺