Oleh. Eva Arlini, SE
(Anggota Komunitas Revowriter)
#MuslimahTimes –– Tauhid adalah pangkal keislaman seorang muslim. Tidak sah seseorang menjadi muslim tanpa pengakuan dari hati, lisan dan prilakunya bahwa tiada sesembahan selain Allah swt dan Muhammad saw adalah utusan Allah swt. Kalimat tauhid pun dinyatakan seorang muslim setiap kali ia salat.
Dengan kedudukannya yang begitu tinggi, tak heran jika kalimat tauhid amat sakral bagi kaum muslim. Wajar pula jika kaum muslim merasa bahwa secarik kain berwarna hitam dan putih bertuliskan kalimat tauhid itu adalah milik mereka. Terlebih ini dibenarkan oleh hadist Rasulullah saw. Kain bertuliskan kalimat tauhid tersebut adalah bendera dan panji Rasulullah saw. Ibn ‘Abbas berkata: “Rayah Rasulullah saw. itu berwarna hitam dan Liwa’-nya berwarna putih” (HR at-Tirmidizi).
Hingga kejadian luar biasa baru – baru ini viral. Anggota banser membakar bendera Rasulullah saw. Peristiwa ini melukai kaum muslim. Terluka sebagaimana sakitnya penghinaan terhadap al Qur’an surat al Maidah ayat 51. Tokoh – tokoh umat Islam mengungkapkan kekecewaan. Kaum muslim di berbagai daerah seperti Bogor, Garut, Banten pun mulai turun ke jalan untuk melakukan aksi bela bendera tauhid. Kejadian kali ini memang lebih menyedihkan. Sebab pelakunya adalah muslim. Pada momen peringatan Hari Santri mereka telah menodai simbol Islam.
Sebagai muslim sudah menjadi sebuah kewajiban untuk memuliakan Islam. Termasuk memuliakan simbol – simbol Islam seperti bendera tauhid. Jika sebuah ormas Islam selalu menyertakan bendera tauhid dalam setiap kegiatannya, bukan berarti itu simbol organsisanya. Tentu kita prihatin saat sekelompok orang membakar bendera tauhid dengan alasan benci kepada ormas tersebut. Benci pun, apalagi kepada saudara seiman tak selayaknya ditunjukkan dengan cara serendah itu. Bila merasa saudaranya salah maka nasihatilah dengan bijak. Bukan berbuat kerusakan.
Al liwa’ dan ar rayyah adalah simbol kepemimpinan dalam Islam. Pada zaman Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin, keduanya selalu dibawa serta setiap kali perang. Misalnya pada saat Perang Khaibar, Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh aku akan memberikan ar-Rayah ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memberikan kemenangan kepada dirinya.”Umar bin al-Khaththab berkata, “Tidaklah aku menyukai kepemimpinan kecuali hari itu” (HR Muslim).
Saya seorang muslim. Mencintai Islam. Termasuk mencintai bendera tauhid yang merupakan bagian dari Islam. Saya ingin hidup dengan kalimat La ila haillallah Muhammadarrasulullah. Saya pun ingin mati dengan kalimat itu. Dan ingin hidup kembali dengan kalimat itu. Semoga yang membenci kebenaran segera bertaubat. Aamiin.
==================
Sumber Foto : Hidayatullah.com