Oleh: Shafayasmin Salsabila
Putih, mulus, kenyal, sama dengan cantik. Berapi-api wanita hendak wujudkan premis ini. Ekspektasi kaum hawa amat besar bahwa cantik artinya kamu akan selayak matahari, poros berputarnya planet-planet. Bahwa cantik, akan mengalihkan dunia para lelaki, tertuju hanya padamu. Rupanya iklan di televisi sukses menyelinap hingga ke alam bawah sadar. Membangun persepsi tentang cantik ala kapitalis.
Industri kecantikan mendulang rupiah. Berpesta di atas asumsi cantik para wanita. Tanpa bedak dan lipstik bak aib benderang dibuka. Tanpanya lebih baik tak tersorot ruang publik. Cukup bantal saja, saksi bisu wajah apa adanya. Selainnya, “jangan! Aku malu.”
Inilah kita, para wanita, dicumbui latah pemikiran. Manut, tak banyak penentangan. Mengangguk mesra pada kesepakatan masyarakat akan wujud cantik penuh glowing.
Lemah dompet, semestinya. Kocek dirogoh sedalam kalbu merindu agama. Apalah arti polesan muka bila hati dibiarkan keriput. Mengorbankan segala untuk yang fana, tapi lalai dari mempesonakan kalbu yang akan memerbangkan ke surga.
Bukan bermaksud menggiring wanita anti perawatan, berwajah penuh debu, kucel, dekil dan kumal. Biarkan air wudhu mencahayainya. Ini tentang hukum syara, tentang penutupan pesona di atas iman yang menyala. Hentikan kerling itu, senyum itu, hiasilah dengan malu.
Lihatlah sekilas pandang, para lelaki di ujung jalan. Mereka menantang pagi tanpa make-up, tanpa lipstik, tanpa mengukir alis mata, tapi apakah pendarnya musnah? Wanita-lelaki adalah manusia berwajah. Tapi mengapa harus beda. Inilah ulah si doktrin. Di ulang sedemikian rupa oleh sistem buta tak berpijak pada wahyu.
Kabar di televisi semakin memiriskan hati. Untuk yang ke sekian kali terbongkar kasus pemalsuan produk kosmetik. Harganya bukan receh, endorse-nya artis ibu kota.
Inilah faktanya, kapitalisme dengan prinsip ekonominya: Modal sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya. Omset perbulan hingga 300 juta, diraup. Jadilah gelap mata.
Siapa yang jadi korban jika bukan para wanita. Cantik yang didamba, rusak wajah nyatanya. Tak hanya itu, ancaman kerusakan organ dalam hingga terenggutnya nyawa, bukan hoax.
Pada penggunaan jangka pendek konsmetik abal-abal bisa menyebabkan kulit iritasi, gatal, atau kemerahan. Sedangkan, jangka panjang, penggunanya bisa terserang kanker kulit. Kosmetik ilegal juga dapat menimbulkan penyakit di seluruh tubuh, organ-organ vital, bahkan dapat menyebabkan depresi. Setidaknya itulah yang dipaparkan oleh dr. Eyleny, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang biasa berpraktik di ZAP Clinic Premiere Menteng.
Berburu cantik mestinya tak harus mahal, tidak juga menggadai nyawa. Kecantikan alami datang dari pribadi taat dan pandai menjaga diri. Wajah yang digelayuti senyum tulus akan meremaja, meski keriput menyapa. Pancaran kecerdasan dari pemikiran Islam yang dimiliki, mengalahkan siluet sulaman alis.Sesungguhnya wanita tak perlu berlelah mencari pengakuan dari manusia. Cantik wajah akan pudar, cantik iman tak memiliki batasan. Apalagi di hari penghisaban nanti, bukan perkara kecantikan yang akan ditanyakan. Tetapi karya dan amal kebaikan. Maka fokuslah pada dua itu saja. Saatnya mengemas cantik, bukan lagi pada wajah namun lebih kepada hati dan laku wanita yang ditundukkan sesuai amanat Sang Pencipta. [Mnh]