Oleh. Fifi di Yogyakarta
#MuslimahTimes — Forum Muballighah Yogyakarta rutin menggelar mudzakarah (diskusi) bulanan untuk mencari solusi atas problematika yang menjerat ummat. Pada Ahad (26/8), para mubalighah menyoroti upaya penyesatan di balik jargon “Islam Wasathiyah” yang dimaknai sebagai Islam Moderat. Diskusi yang diselenggarakan di salah satu hotel di jantung Yogyakarta ini dipimpin oleh Ustazah Alyna dengan menghadirkan dua pembicara utama, yakni Ustazah Kunny Muflhah dan Ustazah Hj. Tsamrah.
Ustazah Kunny menyampaikan bahwa istilah “Islam Radikal”dimunculkan Barat pasca tragedi WTC 911. Barat mendefinisikan ummat Islam yang tidak sejalan dengan pemikiran Barat serta dianggap menghambat kepentingan Barat sebagai Islam Radikal. Berbagai upaya mereka lakukan untuk mengerdilkan bahkan mematikan Islam Radikal, misalnya dengan War on Terrorism, memonsterirasi Khilafah, menggunakan kekuatan represif penguasa di negeri-negeri Islam, hingga mengadu domba ummat.
Adu domba dilakukan dengan memunculkan dan mempromosi lawan dari Islam Radikal. Lawan tersebut pernah bertopeng Islam Liberal. Namun karena mendapatkan penentangan yang cukup besar dari ummat Islam, dimunculkanlah Islam Moderat. Dan kini untuk mengelabui para mubaligh, Barat menyiapkan topeng Islam Wasthiyah yang sejatinya tidak berbeda dengan Islam Moderat.
Menyambung pernyataan tersebut, Ustazah Hj. Tsamrah menjelaskan bahwa penggunaan kata wasthiyah untuk membungkus ide Islam moderat adalah sebuah pemelintiran makna. Dalam QS. Al Baqarah ayat 143 yang sering dijadikan hujjah para pengusung ide Islam Wasthiyah (yang diidentikkan dengan Islam Moderat), kata wasath tidaklah diartikan sebagai jalan tengah atau kompromi. Para mufassir mengartikan kata wasath sebagai pilihan, unggul, dan adil.
Ustazah Hj. Tsamrah juga mengingatkan para muballighah agar tidak terjebak pada propaganda Barat yang meninabobokkan ummat Islam. Menurutnya, betul bahwa Islam tidak memaksakan agama, tetapi bukan berarti membiarkan orang murtad. Toleransi menurut Islam bukanlah pengakuan atas pluralisme. Benar bahwa Islam cinta damai, tetapi Islam juga memerintahkan jihad. Benar pula bahwa Islam mengajarkan kasih sayang terhadap orang kafir yang tidak memusuhi Islam (kafir dzimmi) tetapi Islam juga bersikap tegas terhadap kekafiran dan orang kafir yang memusuhi Islam.
Ustazah Hj. Tsamrah pun menegaskan bahwa ALLAH memerintahkan kita untuk ber-Islam secara kaaffah (totalitas) dan tidak ada jalan tengah apalagi kompromi dalam melaksanakan syariat. Ber-Islam secara kaaffah artinya menerapkan syariat Islam dalam seluruh asepek kehidupan tanpa kecuali dan hal tersebut hanya dapat terwujud dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Dengannya, rahmat Islam dapat dirasakan oleh seluruh alam. Oleh karenanya, beliau mendorong seluruh mubalighah untuk membentengi ummat dari penyesatan di balik istilah Islam wasthiyah dan mengajak para mubalighah untuk turut memperjuangkan Khilafah Islamiyah.