Oleh: Kurnia Asih Agostin
Ketika kaum muhajirin hijrah dari Mekah ke Madinah, mereka pergi meninggalkan negeri mereka tanpa membawa apa-apa. Mereka meninggalkan harta benda mereka, rumah mereka, juga perniagaan mereka.
Mereka juga tidak memiliki apa apa untuk membiayai hidup mereka, mereka tidak mengetahui perniagaan apa yang akan menjadi sumber penghasilan mereka. Kondisi geografis Madinah yang begitu berbeda dengan Mekah membuat mereka kesulitan menyesuaikan diri. Kemampuan mereka berdagang di Mekkah yang gersang tidak sesuai dengan kondisi madinah yang subur yang mata pencaharian sebagian besar penduduk madinah adalah bertani.
Melihat kondisi kaum Muhajirin tersebut, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam segera mencarikan jalan keluar untuk Muhajirin. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menanamkan arti persaudaraan dalam islam dan ta’awun (tolong menolong) di antara mereka. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mempersaudarakan mereka antara Anshar dan Muhajirin layaknya saudara kandung.
Ketika Kaum Anshar memiliki kebun kurma, kaum Muhajirin mengurusi perdagangan kurma mereka di pasar. mereka saling tolong menolong dengan tujuan meraih rida Allah Subhanahu wata’ala semata. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mampu mempersaudarakan mereka dengan rasa cinta dan kasih sayang serta menanamkan keimanan dan ketaqwaan di hati para sahabatnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sebagai pemimpin negara saat itu mampu mendeteksi, mengurai dan menyelesaikan masalah rakyatnya dengan tuntas. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mempersaudarakan mereka dengan potensi masing-masing untuk saling melengkapi, tidak membebani saudara Anshar semata. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menyelesaikan permasalahan ekonomi mereka dengan kejelian melihat situasi dan kondisi. Beliau menyediakan sebuah tempat di serambi masjid madinnah bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal.
Seperti itulah sikap Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai seorang pemimpin sebuah negeri. memperhatikan kondisi rakyatnya sampai kepada hal bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dan apa yang akan menjadi sumber penghasilan mereka. Mengurai masalah dan menyelesaikannya sesuai dengan fitrah manusia.
Pemenuhan kebutuhan baik sandang, pangan, papan memang sejatinya adalah kewajiban seorang pemimpin negara untuk memenuhinya.
Pemimpin seperti Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam-lah yang di rindukan oleh ummat saat ini. Insya Allah, sosok pemimpin yang dirindukan ini akan segera hadir kembali bersama dengan sistem yang juga dicontohkan oleh Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Wallahu a’lam[]