Oleh : Choirin Fitri
#MuslimahTimes — Sebuah puisi karya Taufik Ismail bergema berjudul Aku Malu Jadi Orang Indonesia bergema di Masjid Sultan Agung Kota Batu Ahad, 8 Juli 2018. Seorang anak tambun berusia 9 tahun yang juga juara 1 menulis puisi tingkat Profinsi Jawa Timur membacakannya dengan lantang.
Malu Aku Jadi Orang IndonesiaÂ
//
Di negeriku yang didirikan pejuang religius
Kini dikuasai pejabat rakus
Kejahatan bukan kelas maling sawit melainkan permainan lahan duitÂ
//
Di negeriku yang dulu agamis
Sekarang bercampur liberalis sedikit komunis
Ulama-ulama diancam karena tak punya pistol
Yang mengancam tinggal dor
 //
Hukum hukum keadilan tergadai kepentingan politis
Akidah akidah tergadai materialistis
//
Aku hidup di negara mayoritas beragama Islam
Tapi kami tersudut dan terancam
//
Telah habis sabarku
Telah habis sabar kami
Pada presiden yang tak solutif
Pada dewan dan majelis yang tak bermufakat
Pada semua bullshit yang menggema saat pemilu
Pada nafsu yang didukung asing dan aseng
Rakyat kelas teri tak berdosa pun digoreng
//
Kusaksikan keindahan negara yang menegakkan khilafah
Diceritakan hidup mereka sejahtera
//
Lalu ditanyai dari mana asalku
Kusembunyikan muka
Tak kujawab aku dari Indonesia
Negara yang kini tumbuh benih islamophobia.
Puisi ini menjadi pembuka Istihlal Komunitas Perempuan Cerdas Sholihah Kota Batu yang mengambil tema, “Rajut Ukhuwah, Satukan Langkah, Raih Kemenangan Islam”. Riuh rendah suara para perempuan berstatus ibu membawa putra-putrinya memasuki Masjid. Perempuan single pun tak mau kalah untuk menjadikan momen di akhir syawal ini istimewa.
“Sesungguhnya kaum muslimin itu bersaudara.” Suara Ustadzah Nety mengawali materinya dengan mengutip surat Al Hujurot:10. Ibu 3 putri sholihah ini kemudian mengkisahkan bagaimana Rasul mempersaudarakan kaum Anshor dan Muhajirin setibanya di Madinah.
Persatuan kaum muslimin amat penting di mata Allah dan Rasul-Nya. Ketika kaum muslimin berpegang teguh pada tali agama Allah maka ia akan meraih kemenangan hakiki. Satu kemenangan ketika kaum muslimin mampu bertakwa, totalitas dalan menjalankan syariah Islam.
Di pertengahan acara. Vidio Multaqo Ulama se-Asia Tenggara yang diselenggarakan pada 6 Juli lalu diputar. Semua ulama dari berbagai background bersepakat untuk menghindari perpecahan, mengedepankan kesatuan umat, dan menjaga ukhuwah. Seruan dari para ulama inilah yang harus disambut dengan tangan terbuka oleh seluruh kaum muslimin di setiap lapisan masyarakat.
Persatuan hakiki kaum muslimin bukan dalam sekat nasionalisme. Khilafah Islam yang menerapkan Islam Kaffahlah yang mampu menyatukan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.
Di penghujung acara. Anak-anak peserta Istihlal usia TK hingga SD berkesempatan untuk menyemangati orangtuanya agar siap memperjuangkan Islam.
“Siap berjuang untuk Islam?” Tanya host pada barisan calon mujahid-mujahidah.
“Siap!” Seru mereka kompak
“Takbir!” Host kembali menyemangati
“Allahuakbar” kepalan tangan mungil meninju udara. Gema teriak takbir menjadi saksi bahwa merekalah calon penerus estafet perjuangan dalam meraih kemenangan hakiki.